Senin, 05 Maret 2018

LAPORAN MID SEMESTER ANFISTER


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Darah merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matriks (plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Darah mempunyai fungsi sebagai transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dan zat sisa metabolisme atau zat yang berbahaya lainnya untuk dibuang, mempertahankan lingkungan asam basa, mempertahankan homeostasis, serta sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan mikroorganisme (antigen) melalui fagositosis dan aktivitas antibodi.
Darah yang akan diperiksa agar tidak membeku dapat diberi antikoagulan. Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulan (anti beku darah) yang umum digunakan ada 4 macam, yaitu oxalat, natrium sitrat, heparin, dan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acids). Namun dari keempat antikoagulan hanya EDTA yang digunakan karena EDTA mengubah ion Ca dari darah menjadi bentuk yang bukan ion sehingga darah tidak membeku dan tidak merusak sel darah.
Sel darah merah (eritrosit) mamalia mempunyai bentuk yang berbeda dengan sel darah merah unggas. Sel darah mamalia berbentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti. Sedangkan sel darah merah unggas berbentuk lonjong atau oval dan berinti.
Hemolisis adalah pecahnya atau rusaknya membran eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari sel darah dan bebas di dalam medium sekelilingnya. Apabila larutan hipotonis tersebut akan masuk kedalam sel darah melalui membran semipermeabel, sehingga sel darah akan membengkak yang berakibat membran sel meregang dan akhirnya terjadi kerobekan membran dan hemoglobin keluar dari sel.
Hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV) merupakan persentase sel-sel darah merah di dalam 100 ml darah. Darah yang ditambah antikoagulan kemudian disentrifuge dengan kecepatan tinggi, maka darah akan terpisah menjadi 3 bagian, yaitu lapisan teratas (plasma berwarna kuning), lapisan tengah (buffy coat) dan lapisan terbawah (eritrosit berwarna merah tua). Metode yang digunakan untuk pengukuran nilai hematokrit yaitu metode mikro hematokrit dan makro hematokrit.
Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks terkonyugasi yang mengandung besi. Ada beberapa metode yang dapat digunkan untuk menentukan kadar Hb dalam darah yaitu metode hematin-asam, metode wong, metode cyanmethemoglobin dan metode oksihemoglobin.
Darah mengandung sel-sel darah yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit). Untuk menghitung jumlah sel darah dipergunakan alat hemocytometer, pipet pengencer untuk sel darah merah, dan pipet pengencer untuk sel darah putih.
Perhitungan total leukosit penting untuk diagnosa klinik, tetapi akan lebih memberikan gambaran yang lengkap dengan perhitungan diferensial leukosit. Diferensial leukosit merupakan persentase setiap jumlah sel darah putih dari total leukosit. Bentuk sel leukosit dibagi menjadi dua, yaitu granulosit (neutrofil,eosinofil,dan basofil) dan agranulosit (limfosit kecil, limfosit besar dan monosit).

1.2.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilaksanakannya praktikum fisiologi darah mengenai preparat natif darah adalah untuk mengamati, memperhatikan bentuk sel darah (eritrosit dan leukosit) mamalia dan unggas, mengamati, memperhatikan ada tidaknya sel yang mengalami pengkerutan (krenasi) dan bentuk rouleaux, dan mengamati ada tidaknya mikroorganisme di dalam darah.  Mengenai waktu perdarahan yaitu untuk menentukan lama waktu perdarahan dengan metode Duke. Mengenai waktu beku darah yaitu untuk menentukan waktu beku darah ternak atau manusia. Tujuan LED yaitu untuk menentukan laju endap darah dengan menggunakan tabung westergreen. Tujuan hemolisis dan ketahanan osmotik yaitu mengamati hemolisis darah dan keriput pada membran peritrosit (krenasi) akibat perubahan larutan medium darah dan menentukan batas konsentrasi NaCl dari medium dimana erirosit mulai lisis (minimum resistance) dan hemolisis total (maximum resistance). Tujuan hematokrit yaitu menentukan nilai hematokrit (% volume eritrosit di dalam darah) dengan metode mikrohematokrit. Tujuan hemoglobin yaitu menentukan kadar hemoglobin di dalam darah menurut metode sahli. Tujuan menghitung sel darah merah sapi dan ayam per mmdarah dan untuk mengetahui jumlah sel darah putih sapi dan ayam per mm3 darah. Tujuan diferensial leukosit yaitu mempelajari cara membuat preparat ulas/apus darah, mengamati berbagai macam bentuk sel-sel darah pada preparat darah perifer (khususnya bentuk sel darah putih) dan menghitung % jenis sel darah putih (leukosit) pada preparat ulas darah perifer.
Manfaat dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan mengetahui cara yang digunakan untuk mengetahui preparat natif darah, waktu perdarahan, waktu beku darah, Laju  Endap Darah, hemolisis dan ketahanan osmotik, hematokrit, hemoglobin, menghitung jumlah sel darah dan diferensial leukosit. Praktikan juga mengetahui perbedaan masing-masing jenis sel darah dan komposisinya dalam tubuh.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi darah  pada  tubuh  manusia  ataupun  ternak adalah sebagai alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh, sebagai alat pengangkutoksigen dan akan menyebarkannya ke seluruh tubuh, mengangkut hasil oksidasiuntuk dibuang melalui alat ekskresi, mengangkut getah hormone dari kelenjar buntu atau endokrin, menjaga suhu temperature tubuh, mencegah infeksi dengansel darah putih, antibody, dan sel darah beku, serta mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh. Darah berfungsi untuk mentransfor asam amino, asam lemak,mineral, dan bahan-bahan nutrisi lainnya. Darah juga mentransfer hormon dan vitamin kesel untuk mengatur proses metabolisme dalam sel. Melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial, darah membantu mempertahankan pHdan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial dalam batas-batas yangdibutuhkan untuk fungsi sel yang normal (Ahandji, 2001).
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari beratbadan, dangan viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan seldarah. Plasma darah meliputi 55% volume darah merupakan substansi nonseluler,sedangkan 45% dari volume darah meliputi sel darah. Sel darah terdiri dari seldarah merah, sel darah putih, dan trombosit (Atika, 2009).
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplai sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat ini harus ditransport melalui membran sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transport aktif. Dinding sel eritrosit sangat permeabel terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2006).
Darah merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan umur setiap orang atau individu. Jumlah darah dalam tubuh bervariasi tergantung pada berat tubuh seseorang. Pada orang dewasa 1/13 berat badan kira-kira 4-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang juga menentukan banyaknya darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Total sirkulasi dari volume darah diperkirakan sekitar 5 s/d 8% dari total bobot badan dan angka ini bervariasi menurut umur, spesies, besar tubuh, aktivitas, status kesehatan, status gizi dankondisi fisiologi (bunting dan laktasi) (Syaifuddin, 2002).
Eritrosit pada dasarnya mempunyai tiga fungsi, yaitu transport oksigen (O2) ke jaringan tubuh, transport karbondioksida (CO2) ke paru-paru dan penyangga (buffer) ion hidrogen (H+). (Meyer dan Harvey, 2004)
Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit, terdapat 7-10x10leukosit per liter darah dan jumlah ini bisa meningkat sampai 30x109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Hal ini dikenal sebagai leukositosis (Watson, 2002).
Waktu perdarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu mulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu perdarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemoglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Sonjaya, 2006).
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah.
Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembuluh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak (Sahabuddin, 2005).
Nilai normal waktu perdarahan dengan metode Ivy yaitu 3 sampai 7 menit, sedangkan dengan metode Duke adalah 1-3 menit. Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfain (anti penggumpalan darah), dextran, dan lain-lain. (Devi Indriasari, 2009).
Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel. Bentukan suatu bekuan disumbat trombosit akan memperkuat dan menunjang sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi merupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi darah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut(fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan pengeluaran 2 pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa (fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin monomer lainnya membentuk fibrin (Kusumawati, 2004).
Antikoagulan adalah suatu zat atau obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.Sedangkan trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah diluar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Simons. A, 2009).
Proses koagulasi darah biasanya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : faktor I yaitu fibrinogen, faktor II yaitu protombin, faktor III yaitu tromboplastin, faktor IV yaitu kalsium, faktor V yaitu labil, proakselerin, Ac-globulin dan lain-lain (Hardjoene, 2000).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit danberakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 2002).
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama (waktu di tentukan)Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya. Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita. Biasanya, jika terjadi radang laju endap darah tergolong tinggi. Laju endap darah tinggi atau rendah tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor eritrosit, plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap darah.(Radiopoetra, 2000).
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain. (Anonim,2009).
Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit (Wibowo, 2009).
Ada beberapa metode pemeriksaan hemoglobin.Diantara metode pemeriksaan hemoglobin yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar, 2002).
Pemeriksaan LED diperkenalkan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1912 yang dikenal dengan metode Westergren. Metode ini memakai tabung/pipet dengan panjang 300,5 mm, diameter luar 5,5 mm ± 0,5 mm, dan diameter dalam 2,55 mm ± 0,5 mm, memiliki skala 200 mm (Sarkar dan Devi, 2006).
Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi diimbagi oleh tekanan keatas akibat perpindahan. Bila viskositas plasma tinggi atau kadar kolesterol meningkat tekanan keatas mungkin dapat menetralisasi tarikan kebawah terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau perletakan satu dengan yang lain akan meningkatkan LED (Barbara A., 2006).
Hematokrit mikro adalah volume eritrosit yangdipisahkan dari plasma dengan memutarnya didalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen. Nilai hematokrit digunakan untuk mengetahui nilai eritrosit rata-rata dan untuk mengetahui ada tidaknya anemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Nilai normal hematokrit disebut dengan %. Penetapan hematokrit cara manual (metode mikro) dapat dilakukan sangat teliti,kesalahan metodik rata-rata ± 2% (Barbara A., 2006).
Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membran sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae. (Cormack, 2008).
Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan aquadestilata 100 ml (Guyton dan Hall, 2004).
Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang berbeda daripada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan, bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut. (Sonjaya, 2006).
Jumlah butir darah merah berpengaruh langsung pada nilai hematokrit. Terjadinya perubahan butir darah merah memiliki pola yang sama dengan kandungan hematokrit. Hal ini dapat dipahami karena persentase hematokrit tersebut merupakan kandungan butir darah merah dibandingkan volume darah total. Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Gandasoebrata.R ,2004).
Pengaruh haemoglobin di dalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh. Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan (Frandson, 2002).


BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Anatomi dan Fisiologi Ternak dilaksanakan setiap hari kamis mulai tanggal 25 Februari sampai 17 Maret 2016 pada pukul 15.00 WIB sampai selesai, yang bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

3.2. Materi
Adapun materi yang digunakan pada praktikum fisiologi darah mengenai preparat natif darah adalah jarum penusuk pembuluh darah, kapas, tissue, object galss, cover glass, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah darah sapi, kambing, dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, alkohol 70%, larutan garam NaCl fisiologis/NaCl 0,9%.
Alat yang digunakan pada praktikum waktu perdarahan adalah darah sapi, kambing, ayam yang sudah diberi antikoagulan, alkohol 70%, ujung jari praktikan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kapas, tissue dan lanset steril, alat dan bahan yang digunakan pada  praktikum waktu beku darah adalah alkohol 70%, lanset steril, jarum pentil, gelas arloji belapis parafin, pipa kapiler tanpa heparin, kapas, dan stopwatch.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum laju endap darah adalah darah sapi, ayam, dan kambing yang sudah diberi antikoagulan, tabung.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum hemolisis adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9%, 0,65%, 0,45%, 0,25%, dan 3,0%, larutan urea dalam aquades 1% urea dalam NaCl 0,9%. Larutan 1% saponin dalam aquades, larutan 1% saponin dalam NaCl 0,9%, darah sapi ayam dan kambing yang sudah diberi antikoagulan, tabung reaksi, object glass, cover glass, dan mikrosko
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum hematokrit adalah tabung pipet kapiler, darah sapi, ayam, dan kambing yang sudah diberi antikoagulan dan sentrifus.
Alat dan bahan yang digunakana pada praktikum hemoglobin adalah darah sapi dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, HCl 0,1 N, aquades, kertas saring /tissue, stopwatch, hemometer sahli.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum menghitung jumlah sel darah adalah darah sapi, dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, larutan pengencer hayem untuk eritrosit, turk untuk leukosit mamalia, dan BCB untuk leukosit unggas, hemocytometer, pipet pengencer untuk leukosit berskala 0-0,5-1-101, pipet pengencer untuk leukosit skala 0-0,5-1-11, tissue, mikroskop dengan perbesaran 10x, 40x,.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum diferensial leukosit adalah darah sapi dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, methanol absolut, larutan giemsa, aquades, minyak emersi, object glass, bak celup untuk fiksasi, bak celup untuk pewarnaan, diferensial counter, mikroskop.

3.3. Metoda
Cara kerja pada praktikum preparat natif darah adalah pertama ambil sampel darah sapi, kambing dan ayam letakkan di atas object glass, tutup dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop.
Pada praktikum waktu perdarahan yaitu pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alcohol 70%. Kedua, tusuk ujung jari praktikan dengan lanset steril dan hitung dengan stopwatch berapa lama darah keluar.
Pada praktikum waktu beku darah yaitu pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alcohol 70%. Kedua, usuk ujung jari praktikan dengan lanset steril. Ketiga, teteskan darah diatas objec glass dan aduk dengan jarum pentul hingga tampak terbentuk benang fibrin pada darah maksimal 2 menit.
Pada praktikum laju endap darah yaitu pertama, sedot darah sapi, kambing dan ayam dengan tabung westergreen sampai angka 0. Kedua, tutup bagian bawah tabung dengan kapas dan letakkan dirak. Ketiga, tiap 30 menit lihat dan catat penurunan sel-sel darahnya dan buat grafik LED dari 0-90 menit.
Pada praktikum hemolosis dan ketahanan osmotic eritrosit yaitu pertama masukkan 5 ml larutan NaCl 0,9%, 0,25%, 0,45%, 0,65%, dan 3% kedalam 3 tabung reaksi tiap kelompoknya. Kedua, tambahkan 3 tetes darah sapi, kambing dan ayam pada 3 tabung reaksi tersebut. Ketiga, amati perubahan yang terjadi setelah 30 menit dan catat hasil pengamatan.
Pada praktikum hematokrit yaitu pertama, isikan darah sapi, kambing dan ayam dalam 3 pipa kapiler. Kedua, sumbat ujung bawah pipa kapiler dengan menggunakan crysta seal. Ketiga, tempatkan pipa kapiler dalam sentrifus. Keempat, darah akan disentrifus dengan kecepatan 2.500 rpm selama 5 menit. Kelima, keluarkan pipa kapiler dan amati apa yang terjadi.
Pada praktikum hemoglobin yaitu pertama, isikan HCl 0,1 N (± 5 tetes) ke dalam tabung sahli sampai angka 10 (garis paling bawah). Kedua, hisaplah darah dengan pipet sahli sampai angka 20 μl. Ketiga, bersihkandarah yang menempel pada ujung luar pipet sahli dengan tissue, kemudian masukkan darah tersebut kedalam tabung sahli yang sudah berisi HCl 0,1 N. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara dan biarkan beberapa saat sampai warna coklat terbentuk. Keempat,  tambahkan setetes demi setetes aquades sambil diaduk sampai warna sesuai dengan batang standar. Persamaan warna dengan batang standar harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah darah dan HCl dicampur. Kelima, bacalah tinggi permukaan cairan pada tabung sahli. Angka yang terbaca menunjukkan kadar Hb dari sampel darah tersebut.
Pada praktikum menghitung jumlah sel darah yaitu pertama, hisaplah darah dengan pipet untuk eritrosit sampai angka 0,5. Bersihkan ujungnya dengan kertas saring atau tissue. Kedua, segera hisap larutan hayem sampai angka 101, dengan demikian darah diencerkan 200 kali. Ketiga, peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung. Keempat, buanglah cairan yang tidak mengandung sel darah merah (2-3 tetes). Kelima, isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan penutup. Keenam, hisaplah darah dengan pipet pengencer untuk leukosit sampai skala 0,5. Ketujuh, segera hisap larutan turk untuk darah mamalia dan larutan BCB untuk darah unggas sampai skala 11, dengan demikian darah diencerkan 20 kali. Kedelapan, peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung. Kesembilan, buanglah cairan yang tidak mengandung sel darah putih (2-3 tetes). Kesepuluh, isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan penutup.
Pada praktikum diferensial leukosit yaitu: pertama, siapkan dua buah object glass dalam keadaan bersih. Kedua, pegang ujung sebuah object glass dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Ketiga, letakkan 1 tetes darah pada ujung object glass (sebelah kanan) tersebut. Keempat, dengan tangan kanan, pegang object glass lainnya. Kemudian letakkan objec glass tersebut pad ujung object glass yang sudah ditetesi darah membentuk sudut 30. Kelima, gerakkan object glass yang ditangan kanan ke belakang sampai menyinggung tetesan darah tadi, sehingga darah menyebar sepanjang sudut antara kedua object glass. Keenam, segera setelah darah menyebar, dengan hati-hati (tanpa megangkat objec glass dan sudut objec glass tetap 30) dorong kedepan object glass ditangan kanan, maka terbentuk prepara ulas yang tipis. Ketujuh, preparat dikeringkan dan lakukan pewarnaan. Kedelapan, preparat ulas darah yang sudah dikeringkan di udara difiksasi dengan memasukkannya kedalam methanol selama 5-10 menit. Kesembilan, angkat dan biarkan kering kering diudara, kemudian masukkan kedalam larutan zat warna giemsa dan biarkan 30 menit. Kesepuluh, angkat preparat dan bilas (cuci) kelebihan zat warna dengan menggunakan air keran yang mengalir. Kesebelas, keringkan diudara atau menggunakan kertas isap (preparat diletakkan diantara dua lembar kertas isap dan perlahan-lahan ditekan-tekan). Keduabelas, periksa preparat yang sudah diwarnai dengan mikroskop dengan pembesaran 100x, sebelumnya preparat ulas ditetesi minyak emersi. Ketigabelas, alur pemeriksaan leukogram. Keempatbelas, preparat yang baik akan menunjukkan warna yang kontras merah, biru keunguan, dan biru tua.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Preparat Natif Darah
Hasil yang diperoleh dari praktikum preparat natif darah yaitu sampel darah yang diamati dibawah mikroskop terdapat keping sel darah merah dan sel darah putih yang masih bergerak seperti air mengalir. Hal ini sesuai dengan Mikrajuddin (2004), yang menyatakan bahwa darah manusia ataupun hewan terdiri dari dua komponen penting yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Dimana sel-sel darah itu sendiri terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih serta keping darah, sedangkan cairan darah terdiri dari cairan darah (Plasma darah). Susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping-keping darah (trombosit), dan plasma darah (Rahman, S. 2009). Selain itu hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak ada sel yang mengalami pengkerutan dan tidak ada sel yang berbentuk rouleaux serta tidak ada mikroorganisme di dalam sel darah kambing, sapi maupun darah ayam.

4.2. Waktu Perdarahan
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Dijelaskan juga pada teori berikut Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. (Dsyoghi, 2010).

  Tabel 1. Waktu Perdarahan
Kelompok
Waktu Pertama
Waktu Kedua
1
30 detik
30 detik
2
30 detik
30 detik
3
30 detik
27,64 detik
4
30 detik
22,59 detik
5
30 detik
30,42 detik
6
43 detik
58 detik
7
31 detik
49 detik
8
11,34 detik
12,41 detik
9
32,66 detik
41,61 detik
10
1 menit 5 detik
1 menit 20 detik

Tabel di atas menunjukkan bahwa perdarahan pada tangan praktikan yang ditusuk lanset steril terhenti pada waktu kurang dari 2 menit. Menurut Devi Indriasari (2009) nilai normal waktu perdarahan dengan metode Ivy yaitu 3 sampai 7 menit, sedangkan dengan metode Duke adalah 1-3 menit. Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfain (anti penggumpalan darah), dextran, dan lain-lain.

4.3. Waktu Beku Darah
Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel. Bentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat dan menunjang sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi merupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi darah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut(fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan pengeluaran 2 pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa (fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin monomer lainnya membentuk fibrin (Kusumawati, 2001).
Tabel 2. Waktu Beku Darah
Kelompok
Waktu Beku Darah
1
3 menit 36 detik
2
2 menit 22 detik
3
2 menit 35 detik
4
3 menit 35 detik
5
3 menit 24 detik
6
2 menit 11 detik
7
2 menit 11 detik
8
3 menit 17 detik
9
3 menit 20 detik
10
2 menit 42 detik

Data di atas menunjukkan bahwa waktu beku darah setiap praktikan berbeda-beda. Waktu beku darah dari masing-masing praktikan yaitu antara 2 sampai 4 menit.
Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4–5 menit (Wibowo, 2009).Terbentuknya fibrin disebabkan karena trombin yang merupakan enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal (Anonimc, 2013). Waktu beku darah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik Faktor ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Drake, 2005).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit danberakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 2002).

4.4. Laju Endap Darah
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan  darah kita ke dalam tabung khusus selama (waktu di tentukan)Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya. Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita. Biasanya, jika terjadi radang laju endap darah tergolong tinggi. Laju endap darah tinggi atau rendah tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor eritrosit, plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap darah.(Radiopoetra, 2000).
Hasil praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah mengalami penurunan dari 0 menuju angka 170 ml, pada 30 menit kedua cairan darah mengalami penurunan dari 170 ml menjadi 110 ml dan pada 30 menit ketiga cairan darah mengalami penurunan dari angka 110 ml menjadi 20 ml. Hal ini sesuai dengan teori berikut, menurut Barbara (2006), darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbangi oleh tekanan ke atas akibat perpindahan.
Hasil praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah mengalami penurunan dari 0 menuju angka 185 ml, pada 30 menit kedua cairan darah mengalami penurunan dari 185 ml menjadi 175 ml dan pada 30 menit ketiga cairan darah mengalami penurunan dari angka 175 ml menjadi 160 ml.
Hasil praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah mengalami penurunan dari 0 menuju angka 155 ml, pada 30 menit kedua cairan darah mengalami penurunan dari 155 ml menjadi 140 ml dan pada 30 menit ketiga cairan darah mengalami penurunan dari angka 140 ml menjadi 130 ml.

4.5.  Hemolisis dan Ketahanan Osmotik Eritrosit
Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae. (Cormack, 2008).
Tabel 3. Hemolisis pada sapi
Konsentrasi
Pembanding (Kontrol)
Hemolisis
Mikroskopis
Bentuk
Besar
Jumlah
1% urea dalam aquades
NaCl 0,9 %
+
> 
> 
> 
1% urea dalam NaCl
-
=
=
=
NaCl 3%
-
< 
< 
> 
NaCl 0,25%
+
=
=
=
NaCl 0,45%
+
< 
< 
< 
NaCl 0,65%
-
=
=
=

Tabel 4. Hemolisis pada kambing
Konsentrasi
Pembanding (Kontrol)
Hemolisis
Mikroskopis
Bentuk
Besar
Jumlah
1% urea dalam aquades
NaCl 0,9 %
+
Pecah
> 
< 
1% urea dalam NaCl
+
Pecah
> 
< 
NaCl 3%
+
Licin
> 
< 
NaCl 0,25%
-
Pecah
< 
< 
NaCl 0,45%
-
Bergerigi
> 
< 
NaCl 0,65%
-
Bergerigi
> 
< 

Tabel 5. Hemolisis pada ayam
Konsentrasi
Pembanding (Kontrol)
Hemolisis
Mikroskopis
Bentuk
Besar
Jumlah
1% urea dalam aquades
NaCl 0,9 %
+
Licin
> 
> 
1% urea dalam NaCl
+
Licin
> 
=
NaCl 3%
-
Bergerigi
=
> 
NaCl 0,25%
+
Licin
< 
=
NaCl 0,45%
-
Bergerigi
> 
> 
NaCl 0,65%
-
Licin
< 
< 

4.6. Hematokrit
Jumlah butir darah merah berpengaruh langsung pada nilai hematokrit. Terjadinya perubahan butir darah merah memiliki pola yang sama dengan kandungan hematokrit. Hal ini dapat dipahami karena persentase hematokrit tersebut merupakan kandungan butir darah merah dibandingkan volume darah total. Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Gandasoebrata.R ,2004).
Tabel 6. Hematokrit pada sapi, kambing, dan ayam
Jenis Hewan
Hematokrit (%)
Normal
Hasil Praktikum
Sapi
40
37
Kambing
33
19
Ayam
22-35
25

4.7. Hemoglobin
Pengaruh haemoglobin di dalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh. Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan (Frandson, 2002).

Tabel 7. Hemoglobin pada sapi, kambing, dan ayam
Jenis Hewan
Hemoglobin (%)
Normal
Hasil Praktikum
Sapi
10-12
12
Kambing
11
11
Ayam
7-13
12

4.8. Menghitung Jumlah Sel Darah
Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan aquadestilata 100 ml (Guyton dan Hall, 2007).
Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang berbeda daripada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut. (Sonjaya, 2005).
Tabel 8. Jumlah eritrosit dan leukosit pada kambing, sapi, dan ayam
Nama ternak
Eritrosit
Leukosit
Jumlah
Total per mm3
Jumlah
Total per mm3
Kambing
100
1.000.000
140
7.000
Sapi
361
3.610.000
672
33.600
Ayam
188
1.880.000
242
12.100

Pada praktikum menghitung jumlah sel darah didapatkan hasil pada kambing, jumlah sel darah merahnya adalah 100. Total sel darah merah per mm3 adalah 1.000.000/ mm3. Jumlah sel darah putih pada kambing yang didapat adalah140, total sel darah putih per mm3 adalah 7.000/ mm3.Jumlah sel darah merah pada sapi yang didapat adalah 361, total sel darah merah per mm3 adalah 3.610.000/ mm3.Jumlah sel darah putih pada sapi yang didapat pada praktikum adalah 672, total sel darah putih per mm3 adalah 33.600/ mm3.Jumlah sel darah merah pada ayam yang didapat pada praktikum adalah 188, total sel darah merah per mm3 adalah 1.880.000/ mm3.Jumlah sel darah putih pada ayam yang didapat pada praktikum adalah 242, total sel darah putih per mm3 adalah 12.100/ mm3.

4.9. Diferensial Leukosit (Leukogram)
Hasil dari praktikum mengenai diferensial leukosit (leukogram) diasajikan pada tabel 9, 10 dan 11.
Tabel 9. Jumlah leukosit pada sapi
Jenis sel Leukosit
% dari total Leukosit
Neutrofil
29,87 %
Eosinofil
16,88 %
Basofil
26,29 %
Limfosit kecil
11,03 %
Limfosit besar
8,11 %
Monosit
7,79 %

Tabel 10. Jumlah leukosit pada kambing
Jenis sel Leukosit
% dari total Leukosit
Neutrofil
20,36 %
Eosinofil
36,19 %
Basofil
10,85 %
Limfosit kecil
7,23 %
Limfosit besar
11,76 %
Monosit
13,57 %

Tabel 11. Jumlah leukosit pada ayam
Jenis sel Leukosit
% dari total Leukosit
Neutrofil
27,18 %
Eosinofil
30,20 %
Basofil
10,75 %
Limfosit kecil
10,06 %
Limfosit besar
11,40 %
Monosit
10,40 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah leukosit pada darah sapi berbeda-beda, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (2002), Perhitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada perhitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Secara umum, volume total darah mamalia umumnya berkisar 7 sampai 8 % berat badan. Bahan antar sel atau plasma darah, berkisar antara 45 sampai 65% dari seluruh isi darah, sedangkan sisanya 35 sampai 55% diisi sel darah atau benda darah. Sel darah terdiri dari 3 macam: sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan kepingan darah (trombosit). Darah termasuk cairan intravaskuler yaitu cairan merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasildan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa praktikum hematologi telah dilaksanakan dengan baik walaupun hasilnya masih kurang sesuai dengan pustaka dan praktikan sudah bisa melakukan pengambilan darah dari masing-masing preparat hewan walaupun pada awalnya mengalami kesulitan.Sebagian besar sel darah merah hewan vertebrata berbentuk lonjong dan berinti kecuali mammalia (bulat dan tidak berinti). Sel darah putih memiliki banyak variasi bentuk sesuai fungsinya, namun secara garis besar berbentuk bulat dan berinti besar. Sel darah putih ada yang bergranula dan ada yang tidak bergranula. Kadar hemoglobin pada setiap spesies berbeda-beda tergantung pada kebutuhan metabolisme spesies itu sendiri. Jumlah eritrosit dan leukosit dipengaruhi oleh kondisi fisiologis seperti kondisi tubuh, keadaan stress, umur, varian harian dan jenis kelam.

5.2. Saran
Dalam melaksanakan praktikum seharusnya praktikan lebih berhati-hati ketika praktikum sedang berjalan mengingat begitu sensitif dan mahalnya peralatan yang ada pada laboratorium tersebut. Praktikan haruslah benar-benar memahami dan mendengarkan asisten dosen yang sedang menjelaskan tentang praktikum tersebut dan buanglah sampah hasil praktikum pada tempatnya.




DAFTAR PUSTAKA

Ahandji, B.J. 2001. Outline of  Veterinary Clinical Pathology. Second Edition. USA: The Iowa State University press
Atika. 2009. Fungsi darah. Jakarta
Arifin, Hanung Dhidhik. 2013. Profil Darah Kambing Jawarandu Pengaruh Subtitusi Aras Daun Pepaya. Vol. 2 No.1
Anonim, 2009. Fungsi darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Darah. Diakses tanggal 23 maret 2016
Barbara A. B. 2006. Hematologi: Principle dan Procedures. LEA dan REB
Bachyar. 2002. Metode Pemeriksaan Hemoglobin. http://www.psychoplogymania. com/2012/o9/metode-pemeriksaan-hemoglobin.html. Diakses tanggal 23 maret 2016
Cormack. 2008. Histologi veterinner. Jakarta: UI Press
Dharmawan, NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik. Denpasar : Universitas Udayana.
Frandson. 2002. Perhitungan Sel Darah (Fisiologi Darah). Bandung : ITB
Gandasoebrata, R. 2004. Penuntun Laboratorium klinik.  Jakarta: Duan Rakyat
Guyton & Hall. 2004Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hardjoene, 2000. Interpretasi Hasil Laboratorium Diagnostik. Makassar : Universitas Hasanuddin
Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter. Yogyakarta: Pustaka Grhatama
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan. Yogyakarta: Gadjah Mada press
Meyer, D.J. and J.W. Harvey. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation & Diagnosis. Third edition. USA: Saunders
Radiopoetra.2000. Jendela Ipteks. Jakarta: Balai Pustaka
Sahabuddin. 2005. Usulan Penelitian, Program Studi Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Makassar
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. Jakarta: EGC
Simmons. 2009. Hematologi A Combined Theoritical and Technical Upproach. W.B. sounders Company
Sonjaya, H. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Sonjaya. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Syaifuddin, 2002. Fisiologi Manusia dan Mekanisme terhadap Penyakit EGC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Wibowo, Fredi. 2009. Proses Penggumpalan Darah.  http://www.blogcatalog.com/blogs/moslemblog/7. Diakses tanggal 23 maret 2016


1 komentar:

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus