Jumat, 14 Agustus 2020

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGGEMUKAN TERNAK

 LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGGEMUKAN TERNAK

 

 


 

OLEH:

KELOMPOK A.1


 

 

 

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018



BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesia. Dalam setiap usaha peternakan harus memperhatikan 3 hal yang sangat penting untuk keberhasilan usaha penggemukan ternak sapi yaitu breed, feed, dan manajemen, ketiga hal tersebut harus berkaitan dan berhubungan satu sama lain. 

Untuk keberhasilan usaha penggemukan sapi potong, maka yang harus diperhatikan adalah manajemen pemeliharaan yang terarah dan pengelolahan yang professional. Usaha penggemukan sapi potong sangat berkembang pesat karena masyarakat sadar akan kebutuhan hewani, sehingga permintaan akan daging terus meningkat. 

Manajemen pemeliharaan usaha penggemukan sapi potong yang harus diperhatikan yaitu perkandangan, pembibitan, pakan dan pemberiannya, pengendalian penyakit, recording, pemanenan hasil atau pemasaran, penanganan limbah, dan manajerial.

Usaha penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan bobot sapi yang dipelihara. Pertumbuhan dan lama penggemukan itu ditentukan oleh faktor individu, ras (bangsa) sapi, jenis kelamin, dan usia ternak bakalan.

 

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum Teknologi Penggemukan Ternak adalah untuk mengetahui bangsa-bangsa sapi yang dipelihara di peternakan rakyat, serta jenis kelamin dan umur sapi yang dipelihara untuk penggemukan.

 

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum Teknologi Penggemukan Ternak adalah mengetahui bangsa-bangsa sapi yang dipelihara di peternakan rakyat, serta jenis kelamin dan umur sapi yang dipelihara untuk penggemukan.


BAB II

MATERI DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat

            Adapun kegiatan praktikum Teknologi Penggemukan Ternak ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 maret 2018  yang bertempat di Peternakan Pak Sukur,  Jalan Widuri Pal 5 Kota Baru, Kota Jambi.

 

2.2. Materi

            Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah peternak, buku, pena, handphone, dan ternak (sapi, kerbau, dan kambing).

 

2.3. Metode

            Adapun metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode survey yaitu melakukan tanya jawab dengan pemilik peternakan dan pengamatan langsung ke lokasi peternakan rakyat.

 


 

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Profil Peternakan

Peternakan yang dikunjungi pada praktikum ini adalah peternakan milik Pak Sukur.Peternakan ini bertempat di Jalan Widuri Pal 5 Kota Baru, Jambi.Pendidikan terakhir peternak adalah SLTA sederajat.


Gambar 1. Foto bersama pemilik peternakan

 

Sapi yang ada di peternakan ini berasal dari Lampung.Jenis sapi yang digemukkan di peternakan ini adalah sapi Brahman, Simental, dan Bali.Selain sapi, peternakan ini juga menggemukkan kerbau.

 

Gambar 2. Jenis kerbau

 

Pemberian pakan pada sapi diberikan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore.Pakan yang diberikan berupa rumput liar.


Gambar 3. Pakan

           

Pada peternakan Pak Sukur ini, model kandang ternak tersebut adalah kandang deprok, dengan lantai semen atau beton,kontruksi bangunan sebagian dari kayu sebagian lagi dicor serta atap berupa genteng dan seng.Terdapat selokan untuk pembuangan limbah.Bak tempat pakan berupa bak yang terbuat dari semen.

Gambar 4. Model kandang

 

3.2. Pengaruh Bangsa Terhadap Keberhasilan Penggemukan

Peternakan Pak Sukur mendatangkan sapi-sapi yang ingin digemukkan berasal dari Lampung.Bangsa-bangsa sapi yang didatangkan adalah sapi Brahman, Simental, dan Bali.


Gambar 5. Jenis sapi

 

Sapi Brahman merupakan sapi keturunan Bos Indicus yang berhasil dijinakkan di India, kemudian diseleksi dan dikembangkan genetiknya melalui penelitian yang cukup lama.Sapi Brahman termasuk tipe sapi pedaging yang baik dari daerah tropis. Warsito dan Andoko (2012) mengatakan bahwa sapi ini dapat tumbuh dengan baik walaupun daerah yang kurang subur. Hal ini terjadi karena pakan sapi Brahman cukup sederhana.Sapi Brahman memiliki karakteristik yaitu bobot badan sapi pejantan berkisar antara 724—996 kg, sedangkan yang betina 453—634 kg.Tekstur kulit sapi Brahman longgar, halus, dan lemas dengan ketebalan sedang.Ukuran punuk pada sapi jantan relatif besar, sedangkan pada yang betina lebih kecil.Sapi Brahman tahan terhadap cuaca panas dan tahan terhadap gigitan nyamuk.

Sapi Simmental merupakan sapi yang berasal dari Switzerland.Tipe sapi ini merupakan tipe potong, perah dan kerja.Ciri-ciri Sapi Simental adalah tubuh berukuran besar, tubuh berbentuk kotak pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit rendah.Warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah, sedangkan muka keempat kaki mulai dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih.Ukuran tanduk relatif kecil.Berat pada sapi betina mencapai 800 kg dan pada sapi jantan mencapai 1150 kg (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Sapi Bali mempunyai ciri-ciri khusus antara lain: warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi hitam (Hardjosubroto, 1994). Satu karakter lain yakni perubahan warna sapi jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon testosteron sebagai hasil produk testes (Darmadja, 1980). Karakteristik lain yang harus dipenuhi dari ternak sapi bali murni, yaitu warna putih pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam, bulu pada bagian dalam telinga putih, terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling ideal disebut bentuk tanduk silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar lalu membengkok ke atas, kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar. Pada yang betina bentuk tanduk yang ideal yang disebut manggul gangsa yaitu jalannya pertumbuhan tanduk satu garis dengan dahi arah ke belakang sedikit melengkung ke bawah dan pada ujungnya sedikit mengarah ke bawah dan ke dalam, tanduk ini berwarna hitam (Hardjosubroto, 1994).

Bangsa sapi yang baik untuk digemukkan adalah bangsa sapi campuran keturunan pertama (F1) yakni sapi hasil persilangan sapi lokal dengan sapi impor (Trifena et al., 2011). Umumnya bangsa sapi hasil persilangan keturunan pertama (crossbreed) lebih bagus dibanding bangsa sapi lokal karena memilki performans produksi lebih baik (Musthafa, 2011) dan konsumsi bahan kering, bahan organik, protein kasar dan total digestible nutrients pada induk sapi SimPO dengan pakan hijauan dan konsentrat lebih tinggi daripada induk sapi PO (Endrawati et al., 2010).

 

3.3. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Keberhasilan Penggemukan

Pada peternakan pak sukur, sesuai dengan peternakan umumnya jenis kelamin ternak yang digemukkan adalah jantan.Jenis kelamin jantan dipilih karena betina produktif tidak boleh dipotong.Selain itu, pertumbuhan bobot badan pada ternak jantan lebih cepat dan lebih berat daripada betina.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan penggemukan adalah jenis kelamin. Jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan laju pertumbuhandimana pada umur yang sama ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepatdibandingkan dengan ternak betina. Pertumbuhan yang lebih cepat padaternak jantan disebabkan karena adanya androgen yaitu suatu hormon kelamin yang mengatur stimula pertumbuhan, dimana androgen ini dihasilkanoleh sel-sel interstitial dan kelenjar adrenal dan salah satu dari steroidandrogen adalah testosteron yang dihasilkan oleh testes.Androgen berfungsimenstimulasi sintesis protein terutama di dalam otot.Peningkatan sintesisprotein dapat mengakibatkan hipertrofi serabut otot.Hormon kelamin jantanini mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantandibandingkan dengan ternak betina (Soeparno, 1992). Beberapa hasilpenelitian menunjukkan bahwa, jenis kelamin jantan memiliki performaproduksi (pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering dan efisiensipenggunaan pakan) dan status faal (suhu tubuh, respirasi dan pulsus) yanglebih tinggi dibanding ternak betina (Padang, 2005).

 

3.4. Pengaruh Umur Terhadap Keberhasilan Penggemukan

Sapi yang dipelihara pada peternakan Pak Sukur memiliki kisaran umur 3 sampai 5 tahun.Idealnya, umur bakalan sapi untuk usaha penggemukan sapi potong sekitar 1,5-2 tahun. Kisaran umur tersebut merupakan umur paling optimal untuk memulai usaha penggemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah 1,5-2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena umumnya sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang optimal, efisiensi pakan yang tinggi.Umur bakalan sapi yang kurang dari 1,5 tahun bobot hariannya masih agak lambat (belum optimal). Sebaiknya jika umur bakalan lebih dari 2 tahun, pertambahan bobot harian sudah lambat. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2010) menyatakan bahwa Pemilihan sapi bakalan pada umur yang masih mengalami pertumbuhan yang cepat akan memberikan dampak yang lebih ekonomis.

Mengamati umur sapi bakalan cukup dengan mengamati dan menghitung pertumbuhan gigi rahang bawah, pergantian gigi dan keausan gigi. Selama hidupnya pertumbuhan gigi sapi mengalami tiga tahapan, yaitu pertama pertumbuhan gigi susu, kedua pergantian gigi susu dengan gigi tetap, dan ketiga keausan gigi. Tanggalnya gigi susu yang diikuti dengan pergantian gigi tetap hanya terdapat pada rahang bawah. Gigi susu yang merupakan gigi seri pada sapi berjumlah 4 pasang.

Sapi yang memiliki gigi susu lengkap pada rahang bawah berumur 1,5 tahun.Sapi yang memiliki sepasang gigi tetap pada rahang bawah (sepasang gigi susu telah tanggal) berumur sekitar 2 tahun, memiliki 2 pasang gigi tetap berumur 3 tahun, memiliki 3 pasang gigi tetap berumur 3,5 tahun,memiliki 4 pasang gigi tetap berumur sekitar 4 tahun.Sapi yang memiliki 4 pasang gigi tetap, tetapi 25% bagiannya telah aus berumur sekitar 6 tahun.Apabila 50% dari 4 pasang gigi tetap itu sudah aus maka usia sapi sekitar 7,5 tahun.

          Bakalan sapi yang berumur kurang dari satu tahun, kurang efektif jika digemukkan.Karena pada fase tersebut, pertumbuhan sapi yang paling pesat hanyalah tulang dan gigi, serta pertumbuhan fisik cenderung meninggi. Setelah sapi berumur 1,5 - 2 tahun sapi akan membentuk pertumbuhan jaringan daging.Pada umur tersebut pertumbuhan badan sapi berlangsung secara horizontal (memanjang) dan otot daging mulai mengembang dan memadat.

 

 


 

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah jenis sapi yang digemukkan pada peternakan Pak Sukur adalah Sapi Brahman, Simental dan Bali. Ternak dengan jenis kelamin jantan bagus untuk dijadikan penggemukan dan umur ternak sapi yang digemukkan di peternakan Pak Sukur adalah berkisar antara 3 sampai 5 tahun.

 

           


 

DAFTAR PUSTAKA

Darmadja, S.D.N.D. 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalam Ekosistem Pertanian di Bali.[Disertasi]. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Endrawati, E., E. Baliarti, dan S.P.S. Budhi. 2010. Performans induk sapi silangan SimmentalPeranakan Ongole dan induk sapi Peranakan Ongole dengan pakan hijauan dan konsentrat. Buletin Peternakan 34(2): 86-93.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Musthafa, N.A. 2011. Pengaruh bangsa sapi potong terhadap kinerja reproduksi induk di Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. Citra Aji Pratama. Yogyakarta.

Padang, 2005.Pengaruh jenis kelamin terhadap performans produksi kambing Kacang. Jurnal Forsimapas6(3): 2428 – 2432.

Rianto, E. dan E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI. Jakarta.

Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Sudarmono dan Sugeng, 2008. Ilmu Peternakan.Edisi keempat. University Gajha Mada, Press : Yogyakarta.

Trifena, I.G.S. Budisatria, dan T. Hartatik. 2011. Perubahan fenotip sapi Peranakan Ongole, SimPO dan LimPO pada keturunan pertama dan keturunan kedua (Backcross). Buletin Peternakan 35(1): 11-16.

Warsito dan Andoko, A. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. Agromedia Pustaka. Cetakan I. Jakarta Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar