BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Darah
merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matriks
(plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Darah mempunyai
fungsi sebagai transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dan zat sisa
metabolisme atau zat yang berbahaya lainnya untuk dibuang, mempertahankan
lingkungan asam basa, mempertahankan homeostasis, serta sebagai pertahanan
tubuh dengan cara menghancurkan mikroorganisme (antigen) melalui fagositosis
dan aktivitas antibodi.
Darah yang
akan diperiksa agar tidak membeku dapat diberi antikoagulan. Tidak semua
antikoagulan dapat dipakai karena berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau
leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulan (anti beku darah) yang
umum digunakan ada 4 macam, yaitu oxalat, natrium sitrat, heparin, dan EDTA
(Ethylene Diamine Tetra Acetic Acids). Namun dari keempat antikoagulan hanya
EDTA yang digunakan karena EDTA mengubah ion Ca dari darah menjadi bentuk yang
bukan ion sehingga darah tidak membeku dan tidak merusak sel darah.
Sel darah
merah (eritrosit) mamalia mempunyai bentuk yang berbeda dengan sel darah merah
unggas. Sel darah mamalia berbentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular dan
tidak berinti. Sedangkan sel darah merah unggas berbentuk lonjong atau oval dan
berinti.
Hemolisis
adalah pecahnya atau rusaknya membran eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari
sel darah dan bebas di dalam medium sekelilingnya. Apabila larutan hipotonis
tersebut akan masuk kedalam sel darah melalui membran semipermeabel, sehingga
sel darah akan membengkak yang berakibat membran sel meregang dan akhirnya
terjadi kerobekan membran dan hemoglobin keluar dari sel.
Hematokrit
atau Packed Cell Volume (PCV) merupakan persentase sel-sel darah merah di dalam
100 ml darah. Darah yang ditambah antikoagulan kemudian disentrifuge dengan
kecepatan tinggi, maka darah akan terpisah menjadi 3 bagian, yaitu lapisan
teratas (plasma berwarna kuning), lapisan tengah (buffy coat) dan lapisan
terbawah (eritrosit berwarna merah tua). Metode yang digunakan untuk pengukuran
nilai hematokrit yaitu metode mikro hematokrit dan makro hematokrit.
Hemoglobin
(Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks terkonyugasi
yang mengandung besi. Ada beberapa metode yang dapat digunkan untuk menentukan
kadar Hb dalam darah yaitu metode hematin-asam, metode wong, metode
cyanmethemoglobin dan metode oksihemoglobin.
Darah
mengandung sel-sel darah yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit).
Untuk menghitung jumlah sel darah dipergunakan alat hemocytometer, pipet
pengencer untuk sel darah merah, dan pipet pengencer untuk sel darah putih.
Perhitungan
total leukosit penting untuk diagnosa klinik, tetapi akan lebih memberikan
gambaran yang lengkap dengan perhitungan diferensial leukosit. Diferensial
leukosit merupakan persentase setiap jumlah sel darah putih dari total
leukosit. Bentuk sel leukosit dibagi menjadi dua, yaitu granulosit
(neutrofil,eosinofil,dan basofil) dan agranulosit (limfosit kecil, limfosit
besar dan monosit).
1.2.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dilaksanakannya praktikum fisiologi darah mengenai preparat natif darah adalah
untuk mengamati, memperhatikan bentuk sel darah (eritrosit dan leukosit) mamalia
dan unggas, mengamati, memperhatikan ada tidaknya sel yang mengalami
pengkerutan (krenasi) dan bentuk rouleaux, dan mengamati ada tidaknya
mikroorganisme di dalam darah. Mengenai waktu perdarahan yaitu untuk
menentukan lama waktu perdarahan dengan metode Duke. Mengenai waktu beku darah
yaitu untuk menentukan waktu beku darah ternak atau manusia. Tujuan LED yaitu
untuk menentukan laju endap darah dengan menggunakan tabung westergreen. Tujuan
hemolisis dan ketahanan osmotik yaitu mengamati hemolisis darah dan keriput
pada membran peritrosit (krenasi) akibat perubahan larutan medium darah dan
menentukan batas konsentrasi NaCl dari medium dimana erirosit mulai lisis
(minimum resistance) dan hemolisis total (maximum resistance). Tujuan
hematokrit yaitu menentukan nilai hematokrit (% volume eritrosit di dalam
darah) dengan metode mikrohematokrit. Tujuan hemoglobin yaitu menentukan kadar
hemoglobin di dalam darah menurut metode sahli. Tujuan menghitung sel darah
merah sapi dan ayam per mm3 darah dan untuk mengetahui jumlah
sel darah putih sapi dan ayam per mm3 darah. Tujuan diferensial
leukosit yaitu mempelajari cara membuat preparat ulas/apus darah, mengamati
berbagai macam bentuk sel-sel darah pada preparat darah perifer (khususnya
bentuk sel darah putih) dan menghitung % jenis sel darah putih (leukosit) pada
preparat ulas darah perifer.
Manfaat
dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan mengetahui cara yang digunakan
untuk mengetahui preparat natif darah, waktu perdarahan, waktu beku darah,
Laju Endap Darah, hemolisis dan ketahanan osmotik, hematokrit,
hemoglobin, menghitung jumlah sel darah dan diferensial leukosit. Praktikan
juga mengetahui perbedaan masing-masing jenis sel darah dan komposisinya dalam
tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi darah pada tubuh manusia ataupun
ternak adalah sebagai alat pengangkut air dan menyebarkannya ke
seluruh tubuh, sebagai alat pengangkutoksigen dan akan menyebarkannya ke
seluruh tubuh, mengangkut hasil oksidasiuntuk dibuang melalui alat ekskresi,
mengangkut getah hormone dari kelenjar buntu atau endokrin, menjaga suhu
temperature tubuh, mencegah infeksi dengansel darah putih, antibody, dan sel
darah beku, serta mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh. Darah berfungsi
untuk mentransfor asam amino, asam lemak,mineral, dan bahan-bahan nutrisi
lainnya. Darah juga mentransfer hormon dan vitamin kesel untuk mengatur proses
metabolisme dalam sel. Melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan
interstitial, darah membantu mempertahankan pHdan konsentrasi elektrolit pada
cairan interstitial dalam batas-batas yangdibutuhkan untuk fungsi sel yang
normal (Ahandji, 2001).
Darah
merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari beratbadan, dangan
viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah merupakan jaringan
yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan seldarah.
Plasma darah meliputi 55% volume darah merupakan substansi nonseluler,sedangkan
45% dari volume darah meliputi sel darah. Sel darah terdiri dari seldarah merah,
sel darah putih, dan trombosit (Atika,
2009).
Darah
merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan
interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas bergerak
dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplai sel-sel
dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi
sebelum digunakan zat ini harus ditransport melalui membran sel dengan dua
proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transport aktif. Dinding sel
eritrosit sangat permeabel terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa
fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat
pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke
ginjal, dan hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2006).
Darah
merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin,
ukuran tubuh, dan umur setiap orang atau individu. Jumlah darah dalam tubuh
bervariasi tergantung pada berat tubuh seseorang. Pada orang dewasa 1/13 berat
badan kira-kira 4-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang juga menentukan
banyaknya darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah.
Total sirkulasi dari volume darah diperkirakan sekitar 5 s/d 8% dari total
bobot badan dan angka ini bervariasi menurut umur, spesies, besar tubuh,
aktivitas, status kesehatan, status gizi dankondisi fisiologi (bunting dan
laktasi) (Syaifuddin, 2002).
Eritrosit
pada dasarnya mempunyai tiga fungsi, yaitu transport oksigen (O2) ke
jaringan tubuh, transport karbondioksida (CO2) ke paru-paru dan
penyangga (buffer) ion hidrogen (H+). (Meyer dan Harvey, 2004)
Sel darah
putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan
kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit. Sel darah putih
atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya
sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit, terdapat 7-10x109 leukosit
per liter darah dan jumlah ini bisa meningkat sampai 30x109 per
liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Hal ini dikenal sebagai
leukositosis (Watson, 2002).
Waktu perdarahan
biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu mulai keluarnya tetesan darah
pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor
yang mempengaruhi waktu perdarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu,
status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam
plasma dan kadar globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur,
besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemoglobin dalam plasma dan kadar globulin
dalam darah (Sonjaya, 2006).
Waktu
pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah
penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan
fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan
adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka
sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah.
Waktu
pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai
pembuluh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh
darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat
yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak (Sahabuddin, 2005).
Nilai normal
waktu perdarahan dengan metode Ivy yaitu 3 sampai 7 menit, sedangkan dengan
metode Duke adalah 1-3 menit. Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita
trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan
fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat,
anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu
perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya
salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfain (anti
penggumpalan darah), dextran, dan lain-lain. (Devi Indriasari, 2009).
Koagulasi
darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel.
Bentukan suatu bekuan disumbat trombosit akan memperkuat dan menunjang sumbatan
tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi merupakan mekanisme
homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi darah. Reaksi dasar koagulasi
darah adalah perubahan protein plasma yang larut(fibrinogen) dari fibrin yang
bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan pengeluaran 2 pasang peptide
4c dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa (fibrin monomer)
kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin monomer lainnya membentuk
fibrin (Kusumawati, 2004).
Antikoagulan
adalah suatu zat atau obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan
darah.Sedangkan trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah diluar
tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Simons. A, 2009).
Proses
koagulasi darah biasanya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
faktor I yaitu fibrinogen, faktor II yaitu protombin, faktor III yaitu
tromboplastin, faktor IV yaitu kalsium, faktor V yaitu labil, proakselerin,
Ac-globulin dan lain-lain (Hardjoene,
2000).
Waktu
koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit danberakhir dalam
waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit,
kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5
menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 2002).
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama
(waktu di tentukan). Makin banyak sel darah merah yang
mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya. Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita. Biasanya,
jika terjadi radang laju endap darah tergolong tinggi. Laju endap darah tinggi atau rendah tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor eritrosit,
plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap darah.(Radiopoetra, 2000).
Hemolisis
adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh
antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan
tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain.
(Anonim,2009).
Waktu beku
darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk
sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit
(Wibowo, 2009).
Ada beberapa
metode pemeriksaan hemoglobin.Diantara metode pemeriksaan hemoglobin yang
paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode
sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar, 2002).
Pemeriksaan
LED diperkenalkan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1912 yang dikenal
dengan metode Westergren. Metode ini memakai tabung/pipet dengan panjang 300,5
mm, diameter luar 5,5 mm ± 0,5 mm, dan diameter dalam 2,55 mm ± 0,5 mm,
memiliki skala 200 mm (Sarkar dan
Devi, 2006).
Darah normal
mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan
gravitasi diimbagi oleh tekanan keatas akibat perpindahan. Bila viskositas
plasma tinggi atau kadar kolesterol meningkat tekanan keatas mungkin dapat
menetralisasi tarikan kebawah terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya
setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau perletakan satu dengan yang
lain akan meningkatkan LED (Barbara
A., 2006).
Hematokrit
mikro adalah volume eritrosit yangdipisahkan dari plasma dengan memutarnya
didalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen. Nilai hematokrit
digunakan untuk mengetahui nilai eritrosit rata-rata dan untuk mengetahui ada
tidaknya anemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro
dan mikro. Nilai normal hematokrit disebut dengan %. Penetapan hematokrit cara
manual (metode mikro) dapat dilakukan sangat teliti,kesalahan metodik rata-rata
± 2% (Barbara A., 2006).
Hemolisis
adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit
(butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan
permukaan membran sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut
organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak
komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa
ular famili Elapidae. (Cormack,
2008).
Larutan yang
digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu larutan turk. Larutan
turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih sehingga
mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan turk ini terdiri dari glacial
acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan aquadestilata 100
ml (Guyton dan Hall, 2004).
Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang
berbeda daripada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan,
bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut. (Sonjaya, 2006).
Jumlah butir
darah merah berpengaruh langsung pada nilai hematokrit. Terjadinya perubahan
butir darah merah memiliki pola yang sama dengan kandungan hematokrit. Hal ini
dapat dipahami karena persentase hematokrit tersebut merupakan kandungan butir
darah merah dibandingkan volume darah total. Nilai hematokrit sangat bervariasi
bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit
termasuk dalam parameter yang digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu
hewan. Meningkatnya persentase hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis
limfoid (Gandasoebrata.R ,2004).
Pengaruh haemoglobin di dalam sel darah
merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan
untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan
terdiri dari empat pigmen forpirin merah
(heme) yang masing-masing
mengandung iron dan globin yang merupakan
protein globural dan
terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung
dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya
melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh. Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat
dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses
penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah
sirkulasi 3 hingga 4 bulan (Frandson, 2002).
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
praktikum Anatomi dan Fisiologi Ternak dilaksanakan setiap hari kamis mulai
tanggal 25 Februari sampai 17 Maret 2016 pada pukul 15.00 WIB sampai selesai,
yang bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2. Materi
Adapun
materi yang digunakan pada praktikum fisiologi darah mengenai preparat natif
darah adalah jarum penusuk pembuluh darah, kapas, tissue, object galss, cover glass,
dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah darah sapi, kambing, dan
ayam yang sudah diberi antikoagulan, alkohol 70%, larutan garam NaCl
fisiologis/NaCl 0,9%.
Alat yang
digunakan pada praktikum waktu perdarahan adalah darah sapi, kambing, ayam yang
sudah diberi antikoagulan, alkohol 70%, ujung jari praktikan. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah kapas, tissue dan lanset steril, alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum waktu beku darah adalah alkohol 70%, lanset
steril, jarum pentil, gelas arloji belapis parafin, pipa kapiler tanpa heparin,
kapas, dan stopwatch.
Adapun alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum laju endap darah adalah darah sapi,
ayam, dan kambing yang sudah diberi antikoagulan, tabung.
Alat dan
bahan yang digunakan pada praktikum hemolisis adalah larutan NaCl dengan
konsentrasi 0,9%, 0,65%, 0,45%, 0,25%, dan 3,0%, larutan urea dalam aquades 1%
urea dalam NaCl 0,9%. Larutan 1% saponin dalam aquades, larutan 1% saponin
dalam NaCl 0,9%, darah sapi ayam dan kambing yang sudah diberi antikoagulan,
tabung reaksi, object glass, cover glass, dan mikrosko
Alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum hematokrit adalah tabung pipet kapiler,
darah sapi, ayam, dan kambing yang sudah diberi antikoagulan dan sentrifus.
Alat dan
bahan yang digunakana pada praktikum hemoglobin adalah darah sapi dan ayam yang
sudah diberi antikoagulan, HCl 0,1 N, aquades, kertas saring /tissue,
stopwatch, hemometer sahli.
Alat dan
bahan yang digunakan pada praktikum menghitung jumlah sel darah adalah darah
sapi, dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, larutan pengencer hayem untuk
eritrosit, turk untuk leukosit mamalia, dan BCB untuk leukosit unggas,
hemocytometer, pipet pengencer untuk leukosit berskala 0-0,5-1-101, pipet
pengencer untuk leukosit skala 0-0,5-1-11, tissue, mikroskop dengan perbesaran
10x, 40x,.
Alat dan
bahan yang digunakan pada praktikum diferensial leukosit adalah darah sapi dan
ayam yang sudah diberi antikoagulan, methanol absolut, larutan giemsa, aquades,
minyak emersi, object glass, bak celup untuk fiksasi, bak celup untuk
pewarnaan, diferensial counter, mikroskop.
3.3. Metoda
Cara kerja
pada praktikum preparat natif darah adalah pertama ambil sampel darah sapi,
kambing dan ayam letakkan di atas object glass, tutup dengan cover glass dan
amati dibawah mikroskop.
Pada praktikum
waktu perdarahan yaitu pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alcohol
70%. Kedua, tusuk ujung jari praktikan dengan lanset steril dan hitung dengan
stopwatch berapa lama darah keluar.
Pada praktikum
waktu beku darah yaitu pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alcohol
70%. Kedua, usuk ujung jari praktikan dengan lanset steril. Ketiga, teteskan
darah diatas objec glass dan aduk dengan jarum pentul hingga tampak terbentuk
benang fibrin pada darah maksimal 2 menit.
Pada praktikum
laju endap darah yaitu pertama, sedot darah sapi, kambing dan ayam dengan
tabung westergreen sampai angka 0. Kedua, tutup bagian bawah tabung dengan
kapas dan letakkan dirak. Ketiga, tiap 30 menit lihat dan catat penurunan
sel-sel darahnya dan buat grafik LED dari 0-90 menit.
Pada
praktikum hemolosis dan ketahanan osmotic eritrosit yaitu pertama masukkan 5 ml
larutan NaCl 0,9%, 0,25%, 0,45%, 0,65%, dan 3% kedalam 3 tabung reaksi tiap
kelompoknya. Kedua, tambahkan 3 tetes darah sapi, kambing dan ayam pada 3
tabung reaksi tersebut. Ketiga, amati perubahan yang terjadi setelah 30 menit
dan catat hasil pengamatan.
Pada
praktikum hematokrit yaitu pertama, isikan darah sapi, kambing dan ayam dalam 3
pipa kapiler. Kedua, sumbat ujung bawah pipa kapiler dengan menggunakan crysta
seal. Ketiga, tempatkan pipa kapiler dalam sentrifus. Keempat, darah akan
disentrifus dengan kecepatan 2.500 rpm selama 5 menit. Kelima, keluarkan pipa kapiler
dan amati apa yang terjadi.
Pada
praktikum hemoglobin yaitu pertama, isikan HCl 0,1 N (± 5 tetes) ke dalam
tabung sahli sampai angka 10 (garis paling bawah). Kedua, hisaplah darah dengan
pipet sahli sampai angka 20 μl. Ketiga, bersihkandarah yang menempel pada ujung
luar pipet sahli dengan tissue, kemudian masukkan darah tersebut kedalam tabung
sahli yang sudah berisi HCl 0,1 N. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung
udara dan biarkan beberapa saat sampai warna coklat terbentuk.
Keempat, tambahkan setetes demi setetes aquades sambil diaduk sampai
warna sesuai dengan batang standar. Persamaan warna dengan batang standar harus
dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah darah dan HCl dicampur. Kelima, bacalah
tinggi permukaan cairan pada tabung sahli. Angka yang terbaca menunjukkan kadar
Hb dari sampel darah tersebut.
Pada
praktikum menghitung jumlah sel darah yaitu pertama, hisaplah darah dengan
pipet untuk eritrosit sampai angka 0,5. Bersihkan ujungnya dengan kertas saring
atau tissue. Kedua, segera hisap larutan hayem sampai angka 101, dengan
demikian darah diencerkan 200 kali. Ketiga, peganglah ujung-ujung pipet dengan
ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan
memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang tercampur
hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung. Keempat, buanglah
cairan yang tidak mengandung sel darah merah (2-3 tetes). Kelima, isikan
kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung
pipet pada batas kamar hitung dengan penutup. Keenam, hisaplah darah dengan
pipet pengencer untuk leukosit sampai skala 0,5. Ketujuh, segera hisap larutan
turk untuk darah mamalia dan larutan BCB untuk darah unggas sampai skala 11,
dengan demikian darah diencerkan 20 kali. Kedelapan, peganglah ujung-ujung
pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah
dengan memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang
tercampur hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung.
Kesembilan, buanglah cairan yang tidak mengandung sel darah putih (2-3 tetes).
Kesepuluh, isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan
menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan penutup.
Pada
praktikum diferensial leukosit yaitu: pertama, siapkan dua buah object glass
dalam keadaan bersih. Kedua, pegang ujung sebuah object glass dengan ibu jari
dan jari telunjuk tangan kiri. Ketiga, letakkan 1 tetes darah pada ujung object
glass (sebelah kanan) tersebut. Keempat, dengan tangan kanan, pegang object
glass lainnya. Kemudian letakkan objec glass tersebut pad ujung object glass
yang sudah ditetesi darah membentuk sudut 30⁰. Kelima, gerakkan object glass yang
ditangan kanan ke belakang sampai menyinggung tetesan darah tadi, sehingga
darah menyebar sepanjang sudut antara kedua object glass. Keenam, segera
setelah darah menyebar, dengan hati-hati (tanpa megangkat objec glass dan sudut
objec glass tetap 30⁰) dorong
kedepan object glass ditangan kanan, maka terbentuk prepara ulas yang tipis.
Ketujuh, preparat dikeringkan dan lakukan pewarnaan. Kedelapan, preparat ulas
darah yang sudah dikeringkan di udara difiksasi dengan memasukkannya kedalam
methanol selama 5-10 menit. Kesembilan, angkat dan biarkan kering kering
diudara, kemudian masukkan kedalam larutan zat warna giemsa dan biarkan 30
menit. Kesepuluh, angkat preparat dan bilas (cuci) kelebihan zat warna dengan
menggunakan air keran yang mengalir. Kesebelas, keringkan diudara atau
menggunakan kertas isap (preparat diletakkan diantara dua lembar kertas isap
dan perlahan-lahan ditekan-tekan). Keduabelas, periksa preparat yang sudah
diwarnai dengan mikroskop dengan pembesaran 100x, sebelumnya preparat ulas
ditetesi minyak emersi. Ketigabelas, alur pemeriksaan leukogram. Keempatbelas,
preparat yang baik akan menunjukkan warna yang kontras merah, biru keunguan,
dan biru tua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Preparat Natif Darah
Hasil yang
diperoleh dari praktikum preparat natif darah yaitu sampel darah yang diamati
dibawah mikroskop terdapat keping sel darah merah dan sel darah putih yang
masih bergerak seperti air mengalir. Hal ini sesuai dengan Mikrajuddin (2004), yang menyatakan bahwa darah
manusia ataupun hewan terdiri dari dua komponen penting yaitu sel-sel darah dan
plasma darah (cairan darah). Dimana sel-sel darah itu sendiri terdiri dari sel
darah merah dan sel darah putih serta keping darah, sedangkan cairan darah
terdiri dari cairan darah (Plasma darah). Susunan darah terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping-keping darah (trombosit),
dan plasma darah (Rahman, S. 2009). Selain
itu hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak ada sel yang mengalami
pengkerutan dan tidak ada sel yang berbentuk rouleaux serta tidak ada
mikroorganisme di dalam sel darah kambing, sapi maupun darah ayam.
4.2. Waktu Perdarahan
Waktu
pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah
penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan
fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan
adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka
sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Dijelaskan juga pada
teori berikut Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes
darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari
pembuluh darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat
yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. (Dsyoghi, 2010).
Tabel 1. Waktu Perdarahan
Kelompok
|
Waktu Pertama
|
Waktu Kedua
|
1
|
30 detik
|
30 detik
|
2
|
30 detik
|
30 detik
|
3
|
30 detik
|
27,64 detik
|
4
|
30 detik
|
22,59 detik
|
5
|
30 detik
|
30,42 detik
|
6
|
43 detik
|
58 detik
|
7
|
31 detik
|
49 detik
|
8
|
11,34 detik
|
12,41 detik
|
9
|
32,66 detik
|
41,61 detik
|
10
|
1 menit 5 detik
|
1 menit 20 detik
|
Tabel di
atas menunjukkan bahwa perdarahan pada tangan praktikan yang ditusuk lanset
steril terhenti pada waktu kurang dari 2 menit. Menurut Devi Indriasari (2009)
nilai normal waktu perdarahan dengan metode Ivy yaitu 3 sampai 7 menit, sedangkan
dengan metode Duke adalah 1-3 menit. Waktu perdarahan memanjang terjadi pada
penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl),
ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati
tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan
leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh
obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan
warfain (anti penggumpalan darah), dextran, dan lain-lain.
4.3. Waktu Beku Darah
Koagulasi
darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel.
Bentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat dan menunjang
sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi merupakan
mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi darah. Reaksi
dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut(fibrinogen)
dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan pengeluaran 2
pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa (fibrin
monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin monomer lainnya membentuk
fibrin (Kusumawati, 2001).
Tabel 2. Waktu Beku Darah
Kelompok
|
Waktu Beku Darah
|
1
|
3 menit 36 detik
|
2
|
2 menit 22 detik
|
3
|
2 menit 35 detik
|
4
|
3 menit 35 detik
|
5
|
3 menit 24 detik
|
6
|
2 menit 11 detik
|
7
|
2 menit 11 detik
|
8
|
3 menit 17 detik
|
9
|
3 menit 20 detik
|
10
|
2 menit 42 detik
|
Data di atas menunjukkan bahwa waktu beku darah setiap
praktikan berbeda-beda. Waktu beku darah dari masing-masing praktikan yaitu
antara 2 sampai 4 menit.
Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi
darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu
koagulasi rata-rata 4–5 menit (Wibowo, 2009).Terbentuknya
fibrin disebabkan karena trombin yang merupakan enzim yang mengubah fibrinogen
menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah
menjadi gel atau menggumpal (Anonimc, 2013). Waktu
beku darah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan
ekstrinsik Faktor ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Drake,
2005).
Waktu
koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit danberakhir dalam
waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit,
kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5
menit dan anjing 2,5 menit (Frandson,
2002).
4.4. Laju Endap Darah
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan)
darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama (waktu di
tentukan). Makin banyak sel darah merah yang
mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya. Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita. Biasanya,
jika terjadi radang laju endap darah tergolong tinggi. Laju endap darah tinggi atau rendah tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor eritrosit,
plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap darah.(Radiopoetra, 2000).
Hasil
praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah
mengalami penurunan dari 0 menuju angka 170 ml, pada 30 menit kedua cairan
darah mengalami penurunan dari 170 ml menjadi 110 ml dan pada 30 menit ketiga
cairan darah mengalami penurunan dari angka 110 ml menjadi 20 ml. Hal ini
sesuai dengan teori berikut, menurut Barbara
(2006), darah normal mempunyai LED
relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbangi oleh tekanan ke atas akibat perpindahan.
Hasil
praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah
mengalami penurunan dari 0 menuju angka 185 ml, pada 30 menit kedua cairan
darah mengalami penurunan dari 185 ml menjadi 175 ml dan pada 30 menit ketiga
cairan darah mengalami penurunan dari angka 175 ml menjadi 160 ml.
Hasil
praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah
mengalami penurunan dari 0 menuju angka 155 ml, pada 30 menit kedua cairan
darah mengalami penurunan dari 155 ml menjadi 140 ml dan pada 30 menit ketiga
cairan darah mengalami penurunan dari angka 140 ml menjadi 130 ml.
4.5.
Hemolisis dan Ketahanan Osmotik Eritrosit
Hemolisis
adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit
(butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan
permukaan membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut
organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak
komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa
ular famili Elapidae. (Cormack, 2008).
Tabel 3. Hemolisis pada sapi
Konsentrasi
|
Pembanding (Kontrol)
|
Hemolisis
|
Mikroskopis
|
||
Bentuk
|
Besar
|
Jumlah
|
|||
1% urea dalam aquades
|
NaCl 0,9 %
|
+
|
>
|
>
|
>
|
1% urea dalam NaCl
|
-
|
=
|
=
|
=
|
|
NaCl 3%
|
-
|
<
|
<
|
>
|
|
NaCl 0,25%
|
+
|
=
|
=
|
=
|
|
NaCl 0,45%
|
+
|
<
|
<
|
<
|
|
NaCl 0,65%
|
-
|
=
|
=
|
=
|
Tabel 4. Hemolisis pada kambing
Konsentrasi
|
Pembanding (Kontrol)
|
Hemolisis
|
Mikroskopis
|
||
Bentuk
|
Besar
|
Jumlah
|
|||
1% urea dalam aquades
|
NaCl 0,9 %
|
+
|
Pecah
|
>
|
<
|
1% urea dalam NaCl
|
+
|
Pecah
|
>
|
<
|
|
NaCl 3%
|
+
|
Licin
|
>
|
<
|
|
NaCl 0,25%
|
-
|
Pecah
|
<
|
<
|
|
NaCl 0,45%
|
-
|
Bergerigi
|
>
|
<
|
|
NaCl 0,65%
|
-
|
Bergerigi
|
>
|
<
|
Tabel 5. Hemolisis pada ayam
Konsentrasi
|
Pembanding (Kontrol)
|
Hemolisis
|
Mikroskopis
|
||
Bentuk
|
Besar
|
Jumlah
|
|||
1% urea dalam aquades
|
NaCl 0,9 %
|
+
|
Licin
|
>
|
>
|
1% urea dalam NaCl
|
+
|
Licin
|
>
|
=
|
|
NaCl 3%
|
-
|
Bergerigi
|
=
|
>
|
|
NaCl 0,25%
|
+
|
Licin
|
<
|
=
|
|
NaCl 0,45%
|
-
|
Bergerigi
|
>
|
>
|
|
NaCl 0,65%
|
-
|
Licin
|
<
|
<
|
4.6. Hematokrit
Jumlah butir
darah merah berpengaruh langsung pada nilai hematokrit. Terjadinya perubahan
butir darah merah memiliki pola yang sama dengan kandungan hematokrit. Hal ini
dapat dipahami karena persentase hematokrit tersebut merupakan kandungan butir
darah merah dibandingkan volume darah total. Nilai hematokrit sangat bervariasi
bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit
termasuk dalam parameter yang digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu
hewan. Meningkatnya persentase hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis
limfoid (Gandasoebrata.R ,2004).
Tabel 6.
Hematokrit pada sapi, kambing, dan ayam
Jenis Hewan
|
Hematokrit (%)
|
|
Normal
|
Hasil Praktikum
|
|
Sapi
|
40
|
37
|
Kambing
|
33
|
19
|
Ayam
|
22-35
|
25
|
4.7. Hemoglobin
Pengaruh haemoglobin di dalam sel darah
merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan
untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan
terdiri dari empat pigmen forpirin merah
(heme) yang masing-masing
mengandung iron dan globin yang merupakan
protein globural dan
terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung
dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya
melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh. Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat
dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses
penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah
sirkulasi 3 hingga 4 bulan (Frandson, 2002).
Tabel 7.
Hemoglobin pada sapi, kambing, dan ayam
Jenis Hewan
|
Hemoglobin (%)
|
|
Normal
|
Hasil Praktikum
|
|
Sapi
|
10-12
|
12
|
Kambing
|
11
|
11
|
Ayam
|
7-13
|
12
|
4.8. Menghitung Jumlah Sel Darah
Larutan yang
digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu larutan turk. Larutan
turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih
sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan turk ini terdiri dari
glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan aquadestilata 100
ml (Guyton dan Hall, 2007).
Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai
variasi yang berbeda daripada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis
hewan bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut. (Sonjaya,
2005).
Tabel 8. Jumlah eritrosit dan
leukosit pada kambing, sapi, dan ayam
Nama ternak
|
Eritrosit
|
Leukosit
|
||
Jumlah
|
Total per mm3
|
Jumlah
|
Total per mm3
|
|
Kambing
|
100
|
1.000.000
|
140
|
7.000
|
Sapi
|
361
|
3.610.000
|
672
|
33.600
|
Ayam
|
188
|
1.880.000
|
242
|
12.100
|
Pada
praktikum menghitung jumlah sel darah didapatkan hasil pada kambing, jumlah sel
darah merahnya adalah 100. Total sel darah merah per mm3 adalah
1.000.000/ mm3. Jumlah sel darah putih pada kambing yang didapat
adalah140, total sel darah putih per mm3 adalah 7.000/ mm3.Jumlah
sel darah merah pada sapi yang didapat adalah 361, total sel darah merah per mm3
adalah 3.610.000/ mm3.Jumlah sel darah putih pada sapi yang didapat
pada praktikum adalah 672, total sel darah putih per mm3 adalah
33.600/ mm3.Jumlah sel darah merah pada ayam yang didapat pada
praktikum adalah 188, total sel darah merah per mm3 adalah
1.880.000/ mm3.Jumlah sel darah putih pada ayam yang didapat pada
praktikum adalah 242, total sel darah putih per mm3 adalah 12.100/
mm3.
4.9. Diferensial Leukosit
(Leukogram)
Hasil dari
praktikum mengenai diferensial leukosit (leukogram) diasajikan pada tabel 9, 10
dan 11.
Tabel 9.
Jumlah leukosit pada sapi
Jenis sel Leukosit
|
% dari total Leukosit
|
Neutrofil
|
29,87 %
|
Eosinofil
|
16,88 %
|
Basofil
|
26,29 %
|
Limfosit kecil
|
11,03 %
|
Limfosit besar
|
8,11 %
|
Monosit
|
7,79 %
|
Tabel
10. Jumlah leukosit pada kambing
Jenis sel Leukosit
|
% dari total Leukosit
|
Neutrofil
|
20,36 %
|
Eosinofil
|
36,19 %
|
Basofil
|
10,85 %
|
Limfosit kecil
|
7,23 %
|
Limfosit besar
|
11,76 %
|
Monosit
|
13,57 %
|
Tabel
11. Jumlah leukosit pada ayam
Jenis sel Leukosit
|
% dari total Leukosit
|
Neutrofil
|
27,18 %
|
Eosinofil
|
30,20 %
|
Basofil
|
10,75 %
|
Limfosit kecil
|
10,06 %
|
Limfosit besar
|
11,40 %
|
Monosit
|
10,40 %
|
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah leukosit
pada darah sapi berbeda-beda, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (2002),
Perhitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah
(anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada perhitungan sel darah merah,
akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Secara umum, volume total
darah mamalia umumnya berkisar 7 sampai 8 % berat badan. Bahan antar sel atau
plasma darah, berkisar antara 45 sampai 65% dari seluruh isi darah,
sedangkan sisanya 35 sampai 55% diisi sel darah atau benda darah. Sel darah terdiri dari
3 macam: sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan kepingan darah
(trombosit). Darah termasuk cairan intravaskuler yaitu cairan merah
yang terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang
padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasildan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa praktikum hematologi telah
dilaksanakan dengan baik walaupun hasilnya masih kurang sesuai dengan pustaka
dan praktikan sudah bisa melakukan pengambilan darah dari masing-masing
preparat hewan walaupun pada awalnya mengalami kesulitan.Sebagian besar sel
darah merah hewan vertebrata berbentuk lonjong dan berinti kecuali mammalia
(bulat dan tidak berinti). Sel darah putih memiliki banyak variasi bentuk sesuai
fungsinya, namun secara garis besar berbentuk bulat dan berinti besar. Sel
darah putih ada yang bergranula dan ada yang tidak bergranula. Kadar
hemoglobin pada setiap spesies berbeda-beda tergantung pada kebutuhan metabolisme
spesies itu sendiri. Jumlah eritrosit dan leukosit dipengaruhi oleh kondisi
fisiologis seperti kondisi tubuh, keadaan stress, umur, varian harian dan jenis
kelam.
5.2. Saran
Dalam
melaksanakan praktikum seharusnya praktikan lebih berhati-hati ketika praktikum
sedang berjalan mengingat begitu sensitif dan mahalnya peralatan yang ada pada
laboratorium tersebut. Praktikan haruslah benar-benar memahami dan mendengarkan
asisten dosen yang sedang menjelaskan tentang praktikum tersebut dan buanglah
sampah hasil praktikum pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahandji, B.J. 2001. Outline of
Veterinary Clinical Pathology. Second Edition. USA: The Iowa State
University press
Atika. 2009. Fungsi
darah. Jakarta
Arifin, Hanung Dhidhik. 2013. Profil Darah Kambing Jawarandu Pengaruh Subtitusi Aras Daun Pepaya.
Vol. 2 No.1
Anonim, 2009. Fungsi darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Darah.
Diakses tanggal 23 maret 2016
Barbara A. B. 2006. Hematologi: Principle dan
Procedures. LEA dan REB
Bachyar. 2002. Metode Pemeriksaan Hemoglobin. http://www.psychoplogymania.
com/2012/o9/metode-pemeriksaan-hemoglobin.html. Diakses tanggal 23 maret
2016
Cormack. 2008. Histologi
veterinner. Jakarta: UI Press
Dharmawan, NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik. Denpasar :
Universitas Udayana.
Frandson.
2002. Perhitungan Sel Darah (Fisiologi
Darah). Bandung : ITB
Gandasoebrata, R. 2004. Penuntun Laboratorium
klinik. Jakarta: Duan Rakyat
Guyton & Hall. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Hardjoene, 2000. Interpretasi Hasil
Laboratorium Diagnostik. Makassar : Universitas Hasanuddin
Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter. Yogyakarta: Pustaka Grhatama
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat
Dengan Hewan. Yogyakarta: Gadjah Mada press
Meyer, D.J. and J.W. Harvey. 2004. Veterinary Laboratory Medicine
Interpretation & Diagnosis. Third edition. USA: Saunders
Radiopoetra.2000. Jendela Ipteks. Jakarta: Balai Pustaka
Sahabuddin. 2005. Usulan Penelitian, Program
Studi Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Makassar
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. Jakarta: EGC
Simmons. 2009. Hematologi A Combined
Theoritical and Technical Upproach. W.B. sounders Company
Sonjaya, H. 2006. Bahan
Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Sonjaya. 2013. Penuntun
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Syaifuddin, 2002. Fisiologi
Manusia dan Mekanisme terhadap Penyakit EGC. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk
Perawat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Wibowo, Fredi. 2009. Proses Penggumpalan Darah. http://www.blogcatalog.com/blogs/moslemblog/7. Diakses
tanggal 23 maret 2016
Izin promo ya Admin^^
BalasHapusbosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~