Selasa, 29 November 2016

LAPORAN SEMESTER KIMIA

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Ilmu kimia dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai hal, beberapa diantaranya adalah kromatografi, laju reaksi, stoikiometri dan lain sebagainya, sehingga dalam mempelajari kimia dasar perlu suatu percobaan agar mahasiswa dapat mengerti dan lebih tahu dalam menyusun dan menggunakan zat kimia. Maka dari itu, dengan adanya mata kuliah kimia dasar ini dapat menjadi bekal dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebelum diaplikasikan kepada lingkungan masyarakat. Sebagai salah satu contohnya yakni pemisahan dan pemurnian. Adapun penggolongan pemisahan dan pemurnian yakni pemisahan zat padat dari zat cair dan pemisahan zat padat dari zat padat.
Kromatografi merupakan salah satu cara untuk memisahkan dan mengidentifikasi suatu campuran. Ada beberapa cara dalam penggolongan kromatografi ini, salah satu diantaranya yaitu kromatografi kertas, salah satu penggunaannya adalah pemisahan zat warna dalam tinta hitam.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani Stoichio (unsur) dan Metron (perhitungan), sehingga yang dimaksud dengan stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek dari zat-zat kimia yng terkandung dalam reaksi kimia dengan ditandainya suhu atau temperatur suatu campuran. Tetapan kesetimbangan stoikiometri yang digunakan dalam praktikum  merupakan besaran yang mudah untuk diukur dengan percobaan, tetapi harus diingatkan dalam penggunaannya sebab apabila ada kendala yang sangat besar karena tetapan kesetimbangan stoikiometri bergantung pada kepekatan.
Suatu penerapan penting dari titrasi oksidasi reduksi adalah analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada masa dinamakan gravimetrik dan pengukuran yang dilakukan pada dasar berdasarkan volume  larutan dinamakan volumetrik atau titrasi. Dalam percobaan ini teknik analisis ini diterapkan pada analisis contoh yang mengandung asam.


1.2.Tujuan
Tujuan dalam melakukan praktikum kimia dasar adalah untuk mempelajari jenis-jenis pemisahan dan pemurnian,  untuk mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kertas, untuk menentukan stoikiometri larutan CuSO4 – NaOH dan larutan asam basa dengan percobaan sederhana, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dan untuk mempelajari tentang titrasi oksidasi reduksi.

1.3.Manfaat
 Adapun manfaat dari praktikum kimia dasar adalah agar praktikan mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian, mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kertas, memahami stoikiometri larutan CuSO4 – NaOH dan larutan asam basa dengan percobaan sederhana, agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dan agar mengetahui tentang titrasi oksidasi reduksi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ilmu kimia, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) (Alfian, 2009).
Dalam kromatografi kertas, fase diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fase diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas. Fase gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler (Faizal Akbar, 2011).
Dekantasi adalah proses mengendapkan semua endapan kemudian menuangkan hati-hati cairan di atas endapan sehingga endapan tetap tinggal dalam wadah semula (Pudyaatmaka, 2002).
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran (Rahayu, 2011).
Filtrasi adalah cara pemisahan zat padat dari zat cair (cairan) melalui saringan atau filter yang berpori (Fibrianto, 2008).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2007).
Katalis adalah zat kimia yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia tanpa mengubah komposisi kimia pada akhir reaksi tersebut. Katalis anorganik berbentuk serbuk logam atau oksida logam seperti platinum, nikel, mangan (IV) oksida, sedangkan katalis organik berbentuk vitamin dan enzim (Basri, 2003).
Kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler, dan dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain (Basset, 2004).
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal. Kristal dapat terbentuk bila uap dari partikel yang sedang mengalami sublimasi menjadi dingin (Kamilati, 2006).
Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, dimana terjadi perpindahan massa dari suatu zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat (Wikipedia).
Kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itu tidak akan mencapai 1cm (Petrucci, 2003).
Laju reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan reaksi yang dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi tiap satuan waktu. Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berangsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat pereaksi, konsentrasi pereaksi, temperatur dan katalisator (Sastrohamidjojo, 2005).
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan oleh konsentrasi hasil reaksi. Semakin besar konsentrasi pereaksi maka laju reaksi semakin besar sehingga tumbukan dapat sering terjadi (Rusmiati, 2015).
Laju reaksi bertambah dengan naiknya suhu. Menaikkan suhu reaksi berarti menambah energi yang diserap oleh molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul bertambah besar. Akibatnya molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tumbukan akan lebih sering terjadi, laju reaksi semakin tinggi (Purba, 2006).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan ke dalam pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2002).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Padatan yang tertinggal pada kertas saring disebut residu, sedangkan zat yang dapat melewati kertas saring disebut filtrat (Lutfi, 2007).
Penguapan dan kristalisasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan (Partana, 2008).
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).
Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan tidak diketahui dalam mol dan kemudian perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Chang, 2005).
Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada kepolaran panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsikan pada permukaan fase diam dan kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika mempunyai kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak (Yazid, 2005).
Proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian dari kromatografi kertas (Stever dan Howe, 2003).
Reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta (Hadley, 2001).
Reaksi-reaksi dalam stoikiometri diantaranya adalah reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi endoterm adalah reaksi dengan kalor yang dilepaskan dari sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi dengan kalor yang diserap dari lingkungan ke sistem. Dalam percobaan suatu sistem tertentu terdapat beberapa kondisi jumlah reaktan yang digunakan dimana setiap reaksi pasti termasuk antara reaksi endoterm atau eksoterm (Anonim 2014).
Redoks sering di hubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi asam basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemahan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara dua system redoks. (Rivai, 2003)
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur), yang berarti mengukur unsur-unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara (perhitungan kimia) untuk menimbang spesi-spesi atau dengan kata lain stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia (Achmad, 2001).
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode variase continu yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa (Muhrudin, 2011).
Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk padat, luas permukaan (total) zat padat mempengaruhi laju reaksi. Laju reaksi akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Semakin zat padat terbagi menjadi bagian kecil, maka semakin cepat reaksi berlangsung. Bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkahan zat padat dengan massa yang sama. Bubuk padat memiliki permukaan yang lebih kecil daripada sebuah bongkahan zat padat (Hudhanuer, 2014).
Sublimasi adalah proses dari perubahan bentuk padatan langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk cair dan setelah mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi padatan kembali (Krisnadwi, 2013).
Titik maksimum adalah titik (nilai) dimana suatu reaksi dalam keadaan nilai (titik) suhu tertinggi. Hubungannya dengan stoikiometri adalah titik maksimum tercapai ketika reaksi yang berlangsung tidak menghasilkan zat sisa atau yang disebut stoikiometri. Titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel (Anonim, 2012).


BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum kimia dasar ini dilakukan setiap hari Selasa, Oktober s/d November 2015 pukul 12.30 WIB sampai selesai, yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.1. Materi
Adapun alat yang diperlukan pada praktikum pemisahan dan pemurnian  adalah gelas kimia yang berukuran 50 ml dan 250 ml, corong, cawan penguap, gelas ukur 50 ml,  pembakar,  kaca erloji, dan kertas saring. Sedangkan bahan yang  diperlukan yaitu CuSO4.5H2O, garam dapur,  yod,  kapur tulis, dan  pasir.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kromatografi yaitu kertas kromatografi, gelas kimia, penggaris, pensil, tinta warna hijau, biru, merah, lidi dan air.
Alat dan zat yang digunakan dalam praktikum stoikiometri adalah tabung reaksi, termometer, larutan CuSO4, larutan NaOH, dan larutan HCl.
Alat dan zat yang diperlukan pada praktikum faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu labu 250 mL 4 buah, tabung ukur 100 mL, larutan natrim tiosulfat 1M, larutan asam klorida, batang gelas, gelas kimia 100mL, mortir, kalium iodida, merkuri klorida, pipet tetes 3 buah, gelas kimia 150 mL, tabung ukur 25 mL, tabung raksi kecil, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, stopwatch, larutan asamoksalat 0,05M, larutan Kaliu, permangant 0,01M dan larutan asam sulfat 0,5M.
Adapun alat dan zat yang digunakan dalam pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah 10 ml larutan tinta, larutan H2SO4, buret dan tabung titrasi.

3.2. Metoda
Pada pratikum pemisahan dan pemurnian metoda yang digunakan yaitu pertama, masukkan 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang berisi air, biarkan pasir mengendap, kemudian tuangkan larutan bagian atasnya. Kedua, haluskan kapur tulis di dalam gelas penumbuk, kemudian bubuk kapur tulis tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia, lalu aduk. Siapkan corong dan kertas saring, kemudian lakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan corong. Ketiga, larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian larutkan garam ini disaring dengan kertas saring, uapkan larutan garam yang telah disaring ini dengan cawan penguapan. Keempat, larutkan 2 gram garam CuS04.5H2O kedalam 10 ml air gelas lalu uapkan larutan ini kemudian dinginkan. Perhatikan bentuk kristal yang terjadi. Kelima, campurkanlah  1 sendok pasir  dan 1 sendok garam dapur sampai homogen, lalu masukkan kedalam gelas kimia. Panaskan campuran ini, kemudian saring.  Zat padat yang tertingal dicorong dicuci dua sampai tiga kali dengan  5 mL air. Air saringan dan air cucian disatukan, kemudian uapkan dalam cawan penguapan. Jika airnya hampir habis, hendaknya pembakar disisihkan sebentar dan biarkan air menguap sendiri. Keenam masukkan  2 gram yod yang kotor (dikotori dengan pasir atau natrium karbonat) kedalam cawan penguapan. Tutup cawan penguapan tersebut dengan kaca arloji yang berisi air. Panaskan perlahan-lahan sampai terbentuk zat padat pada alat kaca arloji. Setelah didinginkan kumpulkan kristal-kristal tersebut. Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk.
Pada praktikum kromatografi metode atau cara pengerjaan yang dilakukan yaitu pertama, buatlah garis dengan menggunakan pensil dengan ukuran 1 cm dari ujung bawah kertas kromatografi (semacam kertas saring). Kemudian buat titik dengan tinta hijau di tengah garis itu, dan buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan kanan titik hijau pada jarak 2 cm dan biarkan titik itu mengering. Gulung kertas hingga membentuk silinder. Kemudian tempatkan kertas pada gelas kimia yang berisi air seinggi 0,5 cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tinta tidak tercelup dalam air). Kemudian biarkan air merambat kebagian atas kertas dan zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Selanjutnya, jika air sudah merambat mendekati ujung atas kertas, keluarkan ketas dan beri tanda batas  rambatan air. Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta, biarkan kertas saring menjadi kering.  Ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna dari garis pensil  pada ujung bawah kertas. Kemudian hitunglah harga perbandingan kedua jarak = jarak noda : jarak air dan buat kromatografi tinta yang tidak dikenal, misalnya campuran pada dua macam tinta.
Pada pratikum stoikiometri metoda yang digunakan untuk stoikiometri sistem CuSO4 – NaOH yaitu pertama, gunakan larutan CuSO4 1M dan NaOH 2M. Masukkan 4 mL NaOH kedalam gelas kimia (atau gelas plastik) dan dicatat temperaturnya. Sementara diaduk, tambahkan 1mL larutan CuSO4 yang diketahui temperatur awalnya dan amati temperatur dari campuran ( hal yang perlu dicatat, temperatur larutan CuSO4 harus diatur agar sama dengan temperatur larutan alkali dalam gelas kimia sebelum pencampuran). Selanjutnya ulangi percobaan, menggunakan  2 mL NaOH dan 3 mL CuSO4 sekali lagi menggunakan 1 mL NaOH dan 4 mL CuSO4, dan akhirnya mengunakan 3 mL NaOH dan 2 mL CuSO4.
Metode kedua yaitu stoikiometri Asam-Basa. Pertama kedalam 5 buah gelas piala masukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 mL larutan NaOH, dan kedalam 5 buah gelas piala yang lainnya masukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 mL larutan HCl. Temperatur dari tiap-tiap macam larutan diukur, dicatat, kemudian  ambil harga rata-ratanya  (ini adalah temperatur mula-mula Tm). Setelah itu, kedua macam larutan ini dicampurkan sedemikian rupa sehingga volume campuran larutan asam dan basa ini selalu tetap yaitu 5 mL. Perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran ini diamati dan dicatat sebagai temperatur akhir (TA), lalu hitung temperatur rata-rata dengan rumus T TA TM. Dengan demikian diperoleh harga T untuk setiap kali pencampuran larutan asam dan basa. Selanjutnya, buatlah grafik antara T (sumbu y) dan volume asam basa (sumbu x).
Pada pratikum faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi metoda yang digunakan yaitu pertama pengaruh konsentrasi pada laju reaksi dengan sub judul reaksi antara seng dan asam klorida yakni pertama, isikan marmer halus 1 gr kedalam balon kemudian pasang balon itu pada labu yang mengandung 8 ml larutan asam klorida 1 M. Selanjutnya jalankan stopwatch tepat pada saat marmer itu dijatuh kepada larutan asam klorida dan hentikan stopwatch itu tepat pada saat balon itu dapat berdiri. Kemudian lakukan hal yang sama dengan larutan asam klorida 3M dan 6M. Setelah itu catat hasil pengukuran yang di capai itu pada lembaran pengamatan.
Kedua, pengaruh besar partikel atas laju reaksi dengan sub judul reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida metodanya adalah isi balon dengan 1 gr  marmer butiran dan pasang balon itu pada labu yang sebelumya telah diisi dengan 8 ml asam klorida 1 M. Reaksikan mermer itu dengan menjatuhkannya di dalam asam klorida. Ukur waktu yang diperlukan agar balon itu terisi dengan karbon dioksida. Selanjutnya, lakukan hal yang sama dengan 2 gr marmer yang telah di gerus halus. Kemudian bandingkan hasil pengukuran waktu yang diperoleh itu dan terangkan.
Ketiga, pengaruh temperatur atas laju reaksi dengan sub judul reaksi antara natrum tiosulfat dan asam klorida metodanya yaitu pertama, buat tanda hitam pada sehelai kertas putih dan tempatkan sebuah tabung reaksi di atas tanda itu. Lalu ke dalam tabung itu bubuhkan 2 tetes larutan natrium tiosulfat  0,15 M dan dua tetes larutan asm klorida 3 M. Ukur waktu yang diperlukan untuk mengaburkan tanda hitam itu. Kemudian kedalam tabung reaksi lain bubuhkan 2 tetes larutan natrium tiosulfat 0,15 M dan celupkan tabung tabung itu selama 10 detik dalam air mendidih. Kemudian taruh tabung itu di atas tanda hitam tadi, bubuhkan 2 tetes larutan asam klorida 3 M dan amati waktu yang diperlukan untuk mengaburkan tanda hitam itu. Catat semua pengamatan pada lembaran pengamatan dan terangkan hasil yang didapat.
Pada pratikum titrasi oksidasi reduksi metoda yang digunakan yaitu pertama, masukkan 5 mL larutan asam oksalat standar ke dalam labu titrasi lalu tambahkan 10 mL air dan tambahkan 2 mL H2SO4 2M. Kemudian panaskan sampai hampir mendidih (±70 C). Terakhir, titrasi dengan larutan KMnO4 sehingga terjadi perubahan warna (perhatikan: pada awal titrasi warna KMnO4 tidak segera hilang).

           
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
Pada percobaan atau kegiatan pertama yaitu satu sendok pasir yang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air sampai volumenya 80 mL kemudian diaduk hingga homogen. Ketika diendapkan pasir akan mengendap ke bawah dan air tetap jernih. Kemudian tuangkan larutan bagian atas. Pemisahan ini disebut dekantasi. Dekantasi adalah proses mengendapkan semua endapan kemudian menuangkan hati-hati cairan di atas endapan sehingga endapan tetap tinggal dalam wadah semula (Pudyaatmaka, 2002).
Pada percobaan atau kegiatan kedua yaitu mengamati larutan bubuk kapur. Awalnya larutan kapur bercampur dengan air, namun ketika disaring ampas bubuk kapur tertinggal di kertas saring dan air yang tersaring menjadi jernih. Hal ini disebut dengan penyaringan atau filtrasi. Filtrasi adalah cara pemisahan zat padat dari zat cair (cairan) melalui saringan atau filter yang berpori (Fibrianto, 2008).Padatan yang tertinggal pada kertas saring disebut residu, sedangkan zat yang dapat melewati kertas saring disebut filtrat (Lutfi, 2007).
Pada percobaan atau kegiatan ketiga yaitu pada larutan garam dapur yang disaring kemudian diuapkan. Hasil yang didapat adalah adanya butiran-butiran putih disekitar cawan (kristal-kristal). Hal ini disebut dengan kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal. Kristal dapat terbentuk bila uap dari partikel yang sedang mengalami sublimasi menjadi dingin (Kamilati, 2006).Penguapan dan kristalisasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan (Partana, 2008).
Pada percobaan atau kegiatan keempat yaitu pada larutan garam CuSO4.5H2O yang diuapkan kemudian didinginkan. Setelah didinginkan terdapat kristal-kristal berwarna biru dipinggir cawan penguap. Hal ini disebut kristalisasi. Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, dimana terjadi perpindahan massa dari suatu zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat (Wikipedia).
Pada percobaan atau kegiatan kelima yaitu pada larutan pasir dan garam yang dicampur hingga homogen yang kemudian disaring dan zat padat yang tertinggal di corong dicuci 2-3 kali kemudian airnya disatukan. Hasil dari percobaan tersebut adalah air menggumpal. Hal ini disebut juga destilasi. Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran (Rahayu, 2011).
Pada percobaan atau kegiatan keenam yaitu pada saat yod dikotori dengan pasir kemudian dipanaskan dalam cawan penguap dan ditutup dengan kaca erloji, maka terbentuk kristal pada kaca erloji yang bentuknya tidak beraturan. Setelah didinginkan, terbentuk kristal yang berwarna ungu. Hal ini disebut dengan sublimasi. Sublimasi adalah proses dari perubahan bentuk padatan langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk cair dan setelah mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi padatan kembali (Krisnadwi, 2013).

4.2. KROMATOGGAFI
Pada pratikum kromatografi titik hijau dibuat di tengah dan titik merah dan biru dibuat di sebelah kanan dan kiri dengan jarak 2cm. Hal diatas sesuai dengan pendapat Basset (2004) yang menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler, dan dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain.  
Pada percobaan kromatografi ketika kertas dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air terjadilah adsorbsi air sehingga zat warna pada tinta ikut merambat naik juga. Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada kepolaran panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsikan pada permukaan fase diam dan kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika mempunyai kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak (Yazid, 2005).
Hasil dari pratikum kromatografi dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pratikum Kromatografi
Warna
Warna noda
jarak noda / jarak air
Biru
Biru tua
Biru muda
Biru pudar
0,09
0,29
0,5
Hijau
Hijau tua
Hijau muda
0,10
0,4
Merah
Merah tua
Merah muda
Merah pudar
0,09
0,26
0,6

Hasil di atas diperoleh dengan cara membandingkan kedua jarak dengan rumus jarak noda dibagi jarak air, cara diatas sesuai dengan pendapat Khopkar (2005) yang menyatakan bahwa pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar.
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa jarak noda berbeda-beda, cepat rambat noda juga berbeda-beda hal tersebut sesuai dengan pendapat Stever dan Howe (2003) yang menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian dari kromatografi kertas.
Kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itu tidak akan mencapai 1cm (Petrucci, 2003).
Reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta (Hadley, 2001).
Dalam kromatografi juga dijumpai adanya fase diam dimana air menyentuh kertas dan belum menyentuh noda dan fase gerak dimana noda mulai merambat naik. Hasil diatas sesuai dengan pendapat Faizal Akbar (2011) yang menyatakan bahwa dalam kromatografi kertas fase diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fase diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas. Fase gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler.
4.3. STOIKIOMETRI
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur), yang berarti mengukur unsur-unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara (perhitungan kimia) untuk menimbang spesi-spesi atau dengan kata lain stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia (Achmad, 2001).
Dalam ilmu kimia, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) (Alfian, 2009).
Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan tidak diketahui dalam mol dan kemudian perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Chang, 2005).
Pada percobaan ini dilakukan dua kegiatan yaitu Stoikimetri sistem NaOH-CuSO4 dan Stoikometri Asam - Basa. Hasil dari percobaan tersebut  disajikan pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Stoikimetri sistem NaOH-CuSO4  :
NaOH mL
CuSO4
Ml
TM
TA
∆T
4
4
28º C
28º C
0º C
3
3
28º C
28º C
1º C
2
2
27º C
28º C
1º C
1
1
26º C
28º C
2º C

Tabel 3. Stoikometri Asam - Basa
NaOH
mL
HCl
mL
TM
TA
∆T
1
4
27°C
31°C
4°C
2
3
27°C
32°C
5°C
3
2
27°C
33°C
6°C
4
1
27°C
30°C
3°C

Hasil dari percobaan pada praktikum stoikiometri dapat digambarkan dalam grafik.
1.      Grafik Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH


2.      Grafik Stoikiometri Asam Basa.
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode variase continu yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa (Muhrudin, 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut. Data yang didapatkan dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara perubahan temperatur dengan mmol CuSO4 atau mmol NaOH atau perubahan suhu dengan mmol NaOH atau mmol HCl. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya perubahan konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa mempengaruhi perubahan temperatur suatu larutan. Sehingga dapat diketahui titik minimum dan maksimum stoikiometri. Titik maksimum adalah titik (nilai) dimana suatu reaksi dalam keadaan nilai (titik) suhu tertinggi. Hubungannya dengan stoikiometri adalah titik maksimum tercapai ketika reaksi yang berlangsung tidak menghasilkan zat sisa atau yang disebut stoikiometri. Titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel (Anonim, 2012).
Reaksi-reaksi dalam stoikiometri diantaranya adalah reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi endoterm adalah reaksi dengan kalor yang dilepaskan dari sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi dengan kalor yang diserap dari lingkungan ke sistem. Dalam percobaan suatu sistem tertentu terdapat beberapa kondisi jumlah reaktan yang digunakan dimana setiap reaksi pasti termasuk antara reaksi endoterm atau eksoterm (Anonim 2014). Dari kondisi tersebut, maka didapat perubahan suhu yang berbeda-beda seperti pada tabel di atas.

4.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
Laju reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan reaksi yang dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi tiap satuan waktu. Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berangsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat pereaksi, konsentrasi pereaksi, temperatur dan katalisator (Sastrohamidjojo, 2005).
Pada kegiatan pertama yaitu mengamati pengaruh konsentrasi pada laju reaksi dengan memperhatikan reaksi antara marmer halus dan asam klorida. Hasil pada percobaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi.
Konsentrasi HCl
Waktu
1 M
19 menit
3 M
18 menit
6 M
17  menit

Waktu yang diperlukan balon untuk berdiri yaitu semakin besar konsentrasi zat, maka waktu yang dibutuhkan juga semakin sedikit. Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan oleh konsentrasi hasil reaksi. Semakin besar konsentrasi pereaksi maka laju reaksi semakin besar sehingga tumbukan dapat sering terjadi (Rusmiati, 2015).
Pada kegiatan kedua yaitu mengamati pengaruh ukuran partikel terhadap laju reaksi, dengan memperhatikan reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pengaaruh besar partikel pada laju reaksi.
Ukuran marmer
Waktu
Kasar
29 menit
Halus
24 menit

Dari data di atas diperoleh hasil yaitu semakin kecil ukuran partikel, maka waktu yang dibutuhkan agar balon berdiri semakin sedikit. Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk padat, luas permukaan (total) zat padat mempengaruhi laju reaksi. Laju reaksi akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Semakin zat padat terbagi menjadi bagian kecil, maka semakin cepat reaksi berlangsung. Bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkahan zat padat dengan massa yang sama. Bubuk padat memiliki permukaan yang lebih kecil daripada sebuah bongkahan zat padat (Hudhanuer, 2014).
Pada kegiatan ketiga yaitu mengamati pengaruh temperatur terhadap laju reaksi dengan memperhatikan reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi.
Tabung ke
Temperatur
Waktu
1
-
1 : 30
2
100oC
00 : 40

Dari data di atas diperoleh hasil yaitu semakin tinggi temperatur, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengaburkan tinta pada kertas. Laju reaksi bertambah dengan naiknya suhu. Menaikkan suhu reaksi berarti menambah energi yang diserap oleh molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul bertambah besar. Akibatnya molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tumbukan akan lebih sering terjadi, laju reaksi semakin tinggi (Purba, 2006).
Faktor keempat yang mempengaruhi laju reaksi adalah katalis. Katalis adalah zat kimia yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia tanpa mengubah komposisi kimia pada akhir reaksi tersebut. Katalis anorganik berbentuk serbuk logam atau oksida logam seperti platinum, nikel, mangan (IV) oksida, sedangkan katalis organik berbentuk vitamin dan enzim (Basri, 2003).
4.5. TITRASI OKSIDASI REDUKSI
Pada pratikum ini diperoleh hasil titasi KMnO4 yang disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil titrasi.

Titrasi
Kedudukan buret:
-          setelah titrasi
-          awal titrasi

10 mL
0 mL
Jumlah KMnO4 yang digunakan (ml)
10 mL

Ketika larutan tinta dititrasikan dengan larutan KMnO4 warna larutan tinta menjadi pudar atau terjadi perubahan warna. Sesuai dengan penjelasan dari Rivai (2003) Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering daripada yang diamati dalam reaksi asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemahan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang ditukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus diseimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara dua sistem redoks.
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2002).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik sebagai oksidator dan reduktor maka dikatakan zat tersebut mengalami auto oksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2007).
Pada titrasi redoks, selama titrasi terjadi perubahan potensial sel. Harga ini sesuai dengan perhitungan menggunakan persamaan Nernst. Kurva titrasi redoks diperoleh dengan mengalurkan potensial sel sebagai ordinat dan volume titran sebagai absis. Untuk membuat kurva titrasi diperlukan data potensial awal, potensial setelah penambahan titran tapi belum titik ekivalen, potensial pada titik ekivalen dan potensial setelah titik ekivalen. Kurva titrasi antara lain berguna untuk menentukan indikator dimana indikator digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi redoks dapat ditetapkan dengan beberapa cara yaitu mengikuti titrasi secara potensiometri, titran bertindak sebagai indikator atau auto indikator, contoh: KMnO4, menggunakan indikator spesifik contoh: kanji, dan menggunakan indikator redoks contoh kompleks besi (II) 1,10-fenantrolin (feroin) dan difenilamin. Indikator redoks adalah zat warna yang dapat berubah warnanya bila direduksi atau dioksidasi. Setiap indikator redoks berubah warna pada trayek potensial tertentu. Indikator yang dipilih harus mempunyai perubahan potensial yang dekat dengan potensial titik ekivalen.



BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan dalam pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan menjadi dua cara yaitu pemisahan zat padat dari zat cair dan pemisahan zat padat dari zat padat. Pemisahan zat padat dari zat cair ada yang larut dalam zat cair yaitu, penguapan,kristalisasi dan destilasi, ada juga yang tidak melarut zat cair yaitu dekantasi dan penyaringan. Pemisahan zat padat dari zat padat yaitu melarutkan dan penyaringan, kristalisasi dan sublimasi .
Kesimpulan dari praktikum yang telah dipraktikan yaitu dalam pemisahan dan pemurnian sangat tergantung pada zat yang pelaut dan zat terlarut. Jika berbeda pelarut dan terlarutnya maka cara pengerjaannya berbeda hasilnya pun berbeda.
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa perbandingan dua perlakuan yaitu yang pertama pada penggunaan aquades dimana air lambat merambat keatas tetapi tinta cepat merambat keatas sedangkan pada penggunaan air biasa dimana air cepat merambat keatas tetapi tinta lambat merambat keatas. Dari kedua perbandingan tersebut terjadi karena dalam aquades ini merupakan air yang lebih murni sehingga noda-noda lebih cepat terbentuk sedangkan air biasa lebih banyak mengandung unsur-unsur lain didalamnya.
Kesimpulan dari praktikum kromatografi ini adalah yakni semakin jauh jarak noda dari titik maka jarak semakin  mudah diamati.
Berdasarkan hasil percobaan stoikiometri pada saat praktikum,dapat disimpulkan bahwa larutan terbaik yang mencapai kombinasi sempurna atau mencapai stoikiometri adalah larutan yang mencapai titik maksimum. Larutan tersebut adalah larutan terbaik dalam peracikan bahan pangan.
Kesimpulan dari stoikimetri yaitu dari percobaan ini bahwa campuran larutan bervariasi namun, sebelum dicampurkan sudah dihitung masing-masing.Stoikiometri merupakan aspek kimia yang menyangkut hubungan berbagai komponen dalam reaaksi kimia dan hubungan kuantitatif diantara komponen tersebut.
Beberapa hukum dasar kimia yaitu Hukum Kekekalan Massa (= hokum Lavoiser), Hukum Perbandingan Tetap (= hokum Proust), Hukum Kelipatan Perbandingan (= hokum Dalton), Hukum Perbandingan Volume (= hokum Gay Lussac), Hukum Avogadro, Hukum Boyle, Hukum Boyle-Lussac, Hukum Gas Ideal, Hukum Perbandingan Timbal Balik, Hukum Perbandingan Setara. Penentuan stoikiometri larutan asam – basa dan CuSO4 – NaOH  menggunakan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama.
Kesimpulan pada pratikum laju reaksi yaitu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, ukuran suatu partikel zat padat, temperatur suatu tempat dan katalis. Pengaruh konsentrasi yaitu apabila konsentrasi suatu reaktan semakin besar maka laju reaksi juga meningkat. Pengaruh ukuran suatu partikel zat padat,semakin kecil partikel maka laju reaksi semakin cepat. Pengaruh temperatur semakin besar termperatur maka laju reaksi semakin cepat.
Kesimpulan pada pratikum titrasi oksidasi adalah perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi.
5.2. Saran
Dalam pratikum kimia dasar ini hendaknya pratikan memperhatikan dan dapat melakukan pratikum dengan baik dan hati-hati supaya pratikum ini dapat berlangsung dengan baik sehingga apa yang dipelajari dan diperoleh dari pratikum ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam bidang ilmu peternakan. Selain itu hendaknya agar kekompakan lebih ditingkatkan kepada pratikan dan asisten dosen  sehingga dapat tercipta kerja sama yang lebih baik dan berguna dalam kegiatan pratikum dimasa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://id.m.wikipedia.org/wiki/kristalisasi diakses tanggal 19 Oktober
2015 pukul 12.30
Achmad, Hiskia. 2001. Stoikiometri Energi Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti
Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press
Anonim. 2012. http://nandakimia.blogspot.co.id diakses tanggal 2 November
2015 pukul 14.48
Anonim. 2014. http://hudhanuer10.blogspot.co.id diakses tanggal 2 November
2015 Pukul 15.02
Basset. 2004. Reaksi Tinta dan Noda Bergabung. Jakarta : Gramedia
Basri, Sarjoni. 2003. Kamus Kimia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Brady, Irfan. 2000. Kimia Unsur. Jakarta : Intan Perwira
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga Jilid I.
Jakarta : Erlangga
Fibrianto, Dian Nur. 2008. Panduan Kimia Praktis. Yogyakarta : Pustaka
Widyatama
Hadley. 2001. Kromatografi dan Energenika. Bandung : PT Citra Aditya
Kamilati, Nurul.2006. Mengenal Kimia. Bogor : Ghalia Indonesia
Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Khopkar. 2005. Konsep Dasar Analitik. Jakarta : UI Press
Krisnadwi. 2013. http://bisakimia.com diakses tanggal 19 Oktober 2015 pukul
12.33
Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta : Erlangga
Muhrudin, Udin. 2011. http://chemistapolban.blogspot.com diakses tanggal 2
November 2015 pukul 14.35
Partana, Crys Fajar. 2008. Kimia I. Bogor : Quadra
Pudyaatmaka, A. Hadyanta. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka
Rahayu, Nurhayati. 2011. Kimia. Jakarta : Gagas Media
Petrucci. 2003. Kimia Kromatografi. Jakarta : Intan Perwira
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Rusmiati, Iis. 2015. TOP Pocket Master Book Kimia. Jakarta : Bintang Wahyu
Sastrohamidjojo. Hardjono. 2005. Kimia Dasar Edisi 2. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Silviana. 2012. http://silviana-wulandari.blogspot.com diakses tanggal 9
November 2015 pukul 17.15
Stever. Howe. 2003. Chemistry for Eginers and Scientist. Bandung : ITB
Syukri, S. 2002. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB
Yazid. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi









LAMPIRAN
1.        Kromatografi
Warna noda
1)        Biru tua
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 0.7 / 7.5 = 0.093 cm
2)        Biru muda
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 2.2 / 7.5 = 0.29 cm
3)        Biru pudar
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 4 / 7.5 = 0.5 cm
4)        Hijau tua
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 0.8 / 7.5 = 0.10 cm
5)        Hijau muda
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 3.5 / 7.5 = 0.4 cm
6)        Merah tua
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 0.7 / 7.5 = 0.093 cm
7)        Merah muda
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 2 / 7.5 = 0.26 cm
8)        Merah pudar
Rf =  Jarak noda / jarak air  = 4.5 / 7.5 = 0.6 cm



2.        Stoikiometri


Larutan CuSO4 – NaOH
1)        4 ml NaOH dan 1 ml CuSO4
T = TA-TM
      = 28oC – 28oC = 0oC
2)        3 ml NaOH dan 2 ml CuSO4
T = TA-TM
      = 28oC – 27oC = 1oC
3)        2 ml NaOH dan 3 ml CuSO4
T = TA-TM
      = 28oC – 27oC = 1oC
4)        1 ml NaOH dan 4 ml CuSO4
T = TA-TM
      = 28oC – 26oC = 2oC
Larutan Asam - Basa
1)      1 ml NaOH dan 4 ml HCl
T = TA-TM
 = 30oC – 27oC = 3oC
2)      2 ml NaOH dan 3 ml HCl
T = TA-TM
 = 31oC – 27oC = 4oC
3)      3 ml NaOH dan 2 ml HCl
T = TA-TM
 = 32oC – 27oC = 5oC
4)      4 ml NaOH dan 1 ml HCl
T = TA-TM
      = 29oC – 27oC = 2oC





Tidak ada komentar:

Posting Komentar