LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
PENGGEMUKAN TERNAK
OLEH:
KELOMPOK A.1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penggemukan
sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah berkembang secara pesat dan
telah menyebar di wilayah Indonesia. Dalam setiap usaha peternakan harus
memperhatikan 3 hal yang sangat penting untuk keberhasilan usaha penggemukan
ternak sapi yaitu breed, feed, dan manajemen, ketiga hal tersebut harus
berkaitan dan berhubungan satu sama lain.
Untuk
keberhasilan usaha penggemukan sapi potong, maka yang harus diperhatikan adalah
manajemen pemeliharaan yang terarah dan pengelolahan yang professional. Usaha
penggemukan sapi potong sangat berkembang pesat karena masyarakat sadar akan
kebutuhan hewani, sehingga permintaan akan daging terus meningkat.
Manajemen
pemeliharaan usaha penggemukan sapi potong yang harus diperhatikan yaitu
perkandangan, pembibitan, pakan dan pemberiannya, pengendalian penyakit,
recording, pemanenan hasil atau pemasaran, penanganan limbah, dan manajerial.
Usaha penggemukan sapi
bertujuan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan bobot sapi yang dipelihara.
Pertumbuhan dan lama penggemukan itu ditentukan oleh faktor individu, ras
(bangsa) sapi, jenis kelamin, dan usia ternak bakalan.
1.2. Tujuan
Tujuan
dari praktikum Teknologi Penggemukan Ternak adalah untuk mengetahui bangsa-bangsa sapi yang
dipelihara di peternakan rakyat, serta jenis kelamin dan umur sapi yang
dipelihara untuk penggemukan.
1.3. Manfaat
Manfaat
dari praktikum Teknologi Penggemukan Ternak adalah mengetahui bangsa-bangsa sapi yang
dipelihara di peternakan rakyat, serta jenis kelamin dan umur sapi yang
dipelihara untuk penggemukan.
BAB
II
MATERI DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Adapun kegiatan praktikum Teknologi Penggemukan
Ternak ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 maret 2018 yang bertempat di Peternakan Pak Sukur, Jalan Widuri Pal 5 Kota Baru, Kota Jambi.
2.2.
Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah peternak, buku, pena, handphone, dan ternak (sapi, kerbau, dan
kambing).
2.3.
Metode
Adapun
metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode survey yaitu melakukan tanya
jawab dengan pemilik peternakan dan pengamatan langsung ke lokasi peternakan
rakyat.
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Profil Peternakan
Peternakan
yang dikunjungi pada praktikum ini adalah peternakan milik Pak Sukur.Peternakan
ini bertempat di Jalan Widuri Pal 5 Kota Baru, Jambi.Pendidikan terakhir
peternak adalah SLTA sederajat.
Gambar 1. Foto
bersama pemilik peternakan
Sapi
yang ada di peternakan ini berasal dari Lampung.Jenis sapi yang digemukkan di peternakan
ini adalah sapi Brahman, Simental, dan Bali.Selain sapi, peternakan ini juga
menggemukkan kerbau.
Gambar 2. Jenis
kerbau
Pemberian
pakan pada sapi diberikan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan
sore.Pakan yang diberikan berupa rumput liar.
Gambar 3. Pakan
Pada
peternakan Pak Sukur ini, model kandang ternak tersebut adalah kandang deprok,
dengan lantai semen atau beton,kontruksi bangunan sebagian dari kayu sebagian
lagi dicor serta atap berupa genteng dan seng.Terdapat selokan untuk pembuangan
limbah.Bak tempat pakan berupa bak yang terbuat dari semen.
Gambar 4. Model
kandang
3.2. Pengaruh Bangsa Terhadap Keberhasilan
Penggemukan
Peternakan Pak Sukur
mendatangkan sapi-sapi yang ingin digemukkan berasal dari Lampung.Bangsa-bangsa
sapi yang didatangkan adalah sapi Brahman, Simental, dan Bali.
Gambar 5. Jenis
sapi
Sapi
Brahman merupakan sapi keturunan Bos Indicus yang berhasil dijinakkan di India,
kemudian diseleksi dan dikembangkan genetiknya melalui penelitian yang cukup
lama.Sapi Brahman termasuk tipe sapi pedaging yang baik dari daerah tropis.
Warsito dan Andoko (2012) mengatakan bahwa sapi ini dapat tumbuh dengan baik
walaupun daerah yang kurang subur. Hal ini terjadi karena pakan sapi Brahman
cukup sederhana.Sapi Brahman memiliki karakteristik yaitu bobot badan sapi
pejantan berkisar antara 724—996 kg, sedangkan yang betina 453—634 kg.Tekstur
kulit sapi Brahman longgar, halus, dan lemas dengan ketebalan sedang.Ukuran
punuk pada sapi jantan relatif besar, sedangkan pada yang betina lebih
kecil.Sapi Brahman tahan terhadap cuaca panas dan tahan terhadap gigitan
nyamuk.
Sapi Simmental
merupakan sapi yang berasal dari Switzerland.Tipe sapi ini merupakan tipe
potong, perah dan kerja.Ciri-ciri Sapi Simental adalah tubuh berukuran besar,
tubuh berbentuk kotak pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit
rendah.Warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah, sedangkan
muka keempat kaki mulai dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih.Ukuran tanduk
relatif kecil.Berat pada sapi betina mencapai 800 kg dan pada sapi jantan
mencapai 1150 kg (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Sapi
Bali mempunyai ciri-ciri khusus antara lain: warna bulu merah bata, tetapi yang
jantan dewasa berubah menjadi hitam (Hardjosubroto, 1994). Satu karakter lain
yakni perubahan warna sapi jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna
semula yakni coklat muda keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon
testosteron sebagai hasil produk testes (Darmadja, 1980). Karakteristik lain
yang harus dipenuhi dari ternak sapi bali murni, yaitu warna putih pada bagian
belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai tarsus dan
carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam, bulu pada bagian
dalam telinga putih, terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung,
bentuk tanduk pada jantan yang paling ideal disebut bentuk tanduk silak
congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar
lalu membengkok ke atas, kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar. Pada
yang betina bentuk tanduk yang ideal yang disebut manggul gangsa yaitu jalannya
pertumbuhan tanduk satu garis dengan dahi arah ke belakang sedikit melengkung
ke bawah dan pada ujungnya sedikit mengarah ke bawah dan ke dalam, tanduk ini
berwarna hitam (Hardjosubroto, 1994).
Bangsa sapi yang baik
untuk digemukkan adalah bangsa sapi campuran keturunan pertama (F1) yakni sapi
hasil persilangan sapi lokal dengan sapi impor (Trifena et al., 2011). Umumnya
bangsa sapi hasil persilangan keturunan pertama (crossbreed) lebih bagus
dibanding bangsa sapi lokal karena memilki performans produksi lebih baik
(Musthafa, 2011) dan konsumsi bahan kering, bahan organik, protein kasar dan
total digestible nutrients pada induk sapi SimPO dengan pakan hijauan dan
konsentrat lebih tinggi daripada induk sapi PO (Endrawati et al., 2010).
3.3. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Keberhasilan
Penggemukan
Pada peternakan pak sukur, sesuai dengan peternakan
umumnya jenis kelamin ternak yang digemukkan adalah jantan.Jenis kelamin jantan
dipilih karena betina produktif tidak boleh dipotong.Selain itu, pertumbuhan
bobot badan pada ternak jantan lebih cepat dan lebih berat daripada betina.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan
penggemukan adalah jenis kelamin. Jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan
laju pertumbuhandimana pada umur yang sama ternak jantan biasanya tumbuh lebih
cepatdibandingkan dengan ternak betina. Pertumbuhan yang lebih cepat padaternak
jantan disebabkan karena adanya androgen yaitu suatu hormon kelamin yang
mengatur stimula pertumbuhan, dimana androgen ini dihasilkanoleh sel-sel interstitial
dan kelenjar adrenal dan salah satu dari steroidandrogen adalah testosteron
yang dihasilkan oleh testes.Androgen berfungsimenstimulasi sintesis protein
terutama di dalam otot.Peningkatan sintesisprotein dapat mengakibatkan
hipertrofi serabut otot.Hormon kelamin jantanini mengakibatkan pertumbuhan yang
lebih cepat pada ternak jantandibandingkan dengan ternak betina (Soeparno,
1992). Beberapa hasilpenelitian menunjukkan bahwa, jenis kelamin jantan
memiliki performaproduksi (pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering dan
efisiensipenggunaan pakan) dan status faal (suhu tubuh, respirasi dan pulsus)
yanglebih tinggi dibanding ternak betina (Padang, 2005).
3.4. Pengaruh Umur Terhadap Keberhasilan Penggemukan
Sapi yang dipelihara pada peternakan Pak Sukur memiliki
kisaran umur 3 sampai 5 tahun.Idealnya, umur bakalan sapi untuk usaha
penggemukan sapi potong sekitar 1,5-2 tahun. Kisaran umur tersebut merupakan
umur paling optimal untuk memulai usaha penggemukan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa secara teoritis umur sapi
bakalan yang baik untuk digemukkan adalah 1,5-2,5 tahun atau gigi seri tetap
sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena umumnya sapi bakalan yang berumur
demikian memiliki laju pertumbuhan yang optimal, efisiensi pakan yang tinggi.Umur bakalan sapi yang kurang dari
1,5 tahun bobot hariannya masih agak lambat (belum optimal). Sebaiknya jika
umur bakalan lebih dari 2 tahun, pertambahan bobot harian sudah
lambat. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rianto dan
Purbowati (2010) menyatakan bahwa Pemilihan sapi bakalan pada umur yang masih
mengalami pertumbuhan yang cepat akan memberikan dampak yang lebih ekonomis.
Mengamati umur sapi bakalan cukup dengan mengamati dan
menghitung pertumbuhan gigi rahang bawah, pergantian gigi dan keausan gigi.
Selama hidupnya pertumbuhan gigi sapi mengalami tiga tahapan, yaitu pertama
pertumbuhan gigi susu, kedua pergantian gigi susu dengan gigi tetap, dan ketiga
keausan gigi. Tanggalnya gigi susu yang diikuti dengan pergantian gigi tetap
hanya terdapat pada rahang bawah. Gigi susu yang merupakan gigi seri pada sapi
berjumlah 4 pasang.
Sapi yang memiliki gigi susu lengkap pada rahang bawah
berumur 1,5 tahun.Sapi yang memiliki sepasang gigi tetap pada rahang bawah
(sepasang gigi susu telah tanggal) berumur sekitar 2 tahun, memiliki 2 pasang
gigi tetap berumur 3 tahun, memiliki 3 pasang gigi tetap berumur 3,5
tahun,memiliki 4 pasang gigi tetap berumur sekitar 4 tahun.Sapi yang memiliki 4
pasang gigi tetap, tetapi 25% bagiannya telah aus berumur sekitar 6
tahun.Apabila 50% dari 4 pasang gigi tetap itu sudah aus maka usia sapi sekitar
7,5 tahun.
Bakalan sapi yang berumur kurang
dari satu tahun, kurang efektif jika digemukkan.Karena pada fase tersebut,
pertumbuhan sapi yang paling pesat hanyalah tulang dan gigi, serta pertumbuhan
fisik cenderung meninggi. Setelah sapi berumur 1,5 - 2 tahun sapi akan
membentuk pertumbuhan jaringan daging.Pada umur tersebut pertumbuhan badan sapi
berlangsung secara horizontal (memanjang) dan otot daging mulai mengembang dan
memadat.
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum ini adalah jenis sapi yang digemukkan pada peternakan Pak Sukur
adalah Sapi Brahman, Simental dan Bali. Ternak dengan jenis kelamin jantan
bagus untuk dijadikan penggemukan dan umur ternak sapi yang digemukkan di
peternakan Pak Sukur adalah berkisar antara 3 sampai 5 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadja,
S.D.N.D. 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalam Ekosistem
Pertanian di Bali.[Disertasi]. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Endrawati,
E., E. Baliarti, dan S.P.S. Budhi. 2010. Performans induk sapi silangan
SimmentalPeranakan Ongole dan induk sapi Peranakan Ongole dengan pakan hijauan
dan konsentrat. Buletin Peternakan 34(2): 86-93.
Hardjosubroto,
W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Musthafa,
N.A. 2011. Pengaruh bangsa sapi potong terhadap kinerja reproduksi induk di
Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.Skripsi. Fakultas
Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ngadiyono,
N. 2007. Beternak Sapi. Citra Aji Pratama. Yogyakarta.
Padang,
2005.Pengaruh jenis kelamin terhadap performans produksi kambing Kacang. Jurnal
Forsimapas6(3): 2428 – 2432.
Rianto,
E. dan E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya,
Anggota IKAPI. Jakarta.
Soeparno, 1992. Ilmu
dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Sudarmono dan
Sugeng, 2008. Ilmu Peternakan.Edisi keempat.
University Gajha Mada, Press : Yogyakarta.
Trifena,
I.G.S. Budisatria, dan T. Hartatik. 2011. Perubahan fenotip sapi Peranakan
Ongole, SimPO dan LimPO pada keturunan pertama dan keturunan kedua (Backcross).
Buletin Peternakan 35(1): 11-16.
Warsito
dan Andoko, A. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. Agromedia Pustaka. Cetakan I.
Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar