Senin, 05 Maret 2018

LAPORAN ILMU LINGKUNGAN TERNAK (TINGKAH LAKU AYAM)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Adaptasi ternak terhadap lingkungan dapat didefinisikan ke dalam beberapa istilah, yaitu Adaptasi; penyesuaian ternak terhadap perubahan lingkungannya.Aklimasi; respon ternak seketika/jangka pendek terhadap lingkungan barunya.Aklimatisasi; perubahan jangka panjang/evolusi suatu species (dari generasi ke generasi) terhadap perubahan lingkungannya.Habituasi; sebuah proses yang membuat ternak menjadi familier/terbiasa dengan lingkungan barunya. Aspek adaptasi tersebut meliputi Keseimbangan panas: heat production dan heat loss. Pengendalinya:neurotransmiter, hormon, organ target dan performans. Hewan ternak termasuk jua manusia digolongkan sebagai homoestasis yaitu kemampuan mengatur kondisi didalam tubuhnya relatif stabil / konstan terhadap pengaruh baik yang datangnya dari luar maupun yang dari dalam itu sendiri. Sehubungan dengan faktor lingkungan ternak, suhu  / temperatur lingkungan adalah faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap kondisi hemostasis khususnya suhu tubuh. Adanya pengaruh suhu lingkungan, ternak akan elakukan suatu proses yang disebut theroregulatory, sehingga suhu tubuh akan tetap stabil. Kondisi stabil (hemoestasis) terkait dengan suhu ini disebut homeothermi.

1.2  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari praktikum pengamatan tingkah laku ternak ini adalah agar mahasiswa dapat memahami kondisi umum lingkungan ternak unggas dan dapat pula memahami hubungan/pengaruh lingkungan dengan kondisi fisiologis dan tingkah laku ternak.



BAB II
MATERI DAN METODA
2.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Pengamatan Tingkah Laku Ternak Unggas dilaksanakan di perkandangan Ternak Unggas; Ayam Kampung, Fapet Farm, Universitas Jambi hari Sabtu pukul 08.00 s/d 17.00 WIB.

2.2 Alat
                Alat yang digunakan dalam praktikum adalah termometer untuk mengatur suhu ruangan, termometer basah kering/hidrometer untuk mengukur kelembaban ruangan, alat ukur/meteran untuk mengukur, tabel ethogram, dan peralatan tulis untuk mencatat data.

2.3 Metoda
            Metoda yang digunakan dalam praktikum adalah dengan cara mengamati tingkah laku setiap ayam, setiap 30 menit sekali selama 12 kali pengamatan.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Data Fisik
Tabel 1. Data Fisik
Hewan : Unggas (Ayam Kampung Betina)
Ukuran Kandang
12 x 6 m
Model Kandang
Tertutup
Kapasitas
Total : 27 ekor
Terisi : 27 ekor
Limbah Feses
Pembersihan : 1 kali/hari
Tempat Penampungan : Ada
Pengolahan : Ada
Bau : Sedikit Bau
Suhu pagi – siang (07:00-12:00)
07:00 : 25 °C
08:00 : 26 °C
09:00 : 27 – 28 °C
10:00 – 11.00 : 29 – 30 °C
11.00 – 12.00 : 32°C
Suhu siang – sore (13.00-17.00)
13.00 : 33 °C
14:00 – 15:00 : 32°C
16:00 : 30 °C
17:00 : 29 °C
Kelembapan relatif
79 – 90 %

                Dari data fisik yang didapatkan dapat dijabarkan bahwa model perkandangan adalah tertutup. Sistem perkandangan dengan model tertutup baik untuk ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arif Qisthon (2004), yang menyatakan bahwa ternak pada kandang tanpa naungan mengalami cekaman atau beban panas yang lebih besar, sehingga akan melakukan aktivitas mekanisme termoregulasi melalui jalur evaporasi, baik melalui kulit maupun pernafasan, yang lebih besar jika dibandingkan dengan ternak yang berada di bawah naungan.
            Pembagian ruang meliputi 12 unit kandang ayam kampung betina yang tiap – tiap unitnya berjumlah 12 ± 2 ekor dengan total 132 ekor untuk keseluruhannya. Selain itu terdapat pula 1 unit kandang ayam kampung pejantan dan beberapa perkandangan berbentuk individu. Tiap unit kandang memiliki ukuran 4 x 3 meter.
Di dalam unit perkandangan terdapat pakan berupa konsentrat/ransum, air minum, tempat untuk bertelur/mengeram, dan tempat bertengger. Sistem pembersihan kandang dilakukan 1 kali dalam sehari yang dilakukan di waktu pagi. Yang mana petugas pembersih kandang juga menampung limbah – limbah feses ternak untuk dilakukan pengolahan. Bau perkandangan juga tidak terlalu bau. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor makanan selain dari manajemen pembersihan kandang. Ternak diberi pakan di waktu pagi dan sore hari. Selain itu suhu dan kelembaban menunjukkan temperatur yang masih normal.

3.2.Ethogram Tingkah Laku Ternak
Tabel 2. EthogramTingkah Laku Ternak Unggas terhadap Kondisi Lingkungan Pada Pagi-siang Hari (Pukul 07.00 – 12.00 WIB)
Tingkah laku ayam arab pada pukul 07:00-12:00 WIB dengan interval waktu pengamatan 30 menit
Tingkah Laku
I
1
I
2
I
3
I
4
I
5
I
6
I
7
I
8
I
9
I
10
I
11
I
12
Jlh TL
Makan
11
13
15
10
13
14
9
6
5
3
3
4
115
Minum
1

1
3

2
5
4
4
5
7
6
38
Berjalan
1
3

2

4
6
4
6
8

7
26
Berlari
4
5
4
2
6


4


1
3
29
Berbarin
2
2

1
3

4

4

2

19
Mematuk Tanah
2
3
1
6

5
1
6
1
6
1
7
39
Panting









1

1
2
Bersolek
1





3


3
2

10
Merenggang
1
3
3

2


1
2

3
1
21
Mandi Debu




2


2

2
4

10
BerdiriDiam
4
1

3

2
1

3
2

4
20
Duduk Diam
2

4

3


1
2

4
1
15
Mengais



1


3


3

4
7
Bertengger












0
Jumlah Ternak
29
30
28
28
29
27
32
28
27
33
33
37


Grafik 1. Tingkah Laku Ternak Unggas terhadap Kondisi Lingkungan pada Pagi-siang Hari (Pukul 07:00 – 12:00)

Keterangan :
I : Interval waktu ( setiap 30 menit mulai pukul 13:00-17:00WIB)

Tabel 3. Ethogram Tingkah Laku Ternak Unggas terhadap Kondisi Lingkungan Pada Siang- sore  Hari (Pukul 13.00 – 17.00 WIB)
Tingkah laku ayam arab pada pukul 13:00-17:00 WIB dengan interval waktu pengamatan 30 menit
Tingkah Laku
I
1
I
2
I
3
I
4
I
5
I
6
I
7
I
8
I
9
I
10
I
11
I
12
Jlh TL
Makan
5
6
4
5
3
7
4
8
14
17
21
19
113
Minum
8
4
8
7
2
3
1
4
2



39
Berjalan
1
3
5
9

9
7
3



1
38
Berlari
4
3
5
2
3
2

1
1
1

2
24
Berbarin

1

2
1
1
2
2




9
Mematuk Tanah
7
3
7
9
4
5
1
5
1
6
1
2
51
Panting
3
2

1





1

1
8
Bersolek
3
1
2
1
3

2

1



13
Merenggang
1
5


4
2

1
2

3
1
19
Mandi Debu




2

4
2




8
BerdiriDiam
1
1

3

2
4

3
2

5
21
Duduk Diam


4

3


1
3

4
1
16
Mengais
5
3
5
6
3

3


3

1
29
Bertengger












0
Jumlah Ternak
38
32
40
45
28
31
28
27
27
30
29
33


Grafik 2. Tingkah Laku Ternak Unggas terhadap Kondisi Lingkungan pada Siang – sore Hari (Pukul 13:00 – 17:00)

Keterangan :
I : Interval waktu ( setiap 30 menit mulai pukul 13:00-17:00WIB)

3.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingkah Laku Ternak
Dapat diamati pada grafik di atas bahwa aktifitas panting sedikitnya dilakukan oleh ternak. Namun aktifitas panting masih terbilang normal. Karena iklim di Indonesia merupakan iklim tropis yang berdampak pada suhu yang rata-rata normal. Dalam arti kata, meskipun Indonesia sedang bercuaca panas, namun masih dapat ditolerir. Pada grafik aktifitas panting tertinggi terjadi pada pukul 13.00-13.30 WIB. Karena pada saat itu suhu dalam kandang mencapai 32oC.
Pada waktu-waktu siang hari, ternak lebih sedikit beraktifitas yang dapat menurunkan energi. Dikarenakan pakan yang tersedia sudah mulai berkurang. Pemberian pakan hanya dilakukan pada waktu pagi dan sore hari sehingga mempengaruhi feed intake. Namun timbul aktifitas lain yang menyerupai aktifitas pengambilan pakan, yaitu mematuk tanah. Ayam yang diteliti merupakan ayam kampung. Yang mana ayam kampung masih memiliki naluri alamiahnya sebagai hewan yang memakan apa saja di hadapannya. Karena pakan yang tersedia mulai berkurang, sehingga timbul lah aktifitas mematuk tanah.
Selain dari berkurangnya ketersedian pakan, hal yang sangat berpegaruh pada kondisi saat ini (isu global warming) adalah cuaca/iklim. Akibat peningkatan suhu, ternak cenderung menekan aktifitas metabolisme, seperti makan hingga bergerak. Akibatnya dapat berdampak buruk pada produktifitas maupun reproduksi ternak itu sendiri. Yang menjadi masalah pada produktivitas ternak adalah, apabila ternak tidak mendapat asupan makanan yang cukup, ternak akan cenderung terus melakukan mobilisasi cadangan makanan yang ada di dalam tubuhnya. Sehingga dapat terjadi mal nutrisi yang menyebabkan penurunan bobot badan maupun produksi telur.
Hal di atas sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2000), yang menyatakan bawa faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada unggas yaitu: 1) Umur ayam, semakin tinggi ayam, semakin tinggi respirasinya, 2) Jenis ayam, ayam tipe ringan (SCWL) lebih tinggi respirasinya daripada tipe berat (pedaging) 3) Aktivitas, semakin banyak aktivitas, semakin tinggi respirasinya, 4)Temperatur lingkungan, yang paling sesuai dengan ayam adalah Zona Neutral thermic,  5)Sirkulasi udara 6) Kepadatan kandang, semakin padat kandang dapat meningkatkan respirasi.
Konsep dasar pada keseimbangan panas di dalam tubuh bahwa total produksi panas (HP) harus sama atau seimbang dengan total panas yang hilang (heat loss). Terhambatnya heat loss oleh sebab peningkatan suhu tubuh tetap stabil karena ternak termasuk homoetermik. Untuk dapat menurunkan HP, sumber utamanya adalah heat increament (HI) yang diturunkan, karena panas untuk maintenent relatif stabil. Selanjutnya metabolisme energy (ME) akan menurun sebagai reaksi terhadap penurunan heat loss akibat suhu lingkungan yang meningkat. Penurunan ME akan menyebabkan  penurunan Net Energy (NE), dan selanjutnya produksi ternak akan menurun. Akhirnya, konpensasi terakhir untuk mengatasi masalah peningkatan suhu adalah dengan menurunkan konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air minum (May dan Lott, 1922).
Transfer panas secara radiasi dapat terjadi diantara ayam dan lingkungannya bila suhu permukaan radia ayam berbeda dengan suhu permukaan sekitarnya atau dalam udara terbuka. Konveksi terjadi dengan melepas panas ke udara sekitarnya dengan jengger, pial, kaki, wajah, taji kaki, leher, badan dan sayap ( Yahav et al., 2005 ). Jika suhu lingkungan meningkat, pelepasan panas berpindah dari non-evaporasi ke evaporasi (Etches et al., 2008). Pada ayam panas terutama dibuang melalui peningkatan pernapasan  (disebut panting) (Warder and Arad, 1989). Namun pada hasil pengamatan ternak ayam yang melakukan panting hanya sedikit karena suhu tertinggi masih pada suhu normal ayam.


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
                Adapun kesimpulan pada praktikum Mengamati Tingkah Laku Ternak adalah lingkungan memiliki arti besar dalam mempengaruhi produktivias ternak. Apabila lingkungan baik ternak pun akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal yang paling mempengaruhi kondisi fisiologis ternak unggas adalah suhu dan kelembapan lingkungan. Pada saat suhu tinggi dan kelembapan tinggi aktifitas ternak unggas menurun dan konsumsi pakan juga menurun.  Begitu pula sebaliknya. Apalagi saat ini bumi sedang dihadapkan oleh isu global warming. Yang mana dampak dari isu tersebut mengakibatkan kerugian pada lingkungan hingga atmosfir bumi.

4.2 Saran
            Saran kami terhadap praktikum mengamati tingkah laku ternak unggas ini yaitu sebaiknya kandang disesuaikan dengan keadaan kandang yang ada. Praktikan harus  mengamati tingkah laku ternak unggas dengan baik dan sesuai dengan tujuan pengamatan. Sehingga hasil yang didapatkan juga dapat di terima secara rasional.


DAFTAR PUSTAKA
Marder, J. And Arad, Z. (1989). Comparative Physiology and Biochemistry 94a : 395-400.
Qisthon, Arif. 2004. Pengaruh Naungan Terhadap Respon Thermoregulasi dan Produktivitas Kambing Peranakan Ettawa. http://ejournal.unud.ac.id/abstark/sudarmadji%201001020007.pdf. Diaksespada tanggal 03 Desember 2015.
Yahav , S., Shinder, D., Tanny, J. And Cohen, S. (2005). World’s Poultry Science Journal 61:419-433.
Yuwanta, Tri. 2000. Dasar Ternak Unggas. Kanius. Yogyakarta.




1 komentar:

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus