BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Puyuh (Coturnix
coturnix japonica) merupakan salah satu unggas darat yang memiliki ukuran
tubuh kecil namun mampu memproduksi telur tinggi berkisar 250-300 butir per
ekor per tahun. Populasi puyuh di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 12.234.188
ekor, tahun 2013 sebanyak 12.552.974 ekor dan tahun 2014 sebanyak 12.692.213
ekor. Produksi telur puyuh tahun 2012 mencapai 15,8 ton, tahun 2013 mencapai
18,9 ton, dan tahun 2014 mencapai 19,1 ton. Konsumsi telur puyuh per kapita per
minggu dari tiga tahun terakhir, secara berturut-turut tahun 2012 sebanyak
0,070 butir, 2013 sebanyak 0,065 butir, dan 2014 sebanyak 0,072 butir (Dirjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015).
Wirausaha merupakan salah satu usaha untuk mengatasi
meningkatnya jumlah pengangguran. Selain menguntungkan dari segi ekonomi,
sebagaian besar kegiatan wirausaha juga sangat membantu usaha-usaha dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Salah satu usaha yang mudah dikembangkan yaitu pemeliharaan burung
puyuh, karena banyak orang yang membutuhkannya.
Puyuh sebagai salah satu ternak
unggas, cocok diusahakan sebagai usaha sambilan maupun komersial sebab, telur
dan dagingnya semakin popular dan dibutuhkan sebagai salah satu sumber protein
hewani yang cukup penting. Mengonsumsi daging dan telur puyuh sebagai upaya
untuk menjaga kesehatan tubuh bagi
masyarakat. Hal ini mendorong beternak puyuh semakin popular dan banyak
penggemarnya oleh kalangan peternak-peternak yang mencari peluang usaha.
Demikian pula penulis, tertarik untuk merencanakan wirausaha beternak puyuh
yang akan diwujudkan nantinya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana cara untuk memenuhi
pasokan telur puyuh sesuai dengan kebutuhan baik di dalam maupun di luar daerah
Kabupaten Batanghari ?
2
Bagaimana
menjalankan kelangsungan usaha ?
3
Bagaimana
cara memasarkan telur puyuh ?
1.3
Tujuan
1 Mampu memenuhi pasokan telur puyuh
sesuai dengan kebutuhan baik di dalam maupun di luar daerah Kabupaten
Batanghari.
2. Mampu menjalankan kelangsungan usaha
semestinya dan mengembangkannya.
3. Memberikan memasarkan telur puyuh.
1.4 Standar
Operasional
1.4.1. Peluang
Pasar
Ternak puyuh pada saat ini mulai
banyak diminati oleh masyarakat. Maka tidak heran diberbagai rumah makan
sekarang banyak yang membutuhkan ternak puyuh untuk dijadikan salah satu menu,
baik berupa daging maupun telur puyuh itu sendiri. Maka dari itu peluang untuk
membuka usaha ternak puyuh petelur ini cukup tinggi.
1.4.2. Kandang
Kepadatan kandang harus
diperhatikan, tidak boleh terlalu luas atau terlalu sempit. Sebagai patokan
untuk 1 m2 dapat untuk sekitar 40 ekor puyuh petelur dewasa. Ukuran kandang
perlu diperhatikan, panjang per unit kandang diusahakan kurang dari 200 cm.
Panjang yang berlebihan akan membuat kandang semakin luas dan puyuh menjadi terlalu
aktif. Lebar kandang sebaiknya tidak lebih dari 75 cm atau sejangkauan lengan
agar peternak dapat lebih mudah saat membersihkan kandang, merawat, ataupun
menangkap puyuh.
Tinggi kandang
diusahakan antara 30-35 cm. Bila ruang kandang terlalu tinggi puyuh akan
terangsang untuk meloncat-loncat, akibatnya kepala puyuh dapat terluka. Untuk
menjaga agar kepala puyuh tidak luka-luka akibat terbentur, sebaiknya dibawah
atap dipasang jaring atau net dari plastik atau benang elastis.
Tinggi
kolong kandang sebaiknya 30-40 cm agar lantai pertama kandang tidak terpengaruh
kelembaban lantai. Pintu kandang sebaiknya dibuat disamping dengan ukuran 17 cm
x 17 cm. Untuk unit kandang yang dibuat bertingkat hendaknya setiap dasar
lantai dilengkapi dengan alas berupa dropping board untuk tempat penampung
kotoran, sehingga dengan adanya tempat penampung kotoran tersebut pemeliharaan
kebersihan ruangan tempat kandang berada lebih mudah dilakukan dan kotoran
tidak menimpa puyuh yang berada di kandang bawahnya (Listiowati, E., dan
Kinanti, R., 2009).
1.4.3. Pakan
Tempat
pakan dan tempat minum dapat terbuat dari pralon, bambu atau kayu yang
diletakkan diluar kandang, menempel dibagian samping kandang pada sisi yang
memanjang. Pembuatan lantai tiap tingkat kandang hendaknya dibuat agak miring
keluar kandang agar telur dapat menggelinding keluar unit kandang, sehingga
memudahkan dalam pengumpulan telur.
Untuk pemberian pakan
hendaknya jangan sekaligus sehingga tempat pakan menjadi penuh, namun sebaiknya
pakan diberikan secara bertahap dua kali sehari yaitu pagi sekitar pukul 06.00
dan sore pukul 15.00, dengan cara ini pakan tidak banyak yang tumpah sehingga
dapat mengurangi pemborosan pakan.
Kebutuhan jumlah pakan puyuh dan kebutuhan
zat- zat nutrien puyuh fase layer berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 1 dan
2.
Tabel 1. Kebutuhan
jumlah konsumsi pakan pada puyuh
Umur Puyuh
|
Kebutuhan Jumlah Pakan(gram/hari)
|
0
- 10 hari
|
2-3
|
11
- 20 hari
|
4-5
|
21
- 30 hari
|
8-10
|
31
- 40 hari
|
12-15
|
41
hari sampai afkir
|
17-20
|
Sumber: Abidin (2002)
Tabel 2. Kebutuhan
Nutrien Ternak Puyuh Fase Layer
Zat
Makanan (%)
|
Layer
(umur > 6 minggu)
|
Protein Kasar
|
20.00
|
Lemak Kasar
|
1.00
|
Serat Kasar
|
4.40*
|
Kalsium
|
2.50
|
Posfor
|
0.35
|
Energi Metabolisme
(kkal/kg)
|
2900
|
Sumber : NRC (National Research Council ),
Nutrient Requirement Of Poultry, 1994 * SNI (2006)
1.4.4.
Produksi
Telur
Burung puyuh mampu menghasilkan telur sebanyak
200-300 butir/ekor/tahun, dengan bobot telur rata-rata 10 gram/butir, memiliki
warna coklat tua,biru, putih dengan bintik-bintik hitam pada kerabang telur,
pigmen kerabang telur berupa ooporpirin dan biliverdin (Randall dan Bolla,
2008, dalam Putra, 2013). Produksi telur puyuh umur 6-17 minggu berkisar antara
51,79% sampai 62,50%, dengan rataan produksi telur sebesar 57,01% (Bachari et. al., 2006).
Burung puyuh yang sedang bertelur berumur lebih dari 42 hari (SNI 2006). Burung puyuh betina akan mulai
bertelur pada umur 41 hari, puncak produksi terjadi pada umur 5 bulan dengan
persentase telur 96% (Djulardi et. al., 2006 dalam Setyawan et. al., 2012).
Produksi telur pada puyuh umur 6-10 minggu selama satu bulan rata-rata 39,95%
dengan rataan konversi ransum 6,44 (Sudrajat et. al., 2014). Pada umur 11-13
minggu produksi telur puyuh mulai stabil dan mendekati puncak produksi, sehingga
rataan produksi telurnya lebih tinggi yaitu sekitar 88,52% (Triyanto, 2007).
Produksi telur akan
terus mengalami kenaikan secara drastis hingga mencapai puncak produksi
(sebesar 98,5%) pada umur 4-5 bulan. Produksi telur secara perlahan-lahan akan
menurun hingga 70% pada umur 9 bulan. Puncak produksi (egg production peak)
pada puyuh lebih lama dibandingkan ayam. Produksi telur puyuh dipengaruhi oleh
faktor genetic dan lingkungan
seperti: ransum, kandang, temperatur, lingkungan, penyakit, dan stres (Listyowati
dan Roospitasari, 2004).
BAB II
ANALISIS BIAYA
Untuk dapat menjalankan kegiatan
wirausaha beternak puyuh, diperlukan biaya atau modal. Setelah melakukan
langkah-langkah dalam konsep dasar usaha maka usaha dimulai dengan kalkulasi
anggaran sebagai berikut.
Tabel 3. Analisa Usaha Pemeliharaan Puyuh
Petelur
|
Uraian
|
Jumlah
|
A.
|
Investasi awal
|
|
1.
|
Pengadaan puyuh
Puyuh betina siap bertelur 1.500 @
Rp.7.500
|
Rp.11.250.000
|
2.
|
Pengadaan sangkar (tahan 6 tahun)
12 sangkar tiga tingkat x
Rp.500.000
|
Rp.6.000.000
|
3.
|
Pembuatan pagar 38 m2 @ Rp.75.000
|
Rp.2.850.000
|
4.
|
Tempat pakan 36 buah (tahan 3
tahun)
36 x Rp.5.000
|
Rp.180.000
|
5.
|
Tempat minum 36 buah (tahan 3
tahun)
36 x Rp.2.000
|
Rp.72.000
|
6.
|
Peralatan lain-lain
|
Rp.1.000.000
|
7.
|
Pakan untuk 1 bulan pertama
20 gr/ekor/hari x 30 hari x 1500
ekor x Rp.2.500
|
Rp.2.250.000
|
|
Sub
total
|
Rp.23.602.000
|
B.
|
Biaya tetap
|
|
1.
|
Sangkar Rp.6.000.000 / 6 tahun
|
Rp.1.200.000
|
2.
|
Tempat pakan 36 buah (tahan 3
tahun)
Rp.180.000 / 3 tahun
|
Rp.60.000
|
3.
|
Tempat minum 36 buah (tahan 3
tahun)
Rp.72.000 / 3 tahun
|
Rp.24.000
|
4.
|
Pembuatan pagar (tahan hingga 5
tahun)
Rp.2.850.000 / 5 tahun
|
Rp.570.000
|
5.
|
Peralatan lain – lain (tahan
hingga 2 tahun)
Rp.1.000.000 / 2 tahun
|
Rp.500.000
|
|
Sub
total
|
Rp.2.354.000
|
C.
|
Biaya Variabel
|
|
1.
|
Pakan puyuh selama 1 tahun
20 gr/ekor x 365 hari x 1350 ekor x Rp.2.500
|
Rp.24.637.500
|
2.
|
Listrik selama 1 tahun
Rp.500.000 x 12 bulan
|
Rp.6.000.000
|
3.
|
Obat-obatan
|
Rp.310.000
|
|
Sub
total
|
Rp.30.947.500
|
Untuk memulai usaha puyuh petelur dibutuhkan modal awal
sebesar Rp.23.602.000 dengan perincian seperti dalam Tabel 1. Analisis
pemeliharaan puyuh petelur dilakukan dalam satu siklus atau setahun.
Diasumsikan pengadaan puyuh dilakukan dengan memasukkan puyuh yang siap
bertelur, lahan milik sendiri, pakan tersedia untuk 1 bulan dan hasil telur
dijual semua, tingkat kematian 10% sampai afkir dengan harapan pada bulan
berikutnya sudah ada dana dari penjualan hasil telur bulan pertama.
Tingkat produksi puyuh adalah sekitar 80% maka didapat telur
sebanyak 80% x 1.500 ekor x 30 hari = 36.000 butir telur. Hasil penjualan telur
adalah 36.000 x Rp.300 = Rp.10.800.000. setelah dikurangi untuk pembelian pakan
selama satu bulan kedepan, masih ada keuntungan sebesar Rp.10.800.000 -
Rp.2.250.000 = Rp.8.550.000/ bulan. Jadi rata-rata per hari mendapatkan
keuntungan bersih sebesar Rp.8.550.000 dibagi 30 hari = Rp.285.000/ hari.
Untuk mengetahui tingkat perolehan selama satu siklus
produksi dengan menghitung hasil rata-rata per periode yaitu 80% tingkat
produksi x 1.350 ekor x 365 hari = 394.200 butir. Hasil penjualan telur adalah
394.200 butir x Rp.300 = Rp.118.260.000. Selama satu periode pemeliharaan hasil
bersih dari telur puyuh yaitu jumlah total penerimaan dikurangi biaya tetap dan
biaya variabel diperoleh Rp.84.958.500. Pendapatan selain telur selama satu
periode adalah dari penjualan puyuh afkir. Dengan asumsi bahwa puyuh afkir
1.350 ekor setelah dikurangi tingkat mortalitas (kematian). Jadi pendapatan
penjualan puyuh afkir adalah 1.350 ekor x Rp.6.000/ ekor = Rp.8.100.000. Total
pendapatan bersih selama satu periode pemeliharaan puyuh petelur adalah
pendapatan dari telur ditambah penjualan puyuh afkir diperoleh Rp. 93.058.500.
BAB
III
PELAKSANAAN WIRAUSAHA
3.1 What (Apa)
Apa kelebihan dan kekurangan dari usaha puyuh petelur ?
1.
Kelebihan
Ternak puyuh memiliki beberapa kelebihan dari ternak unggas
yang lainnya yaitu dengan memiliki ukuran badan yang kecil, sehingga unggas ini
dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan cepat. Dilihat dari nilai gizi, puyuh
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Telur puyuh juga
merupakan salah satu sumber protein hewani yang tinggi dibandingkan dengan
telur ayam (Sudrajat et. al. 2014). Selain itu Telur puyuh mempunyai nilai gizi
yang cukup tinggi yaitu mengandung 13,1% protein dan lemak sebesar 11,1% sedangkan telur ayam ras hanya mengandung
12,7% protein dan 11,2% lemak (Dewansyah, 2010).
Bulu burung puyuh ini sering digunakan untuk membuat
kerajinan dan juga perabot rumah tangga. Tak hanya bulu, namun kotoran ternak
ini juga bermanfaat. Kotoran dari puyuh sangat baik bagi tanaman, khususnya
untuk tanaman sayur. Sehingga kotoran puyuh ini sering dicari oleh para petani
sayur.
2.
Kekurangan
Kekurangan dari
ternak puyuh yaitu ternak ini sangat rentan terserang penyakit. Sehingga harus
memberikan perawatan ekstra. Selain itu, puyuh juga cepat mengalami stress
sehingga kandang harus jauh dari keramaian, jika tidak maka produksi telurnya
akan terganggu. Selain itu kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh. Suhu
ideal untuk puyuh adalah 25 – 28 derajat celcius.
3.2. Why (Mengapa)
Mengapa memilih usaha budidaya puyuh petelur ?
Ternak puyuh petelur dipilih sebagai
usaha karena puyuh merupakan ternak unggas yang memiliki protein yang tinggi
namun memiliki waktu produksi yang sedikit. Ternak puyuh dapat menghasilkan
telur pada umur 5 minggu. Indukan yang telah afkir dapat dijual sebagai puyuh
pedaging. Usaha ternak puyuh petelur ini dapat memberikan keuntungan dari segi
telur, daging, maupun feses dalam waktu yang relatif lebih singkat.
3.3. Where (Dimana)
Dimana lokasi budidaya puyuh petelur dilaksanakan ?
Usaha budidaya puyuh petelur akan
didirikan di Jl. Pramuka Perumnas, Muara bulian, Kabupaten Batanghari, Jambi. Lokasi
beternak begitu nyaman untuk usaha beternak puyuh dan tidak mengganggu
lingkungan pemukiman masyarakat setempat. Selain itu, transportasi juga lancar,
jadi mempermudah pemasaran produk kepada pelanggan.
3.4. How (Bagaimana)
Bagaimana melakukan budidaya puyuh petelur ?
Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, maka dalam
kegiatan ini dibutuhkan tahapan-tahapan penyelesaian pada usaha, sasaran secara
operasional adalah sebagai berikut :
A. Persiapan Sarana dan Peralatan
a) Perkandangan
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah
temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25oC,
kelembaban kandang berkisar 30-80%, penerangan kandang pada siang hari cukup
25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca
mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi
dapat masuk kedalam kandang. Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 40
ekor/m2 berumur 5 minggu sampai masa bertelur.
b) Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum,
tempat bertelur, lampu dan tempat obat-obatan.
B. Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan untuk usaha ini adalah bibit untuk
produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis kelamin betina berumur 5
minggu yang sehat atau bebas dari kerier penyakit. Jumlah puyuh yang akan
dipelihara adalah 1540 ekor.
C. Pemeliharaan
a) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk mencegah timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh,
kebersihan lingkungan kandang perlu diperhatikan. Sebelum ternak dimasukkan ke
dalam kandang, perlu dilakukan sanitasi dan desinfeksi, kemudian kandang
dibiarkan selama satu minggu untuk memutus rantai penyakit.
b) Pengontrolan Penyakit dan Vaksinasi
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada
tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan
sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau
petunjuk dari Poultry Shop.
c) Pemberian Pakan
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Pemberian ransum
puyuh diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang.
d) Pemanenan
Pemanenan meliputi pengambilan telur yang siap untuk
dipasarkan. Sebelumnya, telur dipilih berdasarkan tampilannya. Telur yang bagus
akan dipasarkan sedangkan telur yang jelek akan dibuang. Telur diambil setiap
hari setelah jam 16.40 WIB.
D. Pengangkutan
Setiap pembelian dan penjualan
ternak burung puyuh maupun telur menggunakan jasa pengangkutan milik usaha. Hal
ini dilakukan untuk mempercepat proses pengangkutan dan menghindari berbagai
macam kendala lainnya. Direncanakan alat pengangkutan untuk wirausaha beternak
puyuh petelur adalah sepeda motor dan mobil. Sepeda motor untuk pengangkutan
produk dalam jumlah yang sedikit, sedangkan mobil untuk jumlah yang banyak dan
lokasi yang cukup jauh.
3.5. When (Kapan)
Kapan
dimulai usaha ternak puyuh petelur dan kapan mulai akan dipasarkan ?
Usaha
beternak puyuh petelur akan dilaksanakan pada awal tahun 2018. Produk dari ternak puyuh ini adalah telur yang
akan mulai dipasarkan setiap 5 hari sekali.
3.6. Who (Siapa)
Siapa
target pasar yang akan dituju untuk memperlancar pemasaran ?
1.
Pasar
Keramat Tinggi, Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari.
2.
Rumah
makan yang ada disekitar Kecamatan Muarabulian.
3.
Warung-warung
kecil.
BAB IV
RENCANA PEMASARAN PRODUK
4.1
Tujuan Pemasaran
Tujuan pemasaran yaitu untuk mendapatkan
keuntungan dari beternak puyuh petelur, memenuhi kebutuhan pasar akan telur
puyuh. Strategi pemasaran produk burung puyuh adalah melibatkan peran aktif
konsumen untuk melakukan promosi, kerja sama dengan toko/agen dan tengkulak.
Untuk memenuhi kebutuhan telur puyuh di pasar yang ada di wilayah Jambi dan
untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat.
4.2
Penetapan Harga
Penetapan
harga yang dilakukan dengan melihat faktor lingkungan,
terutama elemen pesaing. Selain itu, harga jual juga bisa ditentukan dari jumlah biaya yang sudah
dikeluarkan. Harga jual
telur mengikuti harga kebutuhan yang ada di pasaran, jika harga kebutuhan di
pasaran meningkat maka harga jual telur puyuh juga akan meningkat.
4.3
Pasar Sasaran
Telur puyuh akan di jual di pasar Keramat Tinggi, Kecamatan
Muarabulian, Kabupaten Batanghari, dan akan dipasarkan di rumah makan sekitar
Muarabulian. Apabila produksi terus meningkat maka akan di lakukan pengembangan
sasaran pasar seperti pasar-pasar yang ada diluar Kabupaten Batanghari maupun
diluar Provinsi Jambi.
4.4
Cara Pemasaran
Cara pemasaran dari produk telur
puyuh yaitu dengan cara memasarkan langsung di pasar Keramat Tinggi, Kecamatan
Muarabulian, Kabupaten Batanghari, atau konsumen bisa datang secara langsung ke
tempat usaha budidaya puyuh petelur.
BAB V
PENUTUP
Demikian proposal ini penulis buat
sebagai acuan dalam kegiatan budidaya ternak puyuh di Kecamatan Muarabulian,
Kabupaten Batanghari. Semoga dengan kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitarnya yang sinergis dengan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan.
Penulis berharap proposal ini dapat diwujudkan nantinya
serta dapat memberikan manfaat bagi pembaca lainnya guna menambah pengetahuan
tentang beternak burung puyuh. Penulis juga mengakui banyak kekurangan dalam
pembuatan proposal ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan
dari pembaca, guna unutuk perbaikan ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Puyuh Si Kecil yang Penuh
Potensi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Bachari,
I., R. Roeswandy, dan A. Nasution. 2006. Pemanfaatan solid dekanter dan
suplementasi mineral zinkum dalam ransum terhadap produksi burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) umur 6-17
minggu dan daya tetas. Jurnal Agribisnis Peternakan. 2:72-77.
Dewansyah, A.
2010. Efek suplementasi vitamin A Dalam ransum terhadap produksi dan kualitas
telur burung puyuh. Universitas Sebelas Maret, Semarang.
Direktorat
Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik Populasi Puyuh.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Listiyowati,
E. Dan Kinanti R., 2009. Beternak Puyuh Secara Komersial. Panebar Swadaya,
Jakarta.
Listyowati, E., Dan Roospitasari, K. 2004. Tatalaksana
Budidaya Puyuh Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
NRC. 1994.
Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Science, Washington DC
Putra.
S. V. H. 2013. Perkembangan Ovarium Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang Diberi Variasi Warna Lampu
Pencahayaan Selama 16 Jam. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Setyawan,
A. E., E. Sudjarwo, E. Widodo, dan H. Prayogi. 2012. Pengaruh penambahan limbah
teh dalam pakan terhadap penampilan produksi telur burung puyuh. Jurnal
Ilmu-ilmu Peternakan. 23:7-10.
SNI
01-3907-2006. Pakan puyuh bertelur (quail layer). Badan Standardisasi Nasional,
Indonesia.
Sudrajat
D, D. Kardaya, E. Dihansih, dan S.F.S. Puteri. 2014.Performa produksi telur burung puyuh yang diberi ransum mengandung
kromium organik.JITV. 19(4):
257-262.
Triyanto.
2007. Performa Produksi Burung Puyuh (coturnix
coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu pada Lama Pencahayaan
yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.