Jumat, 09 Maret 2018

INTEGRASI ANTARA TERNAK SAPI DENGAN PERKEBUNAN KARET


INTEGRASI ANTARA TERNAK SAPI DENGAN PERKEBUNAN KARET
Integrasi ternak dalam usaha tani adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlahternak sapi di areal tanaman tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman bahkan keberadaan ternak sapi ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus meningkatkan produksi sapi itu sendiri.
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian.Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak.Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya.
            Pada survey ini kelompok kami melakukan survey di peternakan sapi milik Bapak Sarjono (49th) yang bertempat di  jl. Setiti, simpang sungai duren (samping puskesmas).Bapak Sarjono yang hanya lulusan SD sebelumnya juga pernah beternak kambing, namun pak Sarjono tidak melanjutkannya dikarenakan kambing miliknya banyak yang mati. Kemudian dilanjutkan dengan beternak sapi yang dimulai sejak tahun 2014 sampai dengan sekarang.

Integrasi
            Pada peternakan Pak Sarjono ini sistem integrasi peternakan antara sapi dengan pohon karet. Menurut penjelasan dari Pak Sarjono, sapi mulai dilepas/digembalakan di perkebunan karet sekitar pukul 07:00-17:00 WIB, namun kadang sapi dilepas di lapangan terbuka.

Keuntungan Integrasi Ternak dengan Perkebunan Karet
            Sistem integrasi ternak sapi dengan tanaman perkebunan merupakan suatu bentuk simbiosis mutualisme antara ternak dan tanaman perkebunan, bagi ternak keuntungan yang diperoleh adalah secara tidak langsung meningkatkan produktifitas ternak karena terkecukupinya kebutuhan HMT yang berasal dari hijauan yang tumbuh dibawah perkebunan, sementara bagi tanaman perkebunan, keuntungan yang diperoleh adalah tersedianya pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak yang secara tidak langsung berpengaruh pada efisiensi biaya pemupukan disamping biaya penyiangan. Bagi tanaman perkebunan, keuntungan sistem ini adalah mengurangi persaingan antara tanaman perkebunan dengan gulma, karena adanya ternak sebagai pengendali gulma yang ramah lingkungan, disamping juga sebagai penyumbang pupuk kandang (kukan) (sahidus, 1983). Dengan hadirnya ternak ruminansia dilahan perkebunan dapat meningkatkan produktivitas perkebunan sekitar 30% (Rangkuti et al, 1990).

Rumpun Sapi Bakalan
            Sapi yang dipelihara adalah jenis sapi bali. Sapi yang dipelihara berjumlah 5 ekor yang terdiri dari 1 induk dan 4 anakan. Bakalan sapi tersebut didapat dari bantuan pemerintah yang awalnya bejumlah 1 ekor sapi betina dewasa.Sapi bali mempunyai ciri-ciri khusus antara lain: warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi hitam (Hardjosubroto, 1994). Satu karakter lain  yakni perubahan warna sapi jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon testosteron sebagai hasil produk testes (Aalfs, 1934 cit Darmadja, 1980)

Sistem Pemeliharaan
            Sistem perkandangan pak Sarjono yaitu sistem semi intensif dimana pada pagi hari sapi dilepas di perkebunan karet atau di lapangan terbuka dan sore harinya dikandangkan.

Sistem Perkandangan
            Jenis kandang pada peternakan Pak Sarjono adalah kandang deprok yang terletak di bagian depan dan belakang rumah peternak. Pada saat kami melakukan survei kebetulan kandang sapi yang di belakang rumah pak sarjono sedang dilakukan perbaikan kandang.
Pakan
Pakan yang diberikan pak sarjono berupa rumput unggul seperti rumput signal, benggala dan rumput alam maupun daun karet.Pada pagi dan siang hari sapi hanya digembalakan saja di perkebunan karet, barulah di malam hari sapi diberikan rerumputan dan daun karet.. Sedangkan air minum diberikan campuran garam.

Penjualan
Sapi- sapi milik pak Sarjono biasanya dijual jika ada yang datang untuk membeli langsung ke rumah pak sarjono. Sapi dijual tidak dengan ditimbang, tetapi biasanya di kira-kira oleh pak Sarjono.

Sistem Perkawinan
Pada awal beternak Pak Sarjono mengawinkan sapi betinanya dengan pejantan pinjaman. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, pak Sarjono mengawinkan sapinya dengan teknologi IB yang dilakukan oleh inseminator.

Feses
            Sapi-sapi yang digembalakan di perkebunan karet langsung membuang feses di perkebunan karet tersebut sehingga secara tidak langsung menguntungkan bagi perkebunan karet. Sedangkan feses yang terdapat di dalam kandang setiap harinya dibersihkan dan dikumpulkan didalam karung, biasanya feses tersebut dijual perkarungnya dengan harga Rp.3.000,- dan juga terkadang feses digunakan untuk tanaman sendiri seperti tanaman cabai dan pohon pisang.

Karakteristik Integrasi
            Integrasi yang terjadi di Peternakan Pak Sarjono memiliki karakteristik yaitu sapi memakan daun karet yang terdapat di perkebunan karet, kemudian feses yang dikeluarkan sapi berguna sebagai pupuk untuk perkebunan karet tersebut. Sistem produksi ternak – tanaman pada peternakan ini berbasis tanaman pertanian yaitu perkebunan karet.



FOTO PETERNAKAN
1.        Kandang




2.        Pakan





3.        Kebun karet



4.        Sapi yang sedang digembala



5.        Feses



PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN (BETERNAK PUYUH)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan salah satu unggas darat yang memiliki ukuran tubuh kecil namun mampu memproduksi telur tinggi berkisar 250-300 butir per ekor per tahun. Populasi puyuh di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 12.234.188 ekor, tahun 2013 sebanyak 12.552.974 ekor dan tahun 2014 sebanyak 12.692.213 ekor. Produksi telur puyuh tahun 2012 mencapai 15,8 ton, tahun 2013 mencapai 18,9 ton, dan tahun 2014 mencapai 19,1 ton. Konsumsi telur puyuh per kapita per minggu dari tiga tahun terakhir, secara berturut-turut tahun 2012 sebanyak 0,070 butir, 2013 sebanyak 0,065 butir, dan 2014 sebanyak 0,072 butir (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015).
Wirausaha merupakan salah satu usaha untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran. Selain menguntungkan dari segi ekonomi, sebagaian besar kegiatan wirausaha juga sangat membantu usaha-usaha dalam memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu usaha yang mudah dikembangkan yaitu pemeliharaan burung puyuh, karena banyak orang yang membutuhkannya.
Puyuh sebagai salah satu ternak unggas, cocok diusahakan sebagai usaha sambilan maupun komersial sebab, telur dan dagingnya semakin popular dan dibutuhkan sebagai salah satu sumber protein hewani yang cukup penting. Mengonsumsi daging dan telur puyuh sebagai upaya untuk  menjaga kesehatan tubuh bagi masyarakat. Hal ini mendorong beternak puyuh semakin popular dan banyak penggemarnya oleh kalangan peternak-peternak yang mencari peluang usaha. Demikian pula penulis, tertarik untuk merencanakan wirausaha beternak puyuh yang akan diwujudkan nantinya.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara untuk memenuhi pasokan telur puyuh sesuai dengan kebutuhan baik di dalam maupun di luar daerah Kabupaten Batanghari ?
2        Bagaimana menjalankan kelangsungan usaha ?
3        Bagaimana cara memasarkan telur puyuh ?

1.3    Tujuan
1      Mampu memenuhi pasokan telur puyuh sesuai dengan kebutuhan baik di dalam maupun di luar daerah Kabupaten Batanghari.
2.    Mampu menjalankan kelangsungan usaha semestinya dan mengembangkannya.
3.    Memberikan memasarkan telur puyuh.

1.4    Standar Operasional
1.4.1.      Peluang Pasar
Ternak puyuh pada saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat. Maka tidak heran diberbagai rumah makan sekarang banyak yang membutuhkan ternak puyuh untuk dijadikan salah satu menu, baik berupa daging maupun telur puyuh itu sendiri. Maka dari itu peluang untuk membuka usaha ternak puyuh petelur ini cukup tinggi.
1.4.2.      Kandang
Kepadatan kandang harus diperhatikan, tidak boleh terlalu luas atau terlalu sempit. Sebagai patokan untuk 1 m2 dapat untuk sekitar 40 ekor puyuh petelur dewasa. Ukuran kandang perlu diperhatikan, panjang per unit kandang diusahakan kurang dari 200 cm. Panjang yang berlebihan akan membuat kandang semakin luas dan puyuh menjadi terlalu aktif. Lebar kandang sebaiknya tidak lebih dari 75 cm atau sejangkauan lengan agar peternak dapat lebih mudah saat membersihkan kandang, merawat, ataupun menangkap puyuh.
Tinggi kandang diusahakan antara 30-35 cm. Bila ruang kandang terlalu tinggi puyuh akan terangsang untuk meloncat-loncat, akibatnya kepala puyuh dapat terluka. Untuk menjaga agar kepala puyuh tidak luka-luka akibat terbentur, sebaiknya dibawah atap dipasang jaring atau net dari plastik atau benang elastis.
Tinggi kolong kandang sebaiknya 30-40 cm agar lantai pertama kandang tidak terpengaruh kelembaban lantai. Pintu kandang sebaiknya dibuat disamping dengan ukuran 17 cm x 17 cm. Untuk unit kandang yang dibuat bertingkat hendaknya setiap dasar lantai dilengkapi dengan alas berupa dropping board untuk tempat penampung kotoran, sehingga dengan adanya tempat penampung kotoran tersebut pemeliharaan kebersihan ruangan tempat kandang berada lebih mudah dilakukan dan kotoran tidak menimpa puyuh yang berada di kandang bawahnya (Listiowati, E., dan Kinanti, R., 2009).
1.4.3.      Pakan
            Tempat pakan dan tempat minum dapat terbuat dari pralon, bambu atau kayu yang diletakkan diluar kandang, menempel dibagian samping kandang pada sisi yang memanjang. Pembuatan lantai tiap tingkat kandang hendaknya dibuat agak miring keluar kandang agar telur dapat menggelinding keluar unit kandang, sehingga memudahkan dalam pengumpulan telur.
Untuk pemberian pakan hendaknya jangan sekaligus sehingga tempat pakan menjadi penuh, namun sebaiknya pakan diberikan secara bertahap dua kali sehari yaitu pagi sekitar pukul 06.00 dan sore pukul 15.00, dengan cara ini pakan tidak banyak yang tumpah sehingga dapat mengurangi pemborosan pakan.
Kebutuhan jumlah pakan puyuh dan kebutuhan zat- zat nutrien puyuh fase layer berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Kebutuhan jumlah konsumsi pakan pada puyuh                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
Umur Puyuh
Kebutuhan Jumlah Pakan(gram/hari)
0 - 10 hari
2-3
11 - 20 hari
4-5
21 - 30 hari
8-10
31 - 40 hari
12-15
41 hari sampai afkir
17-20
Sumber: Abidin (2002)

Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Ternak Puyuh Fase Layer
Zat Makanan (%)
Layer (umur > 6 minggu)
Protein Kasar                
20.00
Lemak Kasar
1.00
Serat Kasar
4.40*
Kalsium
2.50
Posfor
0.35
Energi Metabolisme (kkal/kg)
2900
Sumber : NRC (National Research Council ), Nutrient Requirement  Of  Poultry, 1994 * SNI (2006)

1.4.4.      Produksi Telur
Burung puyuh mampu menghasilkan telur sebanyak 200-300 butir/ekor/tahun, dengan bobot telur rata-rata 10 gram/butir, memiliki warna coklat tua,biru, putih dengan bintik-bintik hitam pada kerabang telur, pigmen kerabang telur berupa ooporpirin dan biliverdin (Randall dan Bolla, 2008, dalam Putra, 2013). Produksi telur puyuh umur 6-17 minggu berkisar antara 51,79% sampai 62,50%, dengan rataan produksi telur  sebesar 57,01% (Bachari et. al., 2006). Burung puyuh yang sedang bertelur berumur lebih dari 42 hari  (SNI 2006). Burung puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 41 hari, puncak produksi terjadi pada umur 5 bulan dengan persentase telur 96% (Djulardi et. al., 2006 dalam Setyawan et. al., 2012). Produksi telur pada puyuh umur 6-10 minggu selama satu bulan rata-rata 39,95% dengan rataan konversi ransum 6,44 (Sudrajat et. al., 2014). Pada umur 11-13 minggu produksi telur puyuh mulai stabil dan mendekati puncak produksi, sehingga rataan produksi telurnya lebih tinggi yaitu sekitar 88,52% (Triyanto, 2007).
Produksi telur akan terus mengalami kenaikan secara drastis hingga mencapai puncak produksi (sebesar 98,5%) pada umur 4-5 bulan. Produksi telur secara perlahan-lahan akan menurun hingga 70% pada umur 9 bulan. Puncak produksi (egg production peak) pada puyuh lebih lama dibandingkan ayam. Produksi telur puyuh dipengaruhi oleh faktor genetic dan lingkungan seperti: ransum, kandang, temperatur, lingkungan, penyakit, dan stres (Listyowati dan Roospitasari, 2004).



BAB II
ANALISIS BIAYA
Untuk dapat menjalankan kegiatan wirausaha beternak puyuh, diperlukan biaya atau modal. Setelah melakukan langkah-langkah dalam konsep dasar usaha maka usaha dimulai dengan kalkulasi anggaran sebagai berikut.
Tabel 3. Analisa Usaha Pemeliharaan Puyuh Petelur

Uraian
Jumlah
A.
Investasi awal

1.
Pengadaan puyuh
Puyuh betina siap bertelur 1.500 @ Rp.7.500

Rp.11.250.000
2.
Pengadaan sangkar (tahan 6 tahun)
12 sangkar tiga tingkat x Rp.500.000

Rp.6.000.000
3.
Pembuatan pagar 38 m2 @ Rp.75.000
Rp.2.850.000
4.
Tempat pakan 36 buah (tahan 3 tahun)
36 x Rp.5.000

Rp.180.000
5.
Tempat minum 36 buah (tahan 3 tahun)
36 x Rp.2.000

Rp.72.000
6.
Peralatan lain-lain
Rp.1.000.000
7.
Pakan untuk 1 bulan pertama
20 gr/ekor/hari x 30 hari x 1500 ekor x Rp.2.500

Rp.2.250.000

Sub total
Rp.23.602.000
B.
Biaya tetap

1.
Sangkar Rp.6.000.000 / 6 tahun
Rp.1.200.000
2.
Tempat pakan 36 buah (tahan 3 tahun)
Rp.180.000 / 3 tahun

Rp.60.000
3.
Tempat minum 36 buah (tahan 3 tahun)
Rp.72.000 / 3 tahun

Rp.24.000
4.
Pembuatan pagar (tahan hingga 5 tahun)
Rp.2.850.000 / 5 tahun

Rp.570.000
5.
Peralatan lain – lain (tahan hingga 2 tahun)
Rp.1.000.000 / 2 tahun

Rp.500.000

Sub total
Rp.2.354.000
C.
Biaya Variabel

1.
Pakan puyuh selama 1 tahun
20 gr/ekor x 365 hari x 1350 ekor x Rp.2.500

Rp.24.637.500
2.
Listrik selama 1 tahun
Rp.500.000 x 12 bulan

Rp.6.000.000
3.
Obat-obatan
Rp.310.000

Sub total
Rp.30.947.500

Untuk memulai usaha puyuh petelur dibutuhkan modal awal sebesar Rp.23.602.000 dengan perincian seperti dalam Tabel 1. Analisis pemeliharaan puyuh petelur dilakukan dalam satu siklus atau setahun. Diasumsikan pengadaan puyuh dilakukan dengan memasukkan puyuh yang siap bertelur, lahan milik sendiri, pakan tersedia untuk 1 bulan dan hasil telur dijual semua, tingkat kematian 10% sampai afkir dengan harapan pada bulan berikutnya sudah ada dana dari penjualan hasil telur bulan pertama.
Tingkat produksi puyuh adalah sekitar 80% maka didapat telur sebanyak 80% x 1.500 ekor x 30 hari = 36.000 butir telur. Hasil penjualan telur adalah 36.000 x Rp.300 = Rp.10.800.000. setelah dikurangi untuk pembelian pakan selama satu bulan kedepan, masih ada keuntungan sebesar Rp.10.800.000 - Rp.2.250.000 = Rp.8.550.000/ bulan. Jadi rata-rata per hari mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.8.550.000 dibagi 30 hari = Rp.285.000/ hari.
Untuk mengetahui tingkat perolehan selama satu siklus produksi dengan menghitung hasil rata-rata per periode yaitu 80% tingkat produksi x 1.350 ekor x 365 hari = 394.200 butir. Hasil penjualan telur adalah 394.200 butir x Rp.300 = Rp.118.260.000. Selama satu periode pemeliharaan hasil bersih dari telur puyuh yaitu jumlah total penerimaan dikurangi biaya tetap dan biaya variabel diperoleh Rp.84.958.500. Pendapatan selain telur selama satu periode adalah dari penjualan puyuh afkir. Dengan asumsi bahwa puyuh afkir 1.350 ekor setelah dikurangi tingkat mortalitas (kematian). Jadi pendapatan penjualan puyuh afkir adalah 1.350 ekor x Rp.6.000/ ekor = Rp.8.100.000. Total pendapatan bersih selama satu periode pemeliharaan puyuh petelur adalah pendapatan dari telur ditambah penjualan puyuh afkir diperoleh Rp. 93.058.500.


BAB III
PELAKSANAAN WIRAUSAHA
3.1 What (Apa)
Apa kelebihan dan kekurangan dari usaha puyuh petelur ?
1.        Kelebihan
Ternak puyuh memiliki beberapa kelebihan dari ternak unggas yang lainnya yaitu dengan memiliki ukuran badan yang kecil, sehingga unggas ini dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan cepat. Dilihat dari nilai gizi, puyuh memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Telur puyuh juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang tinggi dibandingkan dengan telur ayam (Sudrajat et. al. 2014). Selain itu Telur puyuh mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi yaitu mengandung 13,1% protein dan lemak sebesar 11,1%  sedangkan telur ayam ras hanya mengandung 12,7% protein dan 11,2% lemak (Dewansyah, 2010).
Bulu burung puyuh ini sering digunakan untuk membuat kerajinan dan juga perabot rumah tangga. Tak hanya bulu, namun kotoran ternak ini juga bermanfaat. Kotoran dari puyuh sangat baik bagi tanaman, khususnya untuk tanaman sayur. Sehingga kotoran puyuh ini sering dicari oleh para petani sayur.  
2.        Kekurangan
Kekurangan dari ternak puyuh yaitu ternak ini sangat rentan terserang penyakit. Sehingga harus memberikan perawatan ekstra. Selain itu, puyuh juga cepat mengalami stress sehingga kandang harus jauh dari keramaian, jika tidak maka produksi telurnya akan terganggu. Selain itu kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh. Suhu ideal untuk puyuh adalah 25 – 28 derajat celcius.
3.2. Why (Mengapa)
Mengapa memilih usaha budidaya puyuh petelur ?
Ternak puyuh petelur dipilih sebagai usaha karena puyuh merupakan ternak unggas yang memiliki protein yang tinggi namun memiliki waktu produksi yang sedikit. Ternak puyuh dapat menghasilkan telur pada umur 5 minggu. Indukan yang telah afkir dapat dijual sebagai puyuh pedaging. Usaha ternak puyuh petelur ini dapat memberikan keuntungan dari segi telur, daging, maupun feses dalam waktu yang relatif lebih singkat.
3.3. Where (Dimana)
Dimana lokasi budidaya puyuh petelur dilaksanakan ?
Usaha budidaya puyuh petelur akan didirikan di Jl. Pramuka Perumnas, Muara bulian, Kabupaten Batanghari, Jambi. Lokasi beternak begitu nyaman untuk usaha beternak puyuh dan tidak mengganggu lingkungan pemukiman masyarakat setempat. Selain itu, transportasi juga lancar, jadi mempermudah pemasaran produk kepada pelanggan.
3.4. How (Bagaimana)
Bagaimana melakukan budidaya puyuh petelur ?
Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, maka dalam kegiatan ini dibutuhkan tahapan-tahapan penyelesaian pada usaha, sasaran secara operasional adalah sebagai berikut :
A.      Persiapan Sarana dan Peralatan
a)    Perkandangan
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur  kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25oC, kelembaban kandang berkisar 30-80%, penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 40 ekor/m2 berumur 5 minggu sampai masa bertelur.
b)    Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur, lampu dan  tempat obat-obatan.

B.       Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan untuk usaha ini adalah bibit untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis kelamin betina berumur 5 minggu yang sehat atau bebas dari kerier penyakit. Jumlah puyuh yang akan dipelihara adalah 1540 ekor.

C.       Pemeliharaan
a)    Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk mencegah timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh, kebersihan lingkungan kandang perlu diperhatikan. Sebelum ternak dimasukkan ke dalam kandang, perlu dilakukan sanitasi dan desinfeksi, kemudian kandang dibiarkan selama satu minggu untuk memutus rantai penyakit.
b)    Pengontrolan Penyakit dan Vaksinasi
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shop.
c)    Pemberian Pakan
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Pemberian ransum puyuh diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang.
d)   Pemanenan
Pemanenan meliputi pengambilan telur yang siap untuk dipasarkan. Sebelumnya, telur dipilih berdasarkan tampilannya. Telur yang bagus akan dipasarkan sedangkan telur yang jelek akan dibuang. Telur diambil setiap hari setelah jam 16.40 WIB.

D.    Pengangkutan
Setiap pembelian dan penjualan ternak burung puyuh maupun telur menggunakan jasa pengangkutan milik usaha. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pengangkutan dan menghindari berbagai macam kendala lainnya. Direncanakan alat pengangkutan untuk wirausaha beternak puyuh petelur adalah sepeda motor dan mobil. Sepeda motor untuk pengangkutan produk dalam jumlah yang sedikit, sedangkan mobil untuk jumlah yang banyak dan lokasi yang cukup jauh.
3.5. When (Kapan)
            Kapan dimulai usaha ternak puyuh petelur dan kapan mulai akan dipasarkan ?
            Usaha beternak puyuh petelur akan dilaksanakan pada awal tahun 2018.  Produk dari ternak puyuh ini adalah telur yang akan mulai dipasarkan setiap 5 hari sekali.
3.6. Who (Siapa)
            Siapa target pasar yang akan dituju untuk memperlancar pemasaran ?
1.         Pasar Keramat Tinggi, Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari.
2.         Rumah makan yang ada disekitar Kecamatan Muarabulian.
3.         Warung-warung kecil.



BAB IV
RENCANA PEMASARAN PRODUK
4.1    Tujuan Pemasaran
Tujuan pemasaran yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari beternak puyuh petelur, memenuhi kebutuhan pasar akan telur puyuh. Strategi pemasaran produk burung puyuh adalah melibatkan peran aktif konsumen untuk melakukan promosi, kerja sama dengan toko/agen dan tengkulak. Untuk memenuhi kebutuhan telur puyuh di pasar yang ada di wilayah Jambi dan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat.

4.2    Penetapan Harga
          Penetapan  harga  yang  dilakukan  dengan melihat  faktor  lingkungan,  terutama  elemen  pesaing. Selain itu, harga jual juga bisa ditentukan dari jumlah biaya yang sudah dikeluarkan. Harga jual telur mengikuti harga kebutuhan yang ada di pasaran, jika harga kebutuhan di pasaran meningkat maka harga jual telur puyuh juga akan meningkat.
4.3    Pasar Sasaran
Telur puyuh akan di jual di pasar Keramat Tinggi, Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari, dan akan dipasarkan di rumah makan sekitar Muarabulian. Apabila produksi terus meningkat maka akan di lakukan pengembangan sasaran pasar seperti pasar-pasar yang ada diluar Kabupaten Batanghari maupun diluar Provinsi Jambi.
4.4    Cara Pemasaran
              Cara pemasaran dari produk telur puyuh yaitu dengan cara memasarkan langsung di pasar Keramat Tinggi, Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari, atau konsumen bisa datang secara langsung ke tempat usaha budidaya puyuh petelur.



BAB V
PENUTUP
Demikian proposal ini penulis buat sebagai acuan dalam kegiatan budidaya ternak puyuh di Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari. Semoga dengan kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya yang sinergis dengan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan.
Penulis berharap proposal ini dapat diwujudkan nantinya serta dapat memberikan manfaat bagi pembaca lainnya guna menambah pengetahuan tentang beternak burung puyuh. Penulis juga mengakui banyak kekurangan dalam pembuatan proposal ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca, guna unutuk perbaikan ke depan.


DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Puyuh Si Kecil yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Bachari, I., R. Roeswandy, dan A. Nasution. 2006. Pemanfaatan solid dekanter dan suplementasi mineral zinkum dalam ransum terhadap produksi burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) umur 6-17 minggu dan daya tetas. Jurnal Agribisnis Peternakan. 2:72-77.
Dewansyah, A. 2010. Efek suplementasi vitamin A Dalam ransum terhadap produksi dan kualitas telur burung puyuh. Universitas Sebelas Maret, Semarang.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik Populasi Puyuh. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Listiyowati, E. Dan Kinanti R., 2009. Beternak Puyuh Secara Komersial. Panebar Swadaya, Jakarta.
Listyowati, E., Dan Roospitasari, K. 2004. Tatalaksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Science, Washington DC
Putra. S. V. H. 2013. Perkembangan Ovarium Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang Diberi Variasi Warna Lampu Pencahayaan Selama 16 Jam. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Setyawan, A. E., E. Sudjarwo, E. Widodo, dan H. Prayogi. 2012. Pengaruh penambahan limbah teh dalam pakan terhadap penampilan produksi telur burung puyuh. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. 23:7-10.
SNI 01-3907-2006. Pakan puyuh bertelur (quail layer). Badan Standardisasi Nasional, Indonesia.
Sudrajat D, D. Kardaya, E. Dihansih, dan S.F.S. Puteri. 2014.Performa produksi telur burung puyuh yang diberi ransum mengandung kromium organik.JITV. 19(4): 257-262.
Triyanto. 2007. Performa Produksi Burung Puyuh (coturnix coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu pada Lama Pencahayaan yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.