BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Ilmu
kimia dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai hal, beberapa
diantaranya adalah kromatografi, laju reaksi, stoikiometri dan lain sebagainya,
sehingga dalam mempelajari kimia dasar perlu suatu percobaan agar mahasiswa
dapat mengerti dan lebih tahu dalam menyusun dan menggunakan zat kimia. Maka
dari itu, dengan adanya mata kuliah kimia dasar ini dapat menjadi bekal dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan sebelum diaplikasikan kepada lingkungan
masyarakat. Sebagai salah satu contohnya yakni pemisahan dan pemurnian. Adapun
penggolongan pemisahan dan pemurnian yakni pemisahan zat padat dari zat cair
dan pemisahan zat padat dari zat padat.
Kromatografi
merupakan salah satu cara untuk memisahkan dan mengidentifikasi suatu campuran.
Ada beberapa cara dalam penggolongan kromatografi ini, salah satu diantaranya
yaitu kromatografi kertas, salah satu penggunaannya adalah pemisahan zat warna
dalam tinta hitam.
Stoikiometri
berasal dari bahasa Yunani Stoichio
(unsur) dan Metron (perhitungan),
sehingga yang dimaksud dengan stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang
aspek-aspek dari zat-zat kimia yng terkandung dalam reaksi kimia dengan
ditandainya suhu atau temperatur suatu campuran. Tetapan kesetimbangan
stoikiometri yang digunakan dalam praktikum
merupakan besaran yang mudah untuk diukur dengan percobaan, tetapi harus
diingatkan dalam penggunaannya sebab apabila ada kendala yang sangat besar
karena tetapan kesetimbangan stoikiometri bergantung pada kepekatan.
Suatu
penerapan penting dari titrasi oksidasi reduksi adalah analisis unsur-unsur
untuk menentukan komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada masa dinamakan
gravimetrik dan pengukuran yang dilakukan pada dasar berdasarkan volume larutan dinamakan volumetrik atau titrasi.
Dalam percobaan ini teknik analisis ini diterapkan pada analisis contoh yang
mengandung asam.
1.2.Tujuan
Tujuan dalam melakukan praktikum kimia dasar
adalah untuk mempelajari
jenis-jenis pemisahan dan pemurnian,
untuk mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi
kertas, untuk menentukan stoikiometri larutan CuSO4 – NaOH dan
larutan asam basa dengan percobaan sederhana, untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi, dan untuk mempelajari tentang titrasi oksidasi
reduksi.
1.3.Manfaat
Adapun
manfaat dari
praktikum kimia dasar adalah agar
praktikan mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian, mengetahui cara
pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kertas, memahami stoikiometri
larutan CuSO4 – NaOH dan larutan asam basa dengan percobaan
sederhana, agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dan
agar mengetahui tentang titrasi oksidasi reduksi.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ilmu kimia, stoikiometri
adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) (Alfian, 2009).
Dalam kromatografi kertas, fase diam didukung oleh suatu zat padat berupa
bubuk selulosa. Fase diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang
teradsorpsi dalam selulosa kertas. Fase gerak berupa campuran pelarut yang akan
mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler (Faizal Akbar,
2011).
Dekantasi adalah proses
mengendapkan semua endapan kemudian menuangkan hati-hati cairan di atas endapan
sehingga endapan tetap tinggal dalam wadah semula (Pudyaatmaka, 2002).
Destilasi sederhana
atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau
lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran
dapat dipisahkan dengan destilasi untuk memperoleh senyawa murninya.
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai
titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada
perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran (Rahayu, 2011).
Filtrasi adalah cara
pemisahan zat padat dari zat cair (cairan) melalui saringan atau filter yang
berpori (Fibrianto, 2008).
Istilah oksidasi mengacu pada
setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan
reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses
oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron.
Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu
kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik
sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut mengalami
autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2007).
Katalis adalah zat
kimia yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia
tanpa mengubah komposisi kimia pada akhir reaksi tersebut. Katalis anorganik
berbentuk serbuk logam atau oksida logam seperti platinum, nikel, mangan (IV)
oksida, sedangkan katalis organik berbentuk vitamin dan enzim (Basri, 2003).
Kertas kromatografi dibuat jarak
dengan tanda 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis
horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada
tehnik ascending: pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler, dan dengan
tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain (Basset, 2004).
Kristalisasi adalah
proses pembentukan kristal. Kristal dapat terbentuk bila uap dari partikel yang
sedang mengalami sublimasi menjadi dingin (Kamilati, 2006).
Kristalisasi merupakan
teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, dimana terjadi perpindahan
massa dari suatu zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal
padat (Wikipedia).
Kromatografi, yakni kromatografi
pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan
menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda.
Jarak perbandingan noda itu tidak akan mencapai 1cm (Petrucci, 2003).
Laju reaksi adalah
cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan reaksi yang dinyatakan sebagai
perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi tiap satuan waktu. Laju
reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berangsung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi adalah sifat pereaksi, konsentrasi pereaksi,
temperatur dan katalisator (Sastrohamidjojo, 2005).
Laju reaksi dipengaruhi
oleh konsentrasi pereaksi bukan oleh konsentrasi hasil reaksi. Semakin besar
konsentrasi pereaksi maka laju reaksi semakin besar sehingga tumbukan dapat
sering terjadi (Rusmiati, 2015).
Laju reaksi bertambah
dengan naiknya suhu. Menaikkan suhu reaksi berarti menambah energi yang diserap
oleh molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul bertambah besar. Akibatnya
molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tumbukan akan lebih sering terjadi,
laju reaksi semakin tinggi (Purba, 2006).
Larutan basa yang akan
diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) &
jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum &
sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan ke dalam pipet
gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya
disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yg diamati adalah
titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2002).
Pada proses
titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan
sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan
warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Padatan yang tertinggal
pada kertas saring disebut residu, sedangkan zat yang dapat melewati kertas
saring disebut filtrat (Lutfi, 2007).
Penguapan dan
kristalisasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya.
Titik didih setiap zat berbeda satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan (Partana, 2008).
Pengukuran itu dilakukan dengan
mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis
depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada
descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang
dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai
ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar,
2005).
Perhitungan stoikiometri paling
baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan tidak diketahui
dalam mol dan kemudian perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri
adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi
kimia (Chang, 2005).
Prinsip kromatografi kertas adalah
adsorbsi dan kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada kepolaran panjang
komponen dalam campuran yang diadsorbsikan pada permukaan fase diam dan
kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh
pelarut jika mempunyai kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase
diam dan fase gerak (Yazid, 2005).
Proses cepat lambat reaksi pada air
dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut.
Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan
bagian dari kromatografi kertas (Stever dan Howe, 2003).
Reaksi pada kertas kromatografi
terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari
reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang
terlalu tinggi daripada tinta (Hadley, 2001).
Reaksi-reaksi dalam stoikiometri
diantaranya adalah reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi endoterm adalah reaksi
dengan kalor yang dilepaskan dari sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi
endoterm adalah reaksi dengan kalor yang diserap dari lingkungan ke sistem.
Dalam percobaan suatu sistem tertentu terdapat beberapa kondisi jumlah reaktan
yang digunakan dimana setiap reaksi pasti termasuk antara reaksi endoterm atau
eksoterm (Anonim 2014).
Redoks sering di hubungkan dengan
terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi
asam basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi
perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia.
Penerjemahan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari
persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam
reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi
lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi
pengembangan materi biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan
penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada
penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri
menurut batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara
dua system redoks. (Rivai,
2003)
Stoikiometri berasal dari bahasa
Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur),
yang berarti mengukur unsur-unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah
partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur
atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara
(perhitungan kimia) untuk menimbang spesi-spesi atau dengan kata lain
stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi
kimia (Achmad, 2001).
Stoikiometri beberapa reaksi dapat
dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode variase continu yang
mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar
pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya
(massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk
meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas
pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik
stoikiometri sistem yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam
senyawa (Muhrudin, 2011).
Suatu reaksi mungkin
melibatkan pereaksi dalam bentuk padat, luas permukaan (total) zat padat
mempengaruhi laju reaksi. Laju reaksi akan bertambah jika ukurannya diperkecil.
Semakin zat padat terbagi menjadi bagian kecil, maka semakin cepat reaksi
berlangsung. Bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi yang lebih cepat
dibandingkan sebuah bongkahan zat padat dengan massa yang sama. Bubuk padat
memiliki permukaan yang lebih kecil daripada sebuah bongkahan zat padat (Hudhanuer,
2014).
Sublimasi adalah proses
dari perubahan bentuk padatan langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk cair
dan setelah mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi padatan
kembali (Krisnadwi, 2013).
Titik maksimum adalah titik (nilai)
dimana suatu reaksi dalam keadaan nilai (titik) suhu tertinggi. Hubungannya
dengan stoikiometri adalah titik maksimum tercapai ketika reaksi yang
berlangsung tidak menghasilkan zat sisa atau yang disebut stoikiometri. Titik
minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam
tabel (Anonim, 2012).
BAB
III
MATERI DAN METODA
3.1.
Waktu dan Tempat
Adapun
pelaksanaan praktikum
kimia dasar ini dilakukan setiap hari Selasa, Oktober s/d November 2015 pukul 12.30 WIB sampai selesai,
yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
3.1. Materi
Adapun
alat yang diperlukan pada praktikum pemisahan dan pemurnian adalah gelas kimia yang berukuran 50 ml dan 250 ml, corong, cawan penguap, gelas ukur 50 ml,
pembakar, kaca erloji, dan kertas
saring. Sedangkan bahan yang diperlukan
yaitu CuSO4.5H2O, garam dapur, yod, kapur tulis, dan pasir.
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum
kromatografi yaitu kertas kromatografi, gelas
kimia, penggaris, pensil, tinta warna hijau,
biru, merah, lidi dan air.
Alat dan zat yang digunakan
dalam praktikum stoikiometri adalah tabung reaksi, termometer, larutan CuSO4,
larutan NaOH, dan larutan HCl.
Alat
dan zat yang diperlukan pada praktikum faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi yaitu labu 250 mL 4 buah, tabung ukur 100 mL, larutan
natrim tiosulfat 1M, larutan asam klorida, batang gelas, gelas kimia 100mL,
mortir, kalium iodida, merkuri klorida, pipet tetes 3 buah,
gelas kimia 150 mL, tabung ukur 25 mL, tabung raksi kecil, penjepit tabung
reaksi, rak tabung reaksi, stopwatch, larutan asamoksalat 0,05M, larutan Kaliu,
permangant 0,01M dan larutan asam sulfat 0,5M.
Adapun alat dan zat yang
digunakan dalam pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah 10 ml larutan tinta,
larutan H2SO4, buret dan tabung titrasi.
3.2. Metoda
Pada pratikum pemisahan dan pemurnian
metoda yang digunakan yaitu pertama, masukkan
1 sendok pasir ke dalam gelas kimia
yang berisi air, biarkan pasir mengendap, kemudian tuangkan larutan bagian atasnya.
Kedua, haluskan kapur tulis di dalam gelas penumbuk, kemudian bubuk kapur tulis
tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia, lalu aduk. Siapkan corong dan kertas
saring, kemudian lakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan
corong. Ketiga, larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian
larutkan garam ini disaring dengan kertas saring, uapkan larutan garam yang
telah disaring ini dengan cawan penguapan. Keempat, larutkan 2 gram garam CuS04.5H2O
kedalam 10 ml air gelas lalu uapkan larutan ini kemudian dinginkan. Perhatikan
bentuk kristal yang terjadi. Kelima, campurkanlah
1 sendok pasir
dan 1 sendok garam dapur sampai homogen, lalu masukkan kedalam gelas
kimia. Panaskan campuran ini, kemudian saring. Zat padat yang tertingal dicorong dicuci dua
sampai tiga kali dengan
5 mL air. Air saringan dan air cucian
disatukan, kemudian uapkan dalam cawan penguapan. Jika airnya hampir habis,
hendaknya pembakar disisihkan sebentar dan biarkan air menguap sendiri. Keenam
masukkan
2 gram yod yang kotor (dikotori dengan pasir
atau natrium karbonat) kedalam cawan penguapan. Tutup cawan penguapan tersebut
dengan kaca arloji yang berisi air. Panaskan perlahan-lahan sampai terbentuk
zat padat pada alat kaca arloji. Setelah didinginkan kumpulkan kristal-kristal
tersebut. Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk.
Pada praktikum kromatografi metode
atau cara pengerjaan yang dilakukan yaitu pertama, buatlah garis dengan
menggunakan pensil dengan ukuran 1 cm dari ujung bawah kertas kromatografi
(semacam kertas saring). Kemudian buat titik dengan tinta hijau di tengah garis
itu, dan buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan kanan titik hijau
pada jarak 2 cm dan biarkan titik itu mengering. Gulung kertas hingga membentuk
silinder. Kemudian tempatkan kertas pada gelas kimia yang berisi air seinggi
0,5 cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tinta
tidak tercelup dalam air). Kemudian biarkan air merambat kebagian atas kertas dan
zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Selanjutnya, jika air sudah
merambat mendekati ujung atas kertas, keluarkan ketas dan beri tanda batas rambatan air. Perhatikan noda-noda zat warna
dalam tinta, biarkan kertas saring menjadi kering. Ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat
warna dari garis pensil pada ujung bawah
kertas. Kemudian hitunglah harga perbandingan kedua jarak = jarak noda : jarak
air dan buat kromatografi tinta yang tidak dikenal, misalnya campuran pada dua
macam tinta.
Pada pratikum stoikiometri metoda
yang digunakan untuk stoikiometri sistem CuSO4 – NaOH yaitu pertama,
gunakan larutan CuSO4 1M dan NaOH 2M. Masukkan 4 mL NaOH kedalam
gelas kimia (atau gelas plastik) dan dicatat temperaturnya. Sementara diaduk,
tambahkan 1mL larutan CuSO4 yang diketahui temperatur awalnya dan
amati temperatur dari campuran ( hal yang perlu dicatat, temperatur larutan
CuSO4 harus diatur agar sama dengan temperatur larutan alkali dalam
gelas kimia sebelum pencampuran). Selanjutnya ulangi percobaan, menggunakan 2 mL NaOH dan 3 mL CuSO4 sekali
lagi menggunakan 1 mL NaOH dan 4 mL CuSO4, dan akhirnya mengunakan 3
mL NaOH dan 2 mL CuSO4.
Metode kedua yaitu stoikiometri
Asam-Basa. Pertama kedalam 5 buah gelas piala masukkan berturut-turut 1, 2, 3,
4 mL larutan NaOH, dan kedalam 5 buah gelas piala yang lainnya masukkan
berturut-turut 1, 2, 3, 4 mL larutan HCl. Temperatur dari tiap-tiap macam
larutan diukur, dicatat, kemudian ambil
harga rata-ratanya (ini adalah
temperatur mula-mula Tm). Setelah itu, kedua macam larutan ini dicampurkan
sedemikian rupa sehingga volume campuran larutan asam dan basa ini selalu tetap
yaitu 5 mL. Perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran ini diamati
dan dicatat sebagai temperatur akhir (TA), lalu hitung temperatur
rata-rata dengan rumus
T
TA
TM. Dengan demikian
diperoleh harga
T untuk setiap kali pencampuran
larutan asam dan basa. Selanjutnya, buatlah grafik antara
T (sumbu y) dan volume asam basa
(sumbu x).
Pada pratikum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi metoda yang digunakan yaitu pertama pengaruh
konsentrasi pada laju reaksi dengan sub judul reaksi antara seng dan asam
klorida yakni pertama, isikan marmer halus 1 gr kedalam balon kemudian pasang
balon itu pada labu yang mengandung 8 ml larutan asam klorida 1 M. Selanjutnya
jalankan stopwatch tepat pada saat marmer itu dijatuh kepada larutan asam
klorida dan hentikan stopwatch itu tepat pada saat balon itu dapat berdiri. Kemudian
lakukan hal yang sama dengan larutan asam klorida 3M dan 6M. Setelah itu catat
hasil pengukuran yang di capai itu pada lembaran pengamatan.
Kedua, pengaruh besar partikel atas
laju reaksi dengan sub judul reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida metodanya
adalah isi balon dengan 1 gr marmer
butiran dan pasang balon itu pada labu yang sebelumya telah diisi dengan 8 ml
asam klorida 1 M. Reaksikan mermer itu dengan menjatuhkannya di dalam asam
klorida. Ukur waktu yang diperlukan agar balon itu terisi dengan karbon
dioksida. Selanjutnya, lakukan hal yang sama dengan 2 gr marmer yang telah di
gerus halus. Kemudian bandingkan hasil pengukuran waktu yang diperoleh itu dan
terangkan.
Ketiga, pengaruh temperatur atas
laju reaksi dengan sub judul reaksi antara natrum tiosulfat dan asam klorida metodanya
yaitu pertama, buat tanda hitam pada sehelai kertas putih dan tempatkan sebuah
tabung reaksi di atas tanda itu. Lalu ke dalam tabung itu bubuhkan 2 tetes
larutan natrium tiosulfat 0,15 M dan dua
tetes larutan asm klorida 3 M. Ukur waktu yang diperlukan untuk mengaburkan
tanda hitam itu. Kemudian kedalam tabung reaksi lain bubuhkan 2 tetes larutan
natrium tiosulfat 0,15 M dan celupkan tabung tabung itu selama 10 detik dalam
air mendidih. Kemudian taruh tabung itu di atas tanda hitam tadi, bubuhkan 2
tetes larutan asam klorida 3 M dan amati waktu yang diperlukan untuk
mengaburkan tanda hitam itu. Catat semua pengamatan pada lembaran pengamatan
dan terangkan hasil yang didapat.
Pada pratikum titrasi oksidasi reduksi
metoda yang digunakan yaitu pertama, masukkan 5 mL larutan asam oksalat standar
ke dalam labu titrasi lalu tambahkan 10 mL air dan tambahkan 2 mL H2SO4
2M. Kemudian panaskan sampai hampir mendidih (±70
C). Terakhir, titrasi dengan
larutan KMnO4 sehingga terjadi perubahan warna (perhatikan: pada
awal titrasi warna KMnO4 tidak segera hilang).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
Pada percobaan atau
kegiatan pertama yaitu satu sendok pasir yang dimasukkan ke dalam gelas kimia
yang berisi air sampai volumenya 80 mL kemudian diaduk hingga homogen. Ketika
diendapkan pasir akan mengendap ke bawah dan air tetap jernih. Kemudian tuangkan
larutan bagian atas. Pemisahan ini disebut dekantasi. Dekantasi adalah proses
mengendapkan semua endapan kemudian menuangkan hati-hati cairan di atas endapan
sehingga endapan tetap tinggal dalam wadah semula (Pudyaatmaka, 2002).
Pada percobaan atau
kegiatan kedua yaitu mengamati larutan bubuk kapur. Awalnya larutan kapur
bercampur dengan air, namun ketika disaring ampas bubuk kapur tertinggal di
kertas saring dan air yang tersaring menjadi jernih. Hal ini disebut dengan
penyaringan atau filtrasi. Filtrasi adalah cara pemisahan zat padat dari zat
cair (cairan) melalui saringan atau filter yang berpori (Fibrianto, 2008).Padatan
yang tertinggal pada kertas saring disebut residu, sedangkan zat yang dapat
melewati kertas saring disebut filtrat (Lutfi, 2007).
Pada percobaan atau
kegiatan ketiga yaitu pada larutan garam dapur yang disaring kemudian diuapkan.
Hasil yang didapat adalah adanya butiran-butiran putih disekitar cawan
(kristal-kristal). Hal ini disebut dengan kristalisasi. Kristalisasi adalah
proses pembentukan kristal. Kristal dapat terbentuk bila uap dari partikel yang
sedang mengalami sublimasi menjadi dingin (Kamilati, 2006).Penguapan dan
kristalisasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya.
Titik didih setiap zat berbeda satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan (Partana, 2008).
Pada percobaan atau
kegiatan keempat yaitu pada larutan garam CuSO4.5H2O yang
diuapkan kemudian didinginkan. Setelah didinginkan terdapat kristal-kristal
berwarna biru dipinggir cawan penguap. Hal ini disebut kristalisasi.
Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, dimana
terjadi perpindahan massa dari suatu zat terlarut (solute) dari cairan larutan
ke fase kristal padat (Wikipedia).
Pada percobaan atau
kegiatan kelima yaitu pada larutan pasir dan garam yang dicampur hingga homogen
yang kemudian disaring dan zat padat yang tertinggal di corong dicuci 2-3 kali
kemudian airnya disatukan. Hasil dari percobaan tersebut adalah air menggumpal.
Hal ini disebut juga destilasi. Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah
teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan
destilasi untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat
dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran (Rahayu, 2011).
Pada percobaan atau
kegiatan keenam yaitu pada saat yod dikotori dengan pasir kemudian dipanaskan
dalam cawan penguap dan ditutup dengan kaca erloji, maka terbentuk kristal pada
kaca erloji yang bentuknya tidak beraturan. Setelah didinginkan, terbentuk
kristal yang berwarna ungu. Hal ini disebut dengan sublimasi. Sublimasi adalah
proses dari perubahan bentuk padatan langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk
cair dan setelah mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi padatan
kembali (Krisnadwi, 2013).
4.2. KROMATOGGAFI
Pada pratikum kromatografi titik
hijau dibuat di tengah dan titik merah dan biru dibuat di sebelah kanan dan
kiri dengan jarak 2cm. Hal diatas sesuai dengan pendapat Basset (2004) yang
menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3 cm dari
salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat
beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending:
pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler, dan dengan tehnik radial atau
kromatografi kertas sirkuler lain.
Pada percobaan kromatografi ketika kertas
dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air terjadilah adsorbsi air sehingga
zat warna pada tinta ikut merambat naik juga. Prinsip kromatografi kertas adalah
adsorbsi dan kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada kepolaran panjang
komponen dalam campuran yang diadsorbsikan pada permukaan fase diam dan
kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut
jika mempunyai kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan
fase gerak (Yazid, 2005).
Hasil dari pratikum kromatografi
dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pratikum
Kromatografi
Warna
|
Warna
noda
|
jarak
noda / jarak air
|
Biru
|
Biru tua
Biru muda
Biru pudar
|
0,09
0,29
0,5
|
Hijau
|
Hijau tua
Hijau muda
|
0,10
0,4
|
Merah
|
Merah
tua
Merah
muda
Merah
pudar
|
0,09
0,26
0,6
|
Hasil di atas
diperoleh dengan cara membandingkan kedua jarak dengan rumus jarak noda dibagi
jarak air, cara diatas sesuai dengan pendapat
Khopkar (2005) yang menyatakan bahwa pengukuran itu dilakukan dengan mengukur
jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan
pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada
descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang
dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai
ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar.
Dari hasil
di atas dapat dilihat bahwa jarak noda berbeda-beda, cepat rambat noda juga
berbeda-beda hal tersebut sesuai dengan pendapat
Stever dan Howe (2003) yang menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada
air dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut.
Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan
bagian dari kromatografi kertas.
Kromatografi, yakni kromatografi
pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan
menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda.
Jarak perbandingan noda itu tidak akan mencapai 1cm (Petrucci, 2003).
Reaksi pada kertas kromatografi
terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari
reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang
terlalu tinggi daripada tinta (Hadley, 2001).
Dalam
kromatografi juga dijumpai adanya fase diam dimana air menyentuh kertas dan
belum menyentuh noda dan fase gerak dimana noda mulai merambat naik. Hasil
diatas sesuai dengan pendapat Faizal Akbar
(2011) yang menyatakan bahwa dalam
kromatografi kertas fase diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk
selulosa. Fase diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang
teradsorpsi dalam selulosa kertas. Fase gerak berupa campuran pelarut yang akan
mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler.
4.3.
STOIKIOMETRI
Stoikiometri berasal dari bahasa
Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur),
yang berarti mengukur unsur-unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah
partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur
atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara
(perhitungan kimia) untuk menimbang spesi-spesi atau dengan kata lain stoikiometri
adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia (Achmad,
2001).
Dalam ilmu kimia, stoikiometri
adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) (Alfian, 2009).
Perhitungan stoikiometri paling
baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan tidak diketahui
dalam mol dan kemudian perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri
adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi
kimia (Chang, 2005).
Pada percobaan ini dilakukan dua kegiatan
yaitu Stoikimetri sistem NaOH-CuSO4 dan Stoikometri Asam
- Basa. Hasil dari percobaan tersebut
disajikan pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Stoikimetri
sistem NaOH-CuSO4 :
NaOH mL
|
CuSO4
Ml
|
TM
|
TA
|
∆T
|
4
|
4
|
28º C
|
28º C
|
0º C
|
3
|
3
|
28º C
|
28º C
|
1º C
|
2
|
2
|
27º C
|
28º C
|
1º C
|
1
|
1
|
26º C
|
28º C
|
2º C
|
Tabel
3. Stoikometri Asam - Basa
NaOH
mL
|
HCl
mL
|
TM
|
TA
|
∆T
|
1
|
4
|
27°C
|
31°C
|
4°C
|
2
|
3
|
27°C
|
32°C
|
5°C
|
3
|
2
|
27°C
|
33°C
|
6°C
|
4
|
1
|
27°C
|
30°C
|
3°C
|
Hasil
dari percobaan pada praktikum stoikiometri dapat digambarkan dalam grafik.
1. Grafik
Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
2. Grafik
Stoikiometri Asam Basa.
Stoikiometri beberapa reaksi dapat
dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode variase continu yang
mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar
pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya
(massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk
meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas
pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik
stoikiometri sistem yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam
senyawa (Muhrudin, 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu yang
digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut. Data yang
didapatkan dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara perubahan temperatur
dengan mmol CuSO4 atau mmol NaOH atau perubahan suhu dengan mmol
NaOH atau mmol HCl. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya perubahan
konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa mempengaruhi perubahan
temperatur suatu larutan. Sehingga dapat diketahui titik minimum dan maksimum
stoikiometri. Titik maksimum adalah titik (nilai) dimana suatu reaksi dalam
keadaan nilai (titik) suhu tertinggi. Hubungannya dengan stoikiometri adalah
titik maksimum tercapai ketika reaksi yang berlangsung tidak menghasilkan zat
sisa atau yang disebut stoikiometri. Titik minimum adalah titik terendah yang
dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel (Anonim, 2012).
Reaksi-reaksi dalam stoikiometri
diantaranya adalah reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi endoterm adalah reaksi
dengan kalor yang dilepaskan dari sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi
endoterm adalah reaksi dengan kalor yang diserap dari lingkungan ke sistem.
Dalam percobaan suatu sistem tertentu terdapat beberapa kondisi jumlah reaktan
yang digunakan dimana setiap reaksi pasti termasuk antara reaksi endoterm atau
eksoterm (Anonim 2014). Dari kondisi tersebut, maka didapat perubahan suhu yang
berbeda-beda seperti pada tabel di atas.
4.4.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
Laju reaksi adalah
cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan reaksi yang dinyatakan sebagai
perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi tiap satuan waktu. Laju
reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berangsung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi adalah sifat pereaksi, konsentrasi pereaksi,
temperatur dan katalisator (Sastrohamidjojo, 2005).
Pada kegiatan pertama
yaitu mengamati pengaruh konsentrasi pada laju reaksi dengan memperhatikan
reaksi antara marmer halus dan asam klorida. Hasil pada percobaan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel
4. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi.
Konsentrasi
HCl
|
Waktu
|
1
M
|
19
menit
|
3
M
|
18
menit
|
6
M
|
17 menit
|
Waktu yang diperlukan
balon untuk berdiri yaitu semakin besar konsentrasi zat, maka waktu yang
dibutuhkan juga semakin sedikit. Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi
pereaksi bukan oleh konsentrasi hasil reaksi. Semakin besar konsentrasi
pereaksi maka laju reaksi semakin besar sehingga tumbukan dapat sering terjadi
(Rusmiati, 2015).
Pada kegiatan kedua
yaitu mengamati pengaruh ukuran partikel terhadap laju reaksi, dengan
memperhatikan reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida. Hasil tersebut
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel
5. Pengaaruh besar partikel pada laju reaksi.
Ukuran
marmer
|
Waktu
|
Kasar
|
29
menit
|
Halus
|
24
menit
|
Dari data di atas
diperoleh hasil yaitu semakin kecil ukuran partikel, maka waktu yang dibutuhkan
agar balon berdiri semakin sedikit. Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi
dalam bentuk padat, luas permukaan (total) zat padat mempengaruhi laju reaksi. Laju
reaksi akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Semakin zat padat terbagi
menjadi bagian kecil, maka semakin cepat reaksi berlangsung. Bubuk zat padat
biasanya menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkahan zat
padat dengan massa yang sama. Bubuk padat memiliki permukaan yang lebih kecil
daripada sebuah bongkahan zat padat (Hudhanuer, 2014).
Pada kegiatan ketiga
yaitu mengamati pengaruh temperatur terhadap laju reaksi dengan memperhatikan
reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida. Hasil tersebut dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel
6. Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi.
Tabung
ke
|
Temperatur
|
Waktu
|
1
|
-
|
1
: 30
|
2
|
100oC
|
00
: 40
|
Dari data di atas
diperoleh hasil yaitu semakin tinggi temperatur, maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk mengaburkan tinta pada kertas. Laju reaksi bertambah dengan
naiknya suhu. Menaikkan suhu reaksi berarti menambah energi yang diserap oleh
molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul bertambah besar. Akibatnya
molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tumbukan akan lebih sering terjadi,
laju reaksi semakin tinggi (Purba, 2006).
Faktor keempat yang
mempengaruhi laju reaksi adalah katalis. Katalis adalah zat kimia yang
digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia tanpa mengubah
komposisi kimia pada akhir reaksi tersebut. Katalis anorganik berbentuk serbuk
logam atau oksida logam seperti platinum, nikel, mangan (IV) oksida, sedangkan
katalis organik berbentuk vitamin dan enzim (Basri, 2003).
4.5.
TITRASI OKSIDASI REDUKSI
Pada pratikum ini diperoleh hasil titasi
KMnO4 yang disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil titrasi.
Titrasi
|
|
Kedudukan
buret:
-
setelah titrasi
-
awal titrasi
|
10 mL
0 mL
|
Jumlah KMnO4
yang digunakan (ml)
|
10 mL
|
Ketika
larutan tinta dititrasikan dengan larutan KMnO4 warna larutan tinta
menjadi pudar atau terjadi perubahan warna. Sesuai dengan penjelasan dari Rivai
(2003) Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya
perubahan warna lebih sering daripada yang diamati dalam reaksi asam basa
reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan
bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemahan
reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi
biasa lainya. Karena, jumlah zat yang ditukarkan dalam reaksi redoks sering
kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi
redoks harus diseimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi
biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit
karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan
berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi
redoks adalah proses serah terima elektron antara dua sistem redoks.
Pada proses
titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan
sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan
warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Larutan basa yang akan
diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) &
jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam pipet
gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya
disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati
adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2002).
Istilah oksidasi mengacu pada
setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan
reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses
oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron.
Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu
kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik
sebagai oksidator dan reduktor maka dikatakan zat tersebut mengalami auto oksidasi
atau disproporsionasi (Khopkar, 2007).
Pada titrasi redoks, selama titrasi
terjadi perubahan potensial sel. Harga ini sesuai dengan perhitungan
menggunakan persamaan Nernst. Kurva titrasi redoks diperoleh dengan mengalurkan
potensial sel sebagai ordinat dan volume titran sebagai absis. Untuk membuat
kurva titrasi diperlukan data potensial awal, potensial setelah penambahan
titran tapi belum titik ekivalen, potensial pada titik ekivalen dan potensial
setelah titik ekivalen. Kurva titrasi antara lain berguna untuk menentukan
indikator dimana indikator digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi redoks dapat
ditetapkan dengan beberapa cara yaitu mengikuti titrasi secara potensiometri,
titran bertindak sebagai indikator atau auto indikator, contoh: KMnO4,
menggunakan indikator spesifik contoh: kanji, dan menggunakan indikator redoks
contoh kompleks besi (II) 1,10-fenantrolin (feroin) dan difenilamin. Indikator
redoks adalah zat warna yang dapat berubah warnanya bila direduksi atau
dioksidasi. Setiap indikator redoks berubah warna pada trayek potensial
tertentu. Indikator yang dipilih harus mempunyai perubahan potensial yang dekat
dengan potensial titik ekivalen.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil praktikum yang telah dilakukan
dapat disimpulkan dalam pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan menjadi dua
cara yaitu pemisahan zat padat dari zat cair dan pemisahan zat padat dari zat
padat. Pemisahan zat padat dari zat cair ada yang larut dalam zat cair yaitu,
penguapan,kristalisasi dan destilasi, ada juga yang tidak melarut zat cair
yaitu dekantasi dan penyaringan. Pemisahan zat padat dari zat padat yaitu
melarutkan dan penyaringan, kristalisasi dan sublimasi .
Kesimpulan dari praktikum yang
telah dipraktikan yaitu dalam pemisahan dan pemurnian sangat tergantung pada
zat yang pelaut dan zat terlarut. Jika berbeda pelarut dan terlarutnya maka
cara pengerjaannya berbeda hasilnya pun berbeda.
Dari hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa perbandingan dua perlakuan yaitu yang pertama pada penggunaan
aquades dimana air lambat merambat keatas tetapi tinta cepat merambat keatas
sedangkan pada penggunaan air biasa dimana air cepat merambat keatas tetapi
tinta lambat merambat keatas. Dari kedua perbandingan tersebut terjadi karena dalam
aquades ini merupakan air yang lebih murni sehingga noda-noda lebih cepat
terbentuk sedangkan air biasa lebih banyak mengandung unsur-unsur lain
didalamnya.
Kesimpulan dari praktikum
kromatografi ini adalah yakni semakin jauh jarak noda dari titik maka jarak
semakin mudah diamati.
Berdasarkan hasil percobaan
stoikiometri pada saat praktikum,dapat disimpulkan bahwa larutan terbaik yang
mencapai kombinasi sempurna atau mencapai stoikiometri adalah larutan yang
mencapai titik maksimum. Larutan tersebut adalah larutan terbaik dalam
peracikan bahan pangan.
Kesimpulan dari stoikimetri yaitu
dari percobaan ini bahwa campuran larutan bervariasi namun, sebelum dicampurkan
sudah dihitung masing-masing.Stoikiometri merupakan aspek kimia yang menyangkut hubungan berbagai
komponen dalam reaaksi kimia dan hubungan kuantitatif diantara komponen
tersebut.
Beberapa hukum dasar kimia yaitu Hukum Kekekalan Massa (= hokum Lavoiser), Hukum
Perbandingan Tetap (= hokum Proust), Hukum Kelipatan Perbandingan (= hokum
Dalton), Hukum Perbandingan Volume (= hokum Gay Lussac), Hukum Avogadro, Hukum
Boyle, Hukum Boyle-Lussac, Hukum Gas Ideal, Hukum Perbandingan Timbal Balik,
Hukum Perbandingan Setara. Penentuan stoikiometri larutan asam – basa dan CuSO4
– NaOH menggunakan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan
dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun
molar totalnya sama.
Kesimpulan pada pratikum laju
reaksi yaitu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, ukuran suatu
partikel zat padat, temperatur suatu tempat dan katalis. Pengaruh konsentrasi
yaitu apabila konsentrasi suatu reaktan semakin besar maka laju reaksi juga
meningkat. Pengaruh ukuran suatu partikel zat padat,semakin kecil partikel maka
laju reaksi semakin cepat. Pengaruh temperatur semakin besar termperatur maka
laju reaksi semakin cepat.
Kesimpulan pada pratikum titrasi
oksidasi adalah perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir
titrasi.
5.2. Saran
Dalam pratikum kimia dasar ini hendaknya pratikan
memperhatikan dan dapat melakukan pratikum dengan baik dan hati-hati supaya
pratikum ini dapat berlangsung dengan baik sehingga apa yang dipelajari dan
diperoleh dari pratikum ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
khususnya dalam bidang ilmu peternakan. Selain itu hendaknya agar kekompakan
lebih ditingkatkan kepada pratikan dan asisten dosen sehingga dapat tercipta kerja sama yang lebih
baik dan berguna dalam kegiatan pratikum dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://id.m.wikipedia.org/wiki/kristalisasi
diakses tanggal 19 Oktober
2015 pukul 12.30
Achmad, Hiskia. 2001. Stoikiometri Energi Kimia.
Bandung : Citra Aditya Bakti
Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press
Anonim. 2012.
http://nandakimia.blogspot.co.id diakses tanggal 2 November
2015 pukul 14.48
Anonim. 2014.
http://hudhanuer10.blogspot.co.id diakses tanggal 2 November
2015 Pukul 15.02
Basset. 2004. Reaksi Tinta dan Noda Bergabung.
Jakarta : Gramedia
Basri, Sarjoni. 2003. Kamus Kimia. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Brady, Irfan.
2000. Kimia Unsur. Jakarta : Intan Perwira
Chang, Raymond.
2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga Jilid I.
Jakarta : Erlangga
Fibrianto, Dian Nur. 2008. Panduan Kimia Praktis.
Yogyakarta : Pustaka
Widyatama
Hadley. 2001. Kromatografi dan Energenika. Bandung :
PT Citra Aditya
Kamilati, Nurul.2006. Mengenal Kimia. Bogor : Ghalia
Indonesia
Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta
: UI Press
Khopkar. 2005. Konsep Dasar Analitik. Jakarta : UI
Press
Krisnadwi. 2013.
http://bisakimia.com diakses tanggal 19 Oktober 2015 pukul
12.33
Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta : Erlangga
Muhrudin, Udin.
2011. http://chemistapolban.blogspot.com diakses tanggal 2
November 2015 pukul
14.35
Partana, Crys Fajar. 2008. Kimia I. Bogor : Quadra
Pudyaatmaka, A. Hadyanta. 2002. Kamus Kimia. Jakarta
: Balai Pustaka
Rahayu, Nurhayati. 2011. Kimia. Jakarta : Gagas
Media
Petrucci. 2003. Kimia Kromatografi. Jakarta : Intan
Perwira
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk Kelas XI. Jakarta
: Erlangga
Rusmiati, Iis. 2015. TOP Pocket Master Book Kimia.
Jakarta : Bintang Wahyu
Sastrohamidjojo.
Hardjono. 2005. Kimia Dasar Edisi 2. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Silviana. 2012.
http://silviana-wulandari.blogspot.com diakses tanggal 9
November 2015 pukul
17.15
Stever. Howe. 2003. Chemistry for Eginers and
Scientist. Bandung : ITB
Syukri, S. 2002. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB
Yazid. 2005.
Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi
LAMPIRAN
1.
Kromatografi
Warna noda
1)
Biru tua
Rf = Jarak noda / jarak air = 0.7 / 7.5 = 0.093 cm
2)
Biru muda
Rf = Jarak noda / jarak air = 2.2 / 7.5 = 0.29 cm
3)
Biru pudar
Rf = Jarak noda / jarak air = 4 / 7.5 = 0.5 cm
4)
Hijau tua
Rf = Jarak noda / jarak air = 0.8 / 7.5 = 0.10 cm
5)
Hijau muda
Rf = Jarak noda / jarak air = 3.5 / 7.5 = 0.4 cm
6)
Merah tua
Rf = Jarak noda / jarak air = 0.7 / 7.5 = 0.093 cm
7)
Merah muda
Rf = Jarak noda / jarak air = 2 / 7.5 = 0.26 cm
8)
Merah pudar
Rf = Jarak noda / jarak air = 4.5 / 7.5 = 0.6 cm
2.
Stoikiometri
Larutan CuSO4 – NaOH
1)
4 ml NaOH dan 1 ml CuSO4
= 28oC – 28oC = 0oC
2)
3 ml NaOH dan 2 ml CuSO4
= 28oC – 27oC = 1oC
3)
2 ml NaOH dan 3 ml CuSO4
= 28oC – 27oC = 1oC
4)
1 ml NaOH dan 4 ml CuSO4
= 28oC – 26oC = 2oC
Larutan Asam - Basa
1) 1
ml NaOH dan 4 ml HCl
= 30oC – 27oC = 3oC
2) 2
ml NaOH dan 3 ml HCl
= 31oC – 27oC = 4oC
3) 3
ml NaOH dan 2 ml HCl
= 32oC – 27oC = 5oC
4) 4
ml NaOH dan 1 ml HCl
= 29oC – 27oC = 2oC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar